Chapter X: Youngsters (3)

17 2 0
                                    

"Sial aku tidak jadi tidur."

"Detter kita harus menangani ini," menuruni kereta.

"Aku tahu," menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

Mereka berdua turun dari kereta kuda. "pak Mills anda putar balik dan pulang saja lah duluan," perintah Gwynelle kepada sopir pribadinya.

"Eeh tapi-" Gwynelle dan Detter telah duluan pergi mengatasi monster itu.

Asap kerusuhan membuat Detter dan Gwynelle tidak bisa melihat dimana musuhnya. Kata salah seorang warga bilang jika itu adalah penyusup dari kaum Holbdor. Disini Detter ingin mencoba bercampur dengan kekacauan, jadi ia pun memasuki asap kerusuhan itu.

"Detter jangan kesana! bahaya," teriak Gwynelle.

Detter menghiraukan perkataan Gwynelle dan berlari menuju dimana musuh berada.

"Dimana musuhnya?"  dalam hati Detter.

Detter menghentikan langkahnya. "Aku harus bisa merasakan hawa keberadaanya. Fokus."

Ia tahu jika akan diserang dari titik buta, ia pun memutar balikkan badan dan ia baru sadar jika...

"Sial, aku tidak bawa senjata, aku lupa jika pedangku patah."

...ia tidak membawa persanjataan.

Karena itu ia langsung mengelak, serangan menggebuk tanah berhasil dihindari. Asap perlahan menghilang. Musuh yang sedang dihadapi Detter bukanlah sembarang musuh, bukanlah manusia, melainkan monster bertubuh besar dengan tinggi 2 kali lipat tinggi tubuh Detter.

"Celaka!"

"Kalau begitu aku hanya harus membuatnya mengikutiku dan menjauh dari penduduk sekitar."

Dengan kecepatan berlari yang diatas rata-rata, ia menjadikan dirinya sebagai umpan dan membawanya menjauhi pemukiman. Detter membawa monster itu kearah hutan yang tidak jauh dari pemukiman.

"Boleh juga kamu anak baru," -???

Asap perlahan menghilang, Gwynelle sudah mulai bisa melihat Detter dan musuh itu.

"Detter...!" panggil Gwynelle. Tapi Detter sudah pergi ke hutan terlebih dulu.

"Ya ampun kenapa malah ke hutan sih?!" susul Gwynelle.

"Duh, cepat sekali dia, aku tidak bisa mengejarnya,"

*×*×*×*×*

Sesampainya dihutan, sekitar lima menit Detter berlari, dia harap ini sudah cukup jauh dari penduduk. Monster itu masih terus mengejar Detter, bagus. Saatnya Detter sembunyi dan menyusun rencana dihutan itu. 

"Bagus, sepertinya ia kehilangan jejakku," sembunyi dibalik semak-semak.

"Baik sekarang saatnya aku mencari cara agar ia bisa kulumpuhkan, paling tidak hingga bantuan datang."

Detter segera mengambil beberapa batu yang sebesar kepalan tangan. Ia berniat untuk melemparkan batu-batu tersebut ke mata monster itu, agar penglihatan monster tersebut terganggu. Disini Detter hanya bisa mengandalkan akurasi lemparannya saja. Kemudian ia menghadapinya secara langsung, karena itu memudahkan Detter untuk mengincar matanya dari depan. Namun, secara tiba-tiba muncul suara.

Grrrr...!!! 

"Suara apa itu? tidak mungkin monster itu kan? mungkinkah ada hewan buas disekitar sini?"

Benar saja seekor harimau dari arah kanan. Harimau itu seperti sudah siap untuk menerkam mangsa.

"Sial, aku terpojok."

The Untold ForeignTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang