~ Part 20 - Galeng ° Pematang~

6.3K 270 2
                                    


I stare you, sometimes at night

Wishing I could jus press rewind

'Cause I just want more

I get confused, sometimes I skip

Can't carry your stuff, am I beginning?

In anything, I just want more

---

Kania membuka mata dan merasakan tangannya terrangkum dalam genggaman hangat seseorang.

Bibir lelaki itu mengecup tangannya dan wajah rupawan itu terlihat menawan dengan mata terkatup seperti sedang menguntai doa-doa.

"Ken Arok..." bisik Kania. Lelaki itu masih memejamkan mata. Kania mengigit bibir, kenapa lelaki itu selalu terlihat mempesona, ada aura magis melingkupinya, mungkin itu yang membuat para wanita kehilangan akal sehatnya saat berada di dekatnya. Protektif! Siapapun pasti ingin memiliki keindahan sempurna itu untuk dirinya sendiri.

"Aku takut..." pria itu berbisik. "Tidak ada lagi tatapan penuh cinta di mata Ken Dedesku, aku takut, dia akan memandangku penuh kebencian dan tatapan itu akan menghancurkanku dalam sekejap..."

"Apakah Arok memiliki rasa takut?" Kania menarik tangannya tapi Adree menahannya.

"Tentu saja...dia pria yang hidup karena cinta, tentu dia tidak akan menjadi raja yang menempati singgasana jika bukan karena rasa cinta yang begitu dalam kepada Ken Dedes....dia hanya pria udik biasa..." hembusan nafas Adree menghangatkan jemari Kania saat lelaki itu bicara.

"Apakah mas sudah menemukan jawabannya? Apapun jawaban itu, perasaan Kania masih akan tetap sama, tidak berubah dan tidak ada yang perlu ditakutkan..."

Perlahan bulu mata lentik pria itu bergerak, membuka tabir dan tatapan tajam Adree langsung tertuju ke pandangan lembut Kania. Adree menghembuskan nafas lega, cinta itu ada, selalu berada di sana, tidak ada setitik kebencianpun di mata Kania.

"Aku, mencintaimu....Kinara Kania..." bisik Adree.

Kania menengadah, perasaannya begutu lega dan hangat dan airmata mengaliri pipinya. "Terimakasih, Tuhan..."

"Seharusnya aku nggak mengatakan itu kalau hanya akan membuat wanita yang kucintai menangis..." Adree membelai pipi Kania. "Jangan menangis, tenangkan diri oke? Dokter Imelda mengatakan padaku, kau jangan terlalu banyak bergerak dulu dan pikiranmu harus tenang..." sorot mata Adree terlihat cemas.

Kania tersenyum.

"Aku minta maaf Kania, perbuatanku kemarin sangat buruk, lain kali, kalau kau meminta mangga, akan kupetik seluruh buah di pohon itu..."

"Hehehe...bisa sakit perut malah, kalau makan seluruh buah yang ada di pohon..."

"Aku bantu makan...., kalau kau minta duren di musim rambutan atau memintaku memetikkan anggur di Prancis, Persik di Jepang, Kiwi di New Zeland atau Jeruk ke China, akan kulakukan, asal kau jangan memintaku meninggalkanmu..."

"Dia memang tidak bisa memintamu meninggalkannya, tapi aku bisa...lagian jangan ngajarin orang hamil muda makan duren ah.." dokter Imelda berdecak kesal. "Pak Adree yang kukenal selalu on time, ini sudah duapuluh menit, waktu untuk mengunjungi pasien hanya sepuluh menit! Pergi sana....biarkan istrimu istirahat....nah, kenapa nyonya Adree menangis? Nggak bener ini!"

"Aduh dok, tadi kan dia tidur, baru saja terbangun, masa wakuncar nya tidak bisa ditambah durasi?"

Dokter Imelda memandang Kania.

GADIS DESAΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα