~ Part 16 - Lajo ° Buruh Panen~

4.5K 216 8
                                    



I've got my issues, I admit that

You got some fears that hold you back

But we are acting like we're children

Looking to blame for what we lack

---

Adree berjalan kaki menuju rumah Thalita.

Dulu, dia dan Mario suka sekali balapan menyusuri jalan setapak itu. Selain untuk bertemu nona muda cantik anak pemilik rumah, juga melihat berbagai bunga indah yang dikembangkan profesor Shinji, tapi sekarang rumah kaca di samping vila itu sudah tidak terrawat, bahkan halaman depan pun tidak serapi biasanya. Kemana bu Rima?

Adree beberapa kali mengusulkan bu Rima untuk mencari pembantu tapi wanita itu menolak, katanya Thalita tidak suka jika ada orang asing di rumah.

Perlahan diketuknya pintu sekali lagi dan menunggu. Tak berapa lama seorang wanita yang sebenarnya usianya tidak jauh dari Aisha membuka pintu, Adree mengernyit. Mungkin, karena melihat penderitaan putrinya, Rima terlihat begitu...tua? Saat pertama bertemu Rima dulu, Adree melihat wanita muda yang cantik dan ceria, begitu serasi dengan Shinji yang berwajah oriental.

Waktu benar-benar mengubah segalanya. Tapi bagaimana bisa? Sementara Aisha bagi Adree, selalu terlihat muda, mungkin juga karena Aisha rajin merawat rambutnya sehingga tidak terlihat ubanan dan setiap kali keluar rumah Aisha selalu berjilbab rapi, tidak kalah dengan para nyonya muda di sekitarnya. Tubuh Aisha selalu terlihat ramping, kecantikannya tetap memancar sehingga Adnan tidak pernah berpaling kepada yang lain. Kata Adnan, itu karena Aisha rajin mandi dengan perasan air lemon, membuat kulit kencang dan wangi, resep turun temurun keluarga Aisha. Walaupun rajin merawat wajah dan tubuh, waktu kecil Adree tidak pernah kekurangan kasih sayang ibunya, setiap hari ibunya selalu membuat masakan yang enak, menjelang lebaran, Aisha selalu membuat kue kering sendiri dan resep nastarnya memang enak. Jadi ibunya tidak hanya pandai bersolek, tapi pintar mengatur rumah tangga juga, saat Adree mulai dewasa dan kuliah di Bogor, mungkin Aisha mulai kesepian sehingga membuka butik untuk menyibukkan dirinya yang selalu ditinggal pergi anak dan suaminya, sejak itu hubungan Adree dengan ibunya agak meregang, tapi stabil. Hanya recokan Aisha masalah jodoh saja yang membuat gerah Adree.

"Selamat sore bu....Thalita ada?"

"Oh, nak Adree...Lita sedang tidur..."

"Emm..maaf kalau mengganggu, besok pagi saya kesini lagi sebelum berangkat kerja..."

Tiba-tiba bu Rima memegangi tangan Adree, sorot matanya tampak kalut. "Tidak, jangan pergi dulu, Lita pasti senang kalau nak Adree berkunjung, biar ibu bangunkan dulu....silahkan duduk nak..."

"Tapi bu..."

"Ibu mohon, kasihan Lita sudah lama tidak ada kawannya yang berkunjung, dia tampak...kesepian..."

Adree mengangguk, "Baiklah, tapi kalau tidurnya nyenyak sebaiknya tidak usah diganggu bu, kasihan..." bu Rima bergegas menuju ke kamar Thalita di ruang belakang, sejak lumpuh, kamar gadis itu pindah dari lantai dua ke lantai satu.

Adree mengamati sekeliling. Dia memang jarang masuk ke rumah ini, setiap kali dia berkunjung, Lita selalu sudah menunggu di depan dan mereka berjalan-jalan.

Setahun sungguh mengubah suasana rumah ini menjadi begitu...suram?

Warna-warna yang dulunya cerah berubah menjadi kelabu, sepertinya jendela mulai jarang dibuka, padahal dulu Lita suka menyambut Adree dan Rio dengan berteriak dari jendela yang terbuka lebar-lebar. Mereka sering bermain sepeda dan berkegiatan di halaman rumah ini, tapi sekarang semua tampak aneh bagi Adree. Sudah setahun lebih Mario meninggalkan mereka, tapi jejak kesuraman itu tetap membayangi Lita, begitu pikir Adree. Mungkin saat kita kehilangan orang yang kita cintai, semua cahaya itu juga hilang dari diri kita?

GADIS DESAWhere stories live. Discover now