~ Epilog ~

8K 248 14
                                    

Babe, I know you don't mean

To make small situations

Bigger than they should be

Than they should be

And I'm thinking

What if we just stop

Living in the present?

And I'm thinking

And maybe we both will be

Way less disconnected

---

Di sini, selalu sejuk dan tenang, tidak ada yang lebih indah dari tempat ini. Wanita berjilbab putih itu memandang ke arah langit, begitu biru...begitu menenangkan, seperti Adree nya....

Jemari wanita itu mengelus kelopak-kelopak mawar yang rapuh, mawar, juga mengingatkannya pada Adreenya....

Wanita itu memejamkan mata dan menghirup udara wangi di sekitarnya.

Walaupun di sini begitu sunyi, damai dan menenangkan, tanpa Adree semua terasa menyesakkan! Disusutnya airmatanya dan dia berniat mencari udara segar di luar ....

Langkah kaki mungilnya membawanya keluar dari halaman pendopo rumahnya, menyusuri jalan setapak dan tak lama, hamparan permadani sawah nan hijau menyambutnya.

Wanita itu menyusuri jalan kecil dan melihat sebuah kursi kayu panjang tergeletak di bawah pohon Kersen yang sejuk, dia memutuskan untuk beristirahat dan duduk di sana sejenak.

Lagi-lagi bayangan itu mengusiknya.

Lelaki tampan berbaju batik, yang tersenyum padanya dan berkata..."Cantik....caping itu...kebaya itu....dan jarit yang kau kenakan, itu paduan yang cantik dan menginspirasi, bolehkah aku memotretmu?"

Mata Kania berkaca-kaca mengingat pertemuan pertama itu.

Adree...Adreeku, aku rindu, bukankah sekarang tidak ada bu Rindu di sini, jadi kau harus memperbolehkan aku merindumu...

"Sendirian, Kania?" seorang lelaki mendekati Kania dan duduk di samping wanita berjilbab putih itu.

"Kau...menangis?" lelaki berkulit cokelat itu memandangi Kania dengan prihatin. "Jangan menangis....rasanya mas ikut sedih kalau melihatmu murung..."

Lelaki itu, Baskoro, mendengar berbagai kabar dari penduduk desa tentang kepulangan Kania yang sendirian ke desa.

"Walaupun lelaki itu sudah meninggalkanmu, kan masih ada mas yang bisa menjagamu, Kania..." Baskoro menatap Kania prihatin.

Kata orang-orang desa, Kania pulang dalam keadaan berduka, lelaki yang dikenalnya di kota, meninggalkannya.... tadinya Baskoro tidak percaya dengan kemalangan yang menimpa Kania, tapi melihat gadis yang biasanya ceria tapi sekarang begitu murung, mungkin kabar itu memang benar.

Kania menyusut airmatanya dan memandang Baskoro dengan heran. "Apa maksud mas Bas?"

Baskoro memandangi Kania. "Jangan sedih, jangan merasa sendirian, walaupun keadaanmu seperti ini...mas masih tetap mencintaimu, Kania. Mas akan menerimamu apa adanya....bahkan anakmu...eehh, boleh tidak aku memegangnya?" Baskoro menunjuk perut Kania yang terlihat membuncit.

"Sudah berapa bulan?" tanya Baskoro.

"Empat mas..." Kania mengelus perutnya dan tangan Baskoro ikut mengelus perut Kania perlahan.

---

"Ehm..ehm..." sebuah suara di belakang kursi mengagetkan kedua orang itu. Kania terkesiap melihat siapa yang datang dan memandanginya begitu tajam.

GADIS DESAWhere stories live. Discover now