Chapter I : The Foreigner

67 5 3
                                    

1186, Desa Saunntälann, desa yang amat tentram mayoritas pekerjaan para warga desa adalah Petani, Buruh, Penjual, Peternak, dan Perantau Di Ibukota.

Disuatu Pagi, bangun lah seorang anak bernama Terendetter Sigurdsson yang habis bangun dari tidurnya yang diatas jerami. Dengan baju yang lusuh dan rambutnya yang hitam tebal. Terdapat keramaian disana, suara orang-orang berbicara, suara langkah kuda...

"Ugh...dimana aku?..."

...lalu suara langkah kaki.

"Pagi yang cerah sobat". Seorang peternak Bertubuh tinggi berambut pirang menyapa.

"Pagi...Ugh...". Jawab anak itu."Hmmm... dimana ini?"

"Haa? ini di desa Saunntälann, masa kau tidak tahu. Atau jangan-jangan kau bukan berasal dari desa ini?"

"Maaf, aku tidak ingat darimana aku berasal, yang aku ingat hanyalah namaku."

"Oh iya kenalkan namaku Pavinśki Nudiian, kau boleh panggil aku Pave, dan kau..."

"Detter. Terendetter Sigurdsson."

"Hoho nama yang indah sobat, biasanya nama hebat seperti itu adalah orang keturunan bangsawan."

"Benarkah?"

"Ya tentu saja, mungkin kau adalah keturunan bangsawan yang lupa ingatan. Hei datanglah ke tempat tinggal ku, kau bisa beristirahat sejenak dan memikirkan apa yang ingin kau lakukan setelahnya. Tidak jauh kok, Di seberang sungai itu."

Detter masih bingung dengan apa yang telah terjadi, asal usulnya, tempat tinggalnya, kenapa ia berada disana, yang ia ingat hanyalah namanya.

"Nah...selamat datang dirumahku, disana ada peternakan sapi, jadi aku dan keluarga bisa mendapatkan susu tanpa harus membeli."

Rumah yang sederhana namun, sangat nyaman untuk ditinggali.

"Ibu dia adalah orang yang hilang ingatan sepertinya jadi aku membawanya pulang, namanya adalah Detter."

"Halo nak Detter, saya adalah ibunya Pave, Hannah Nudiian." kata ibu Pave.

"Salam kenal Bibi Nudiian, namaku Terendetter Sigurdsson, panggil saja Detter."

"Ohoho kamu boleh panggil aku Bibi Han saja, atau Ibu Han boleh."

"Oh baiklah Bibi Han." Ucap Detter.

"Baiklah Detter, silahkan duduk biarkan saya buatkan teh. Pave bantu ibu ambilkan teh didapur belakang." Ucap Bibi Han.

Detter duduk termenung, dia seperti sedang banyak sekali pikiran, dengan wajahnya yang murung dan wajah yang terlihat kesulitan.

"Pave, apakah dia benar-benar hilang ingatan? jika benar suruh dia tinggal disini untuk sementara waktu, dia bisa tidur sekamar denganmu. Masih ada satu kasur kosong dikamarmu Lagipula kakakmu sudah tidak ada kan." Kata Bibi Han.

"Iya juga ya, lagipula aku tidak kesepian lagi jika ada Detter."

"Detter silahkan diminum tehnya." Ucap Bibi Han.

"Oh, Terimakasih bibi Han."

"Detter untuk saat ini kamu boleh menginap dirumah ini. Mungkin sampai kamu ingat kembali semua ingatanmu itu." Kata Bibi Han.

"Benarkah? Terimakasih Bibi Han." Detter menjawab.

"Setelah ini, Pave antar Detter ke kamarmu." Bibi Han berkata.

"Baik bu..." Ucap Pave.

"Baik kamarku ada diatas, kamu akan tidur sekamar denganku."

Sesampainya di Kamar Pave.

The Untold ForeignWhere stories live. Discover now