"Jangan khawatir, dia pasti baik-baik aja." Ucap Dion menepuk pundak Anka.

"Thanks udah bantu gue. Sorry juga udah merusak pesta lo." Dion menggeleng.

"Nggak usah dipikirkan kalau hal itu."

Mereka menemani Anka beberapa saat hingga Anka meminta mereka untuk segera kembali. Teman-temannya menolak, tetapi Anka tetap bersikeras meminta mereka kembali. Akhirnya mereka menurut dan kembali ke tempat acara.

Beberapa menit kemudian, Feli keluar dari kamar. Anka yang mengetahui hal itu segera menghampirinya dan menanyakan keadaan Anna.

"Anna baik-baik aja. Dia sekarang masih tidur karena kelelahan." Anka menghela napas panjang.

"Sekarang cepat ganti baju atau gue bisa punya dua pasien sekarang." Ujar Feli mendorong adiknya itu menuju kamarnya. Memaksa Anka untuk segera mengganti bajunya yang basah kuyup.

Setelah Anka selesai mengganti baju, Feli mengajaknya untuk duduk dan bertanya apa yang terjadi. Anka akhirnya menceritakan semua kejadian tadi dan bagaimana mereka bisa ribut karena kecerobohannya.

"Itu PTSD." Ucap Feli memijat keningnya pelan.

"Maksud kakak?" Tanya Anka yang tidak paham dengan apa yang dikatakan Feli.

"Hah, kemungkinan Anna punya trauma masa kecil dan mendengar suara ledakan kembang api tadi, membuatnya teringat akan kejadian masa kecilnya." Ujar Feli sambil menyenderkan tubuhnya di sofa.

"Anna butuh istirahat yang cukup. Lo, jangan sampai membuat dia lebih stres lagi, paham? Untung saja kakek lagi pergi. Kalau nggak, lo akan kena omel seharian dan gue juga kena." Ucap Feli kesal sambil menepuk punggung Anka keras.

Kakek malam itu sedang pergi mengunjungi temannya. Biasanya, kakek akan pulang satu hari sesudahnya.

"Maaf."

"Sebaiknya lo juga istirahat. Badan lo mulai panas." Kata Feli saat mengecek suhu badan Anka yang mulai meninggi. Hal itu disebabkan karena Anka tidak mengganti bajunya tadi hingga badannya mulai demam. Di dalam pikirannya, pria itu sangat mengkhawatirkan Anna hingga tidak peduli dengan kondisi tubuhnya sendiri.

"Anka akan menjaga Anna." Jawab Anka pergi menuju kamar gadis itu. Feli menghela napas pasrah. Pria itu memang sangat keras kepala.

Anka menemani gadis itu semalaman. Dirinya selalu menggenggam tangan Anna erat dan tak pernah melepaskannya.

"Maafkan saya. Karena keegoisannya saya, kamu jadi terluka seperti ini. Bahkan kamu juga harus mengingat masa lalu yang ingin kamu lupakan. Maafkan saya." Ucap Anka tertunduk.

Semalaman, Anka duduk di samping kasur Anna tanpa tidur sama sekali. Tidak tidur semalaman adalah hal yang biasa dialami olehnya. Walaupun badannya mulai terasa tidak enak, Anka tetap memaksa dirinya untuk selalu terjaga di samping gadis itu. Feli pun tidak bisa membujuk Anka untuk beristirahat walaupun sebentar.

"Anna, lo benar-benar orang yang sangat berharga bagi Anka. Gue nggak nyangka, ternyata Anka mau menerima seseorang untuk ada disampingnya." Gumam Feli

🌸🌸🌸

"Keanna, kita harus lari sekarang." Ucap Kianna sambil menggenggam tangan adiknya erat.

My Perfectionist Boss "Sudah Diterbitkan"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang