~ Part 17 - Mbaron ° Berladang ~

3.8K 220 1
                                    


Kiss me darling, a-one more time

With everything that you got inside

Kiss me darling, a-one more time

'Cause love's the only thing we leave behind

---

"Kania..." gadis itu tersentak dari lamunannya saat Adree menyentuh bahunya.

"Mas...ada apa?" Kania pura-pura tidak tahu kejadian antara Adree dan Thalita.

"Sepertinya Thalita tadi kecapekan dan sekarang sudah beristirahat. Kata bu Rima dia kadang seperti itu dan bu Rima sudah menyuntikkan obat penenang supaya dia bisa tidur nyenyak..."

Bu Rima menghampiri mereka ke ruang depan dan memandang Adree.

"Maafin Thalita ya nak Adree..."

"Nggak papa bu....mungkin dia kecapekan...Adree sama Kania permisi dulu ya..." Adree menggandeng tangan Kania dan pergi meninggalkan vila Thalita.

Selama menuruni jalan setapak, Adree lebih banyak diam dan Kania tidak berani bertanya, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.

Sesampainya di rumah, Kania menuju kamarnya dan beralasan kalau dia lelah. "Kania kayaknya masih agak masuk angin...jangan sampai mas Adree tertular...kita tidur di kamar masing-masing ya?" sebelum Adree menjawab, Kania sudah menutup pintu kamarnya.

Pikiran Kania begitu kacau, ya Tuhan, siapa yang bisa dipercaya sekarang?

Kania mengambil air wudhu dan segera shalat isya, menenangkan hatinya dan berdoa semoga bisa mengambil keputusan terbaik.

Setelah merapikan mukena dan mengembalikan mushaf ke meja belajarnya, Kania tiba-tiba teringat tas ranselnya, di saat galau, biasanya dia membuat sketsa. Saat merogoh ransel yang dipakainya ke pondok kemarin, tangan Kania menyentuh buku tebal.

"Diary Mario..." Kania terkesiap. Gadis itu duduk di ranjang dan membuka lembar demi lembar catatan bertulisan rapi itu.

Walaupun lelaki, tulisan Mario begitu indah, terkadang diselingi sketsa yang indah sehingga Kania seperti membuka lembaran buku dongeng.

Diary itu menceritakan pertemuan pertama Mario dan Thalita.

"Thalita Haneda, putri Shinji Haneda itu sudah memukau diriku sejak pertama aku bertemu dengannya, dia begitu lembut dan cantik, kurasa kami saling jatuh cinta pada pandangan pertama..."

Lembar demi lembar menceritakan seorang lelaki yang kasmaran pada seorang perempuan, lelaki yang romantis dan gadisnya yang jelita, bahagia, penuh suka cita, sampai pada hal yang membahas Adree, semua cerita indah itu berubah menyedihkan.

Aku nggak ngerti, selama ini kupikir Adree mendukung hubunganku dengan Lita, tapi ternyata dia juga menyukai Lita, walaupun dia tidak pernah berterus terang padaku. Setelah pertunanganku, Lita justru semakin menjauh dariku, tadinya aku menyalahkan Adree karena semua itu, apakah Adree menusukku dari belakang? Aku begitu membencinya karena terlalu mencintai Thalita, hingga suatu hari, mataku yang buta oleh cinta, terbuka oleh kebenaran. Lita tidak mencintaiku, tidak juga Adree, dia hanya menginginkan pewaris Mirza Group. Selama ini dia mendekatiku karena mengira akulah yang akan mewarisi MG karena oom Adnan sudah mempercayakan aku menempati posisi yang cukup penting walaupun aku masih kuliah, sementara pada Adree, putranya sendiri, oom Adnan masih membebaskan Adree dari tanggungjawabnya. Adree masih begitu santai, begitu bebas, walaupun sebenarnya otaknya lebih cemerlang dariku, tapi karena sikap santainya, oom Adnan lebih mempercayakan posisi itu kepadaku dan berkata padaku untuk menjaga Adree sampai sepupuku itu sudah memahami jatidirinya yang sebenarnya. Aku tidak perduli akan posisi dan kedudukan di MG, yang kucari adalah cinta sejati, bukan cinta yang penuh kepura-puraan. Aku yakin, oom Adnan akan selalu adil, Adree pun tidak perduli siapa yang akan mengambil kendali Mirza group, dia bukan lelaki yang serakah. Karena itu, saat cintaku pada Lita hancur, aku menjadi lebih menyayangi Adree daripada sebelumnya. Dia tidak boleh mendapatkan wanita yang salah, walaupun aku merasa menderita, aku harus tetap pura-pura cintaku pada Lita masih ada dan semakin besar, walaupun aku tersiksa, tapi ini semua demi Adree..."

GADIS DESAWhere stories live. Discover now