17.

264K 7.6K 545
                                    

Clara berjalan dengan angkuhnya menuju kantin kampus. Gadis itu sebenarnya cantik, hanya saja make up-nya terlalu berlebihan. Rambutnya panjang sepinggang dan bawahnya dicat maroon.

Gadis dengan celana jeans itu berdecak ketika seseorang menabraknya saat akan berbelok ditikungan. Clara menatap kesal orang yang lebih pendek darinya itu.

"Bisa jalan ga sih lo?!" semprot Clara.

Perempuan yang menabraknya sedang membersihkan kaosnya dari tumpahan minumannya. Ia belum sadar dengan wajah Clara yang sudah memerah kesal.

"Heh!"

Barulah perempuan itu mendongak. Ia membulatkan matanya terkejut saat melihat orang yang ditabraknya.

"Sorry, gue ga sengaja," kata Anna.

Clara berdecih sinis ketika tau Anna lah yang menabraknya. Tanpa sengaja tatapannya turun ke arah perut wanita itu yang begitu rata, karena hari ini Anna memang memakai kaos yang mencetak tubuhnya.

Sadar akan tatapan Clara yang mengarah pada perutnya, Anna meringis dalam hati. "Eh, gue duluan, sekali lagi sorry," Anna buru-buru berlalu dari sana.

Sayangnya, aksi kaburnya tidak berjalan mulus saat merasakan cekalan tangan Clara pada pergelangan tangannya. Clara menatapnya tajam.

"Ini udah berminggu-minggu sejak gue terakhir ketemu lo, dan," Clara melirik perutnya. "Harusnya perut lo udah melendung kan?" tanyanya tajam.

Melihat Anna yang tidak menjawabnya, Clara tertawa sinis. "Well, lo ngebohongin gue? Kalo ternyata di perut lo belum ada anak Adrian, brarti gue masih bisa ngerebut dia kan?"

"Bisa," jawab Anna datar nan singkat.

Jawaban singkat Anna membuat Clara menatapnya terkejut. Hal itu membuat Anna tersenyum, senyuman yang selalu Adrian sukai, senyuman polos Anna.

"Kalo Adrian mau sama lo," lanjut Anna manis. "And, by the way, lo ga tau udah seberapa banyak cewek yang dipermaluin Adrian cuma gara-gara berani deketin dia,"

"Semangat, Clara."

Setelah itu Anna meninggalkan Clara dengan senyuman yang mengembang, meninggalkan Clara yang mengumpat. Untuk pertama kalinya Sheanna Latisha Alexander mengalahkan musuhnya hanya dengan sebuah kalimat.

"Sialan! Awas lo, Anna. Liat aja apa yang bakal lo terima."

"Astaga, Anna! Lo darimana?! Tuhan! Gue hampir aja nangis ga nemuin lo di taman!" seru Sheren khawatir.

Sebelumnya, Anna dan Sheren memang berada di taman kampus yang cukup ramai pada pagi hari ini. Lalu, Sheren pamit untuk pergi ke toilet sebentar karena ia sudah tidak kuat menahannya. Sheren tentu mengajak Anna, tapi Anna tidak mau ikut dengan alasan ia sedang fokus bermain game. Ketika Sheren kembali, betapa terkejutnya ia tidak mendapati Anna di tempat dimana ia meninggalkannya.

"Abis ngantin," jawabnya polos sambil mengangkat gelas plastik berisi minuman dingin.

Sheren mendudukkan dirinya disebelah Anna. "Bisa dicincang gue sama Adrian kalo lo ilang beneran,"

"Maap deh,"

"Huh, iya-iya. Jangan gitu lagi ya, An. Lo bener-bener kayak bocah dah ilang-ilangan."

Anna menepuk kesal paha Sheren. "Aishh, gue udah gede Sheren!!!"

"Masih bocah, sayang,"

Bukan, bukan Sheren yang mengatakan kalimat tersebut. Adrian tiba-tiba datang langsung berkata demikian lalu mengecup kening Anna.

Wanita kesayangan Adrian hanya bisa mendengus kesal. Ia memilih untuk bermain ponselnya dengan bibir yang maju ke depan.

"So, ada laporan apa tentang bocah nakal tapi gemesin ini?" tanya Adrian pada Sheren.

"Barusan tuh si Anna tiba-tiba ngilang, bikin panik aja," lapor Sheren.

Adrian mengangguk kemudian mengalihkan tatapannya. Kini ia menatap Anna yang menekan-nekan kasar layar ponselnya.

"Kamu kok makin gede malah makin kayak bocah sih? Nakal banget," Adrian mengusap rambut Anna.

Anna menepis tangan Adrian pelan. "Au ah, males! KANGEN VIOOoooo,"

Laki-laki itu langsung mendekap Anna membuat teriakannya teredam di dadanya. Sedangkan Sheren sudah tertawa geli melihat Anna yang kini memberontak minta dilepaskan.

"Gue balik deh ya, jadi nyamuk doang disini," Adrian mengangguki Sheren kemudian gadis itu berlalu dari hadapan pasangan yang membuat orang-orang iri.

"Lah, kok nangis?" tanya Adrian ketika merasakan tubuh dipelukannya ini bergetar disusul dengan isakan kecil.

"Kangen Vio, kangen Vio, kangen Vioo. Dulu kalo kamu suka nyebelin gini, aku pasti ngadu ke Vio."

Adrian tersenyum kecil. Ia pun mengeluarkan ponselnya dari dalam sakunya lalu membuat panggilan video bersama Viola.

"Kenapa, Dri?" tanya suara diseberang sana ketika panggilan sudah dijawab.

"Liat temen lo nih," Adrian mengarahkan ponselnya ke wajah Anna yang masih menangis sesegukan.

Tidak lama kemudian, pandangan Anna berbinar melihat wajah Viola. Wanita itu buru-buru mengambil ponsel Adrian dengan tersenyum senang.

"Lo kenap—"

"Vioo, huaaa, kangeeeen!" rengek Anna dengan air mata yang kembali terjatuh.

"Udah, jangan nangis lagi," kata Adrian sambil mengapus air mata Anna.

Di seberang sana, Viola terkekeh dengan mata yang juga berkaca-kaca. "Asik, gue dikangenin," katanya pelan.

Anna memanyunkan bibirnya dengan air mata yang siap meluncur bebas lagi. Mereka berdua memang jarang sekali berkomunikasi menggunakan video call, karena kesibukan masing-masing. Mungkin kebetulan Viola sekarang sedang tidak sibuk.

"Jangan nangis ah! Udah mau jadi mommy juga," hibur Viola.

"Jadi mommy apaan, masih belum kali." kata Anna sambil menghapus air matanya.

"Ih, jelek banget muka lo," ledek gadis yang wajahnya muncul di layar.

"Ish! Gimana kabar lo?" tanya Anna mengalihkan.

Viola mengangguk. "Baik kok. Lo sama Adrian juga baik kan?"

"Iya, baik kok kita. Veno?"

"Baik juga. Dia makin rajin ngapelin gue." ucap Viola lalu tertawa.

Kemudian, mengalirlah cerita diantara kedua perempuan yang sudah lama tidak bertemu itu. Anna menceritakan bagaimana harinya selama menjadi mahasiswa, tidak lupa dengan kejahilan teman barunya, Rafi dan teman sejurusannya, Sheren. Anna juga menceritakan Adrian yang menyebalkan—padahal orangnya ada disebelahnya— dan juga tentang Clara. Viola pun begitu. Ia juga menceritakan hal-hal yang ada di tempat tinggalnya dan hubungannya dengan Veno yang masih berjalan sampai sekarang.

"Inget ya, lo harus banget wajib pokoknya dateng ke lahiran anak gue nanti!" perintah Anna dengan wajah yang dibuat galak.

Bukannya takut, Viola malah tertawa. "Muka lo apa banget,"

"Vioo,"

"Iya, gue usahain dateng ya,"

Anna tersenyum senang. Mereka menghabiskan waktu setengah jam untuk saling melepas rindu.

"Bye, Viooo,"

"Bye, Anna, Adrian," balas Vio.

Tidak lama setelah salam perpisahan itu, layar ponsel Adrian sudah tidak lagi menampilkan wajah Viola.

"Makasiiiihhhh."Anna memeluk Adrian begitu erat membuat laki-laki itu tertawa.

kangenn vioo huaaa!!!

btw, kalian, coba tebak lagi lewat clue-nya. masih blm ada yg 100% bener nih🤔

Annadrian 2Where stories live. Discover now