"Ibu mau orang ini tetap disini atau diusir saja?"

Kania melihat ke arah Adree dan dokter Imelda.

"Bu dokter ...kenal suami saya?" Kania mengernyitkan dahi.

"Iya, kami dulu teman..." dokter Imelda memeriksa denyut nadi Kania dan selang infusnya.

"Mantan pacar mas Adree juga?" tanya Kania.

Adree mengerang. "Bukan, dia mantan pacar Mario....!" sambar Adree membela diri, takut Kania salah paham, Imelda memberenggut.

"Aduh pak Adree, jangan bikin baper ..." lalu dengan kesal mengusir Adree keluar ruangan. "..sudah tahu saya sulit move on dari Mario juga..."

Wajah Kania menunjukkan rasa penasaran. "Bu dokter...kenal mas Mario? Cerita dong bu..."

"Nanti ya, sekarang nyonya Adree harus istirahat dulu....setengah jam lagi kami akan memberikan menu makanan sehat yang harus ibu santap...ibu mau cepat sembuh kan?"

"Iya dok..." Kania mengelus perutnya dengan kasih sayang. "Dedeknya kayaknya udah laper..."

"Kenapa setengah jam lagi Mel? Anakku udah kelaparan tuh..." protes Adree. Imelda memutar bola mata.

"Ada prosedurnya, pak! Udah sana pergi dulu, biarkan istrimu istirahat, nanti ada waktunya kamu boleh ngobrol sama dia lagi..."

---

"Saya pertama bertemu dengannya....di sebuah taman, sedang memainkan biolanya sepenuh hati. Alunan yang indah....tapi yang saya agak tidak simpati padanya, dia sedang mengemis di taman itu. Banyak orang mendengarkan dia memainkan biolanya, dan uang terkumpul di kotak biola miliknya. Melihat sosoknya yang gagah dan wajah yang lembut rupawan, saya tidak habis pikir, apakah dia sebegitu kekurangan uang hingga mengemis di taman kota? Saya diam-diam mengikutinya, dia menuju ke tempat yang begitu kumuh, sebuah tempat pembuangan sampah," Imelda menerawang membayangkan pertemuan pertamanya dengan Mario.

"Saya pikir, apakah mungkin orang yang terlihat begitu bersih, tampan dan memesona ternyata tinggal di tempat kumuh seperti itu? Dia tampak tak canggung berbicara dengan kerumunan anak-anak pemulung di sana, ternyata, dia memberikan semua hasil mengamennya kepada anak-anak itu, katanya untuk sekolah mereka...saat itulah saya bisa melihat sosok dia yang sebenarnya, kebaikan hatinya membuat saya jatuh cinta..."

Kania meraih tangan Imelda. "Saya bisa bayangkan, dokter pasti terpana lihat wajah ganteng mas Rio ya?"

Imelda mengangguk, "Cinta pada pandangan pertama yang saya tidak mau mengakuinya, lagipula...dia seperti seorang penyendiri yang kesepian, saya terlalu takut mendekati sosok malaikat itu...hingga suatu ketika..." Imelda memandang Kania.

"Dia membawa sepupunya yang berandalan itu, anggota geng motor The Riders yang baru saja tawuran, perutnya tertusuk belati dan kondisinya terlihat buruk, waktu itu saya masih koas di salah satu rumah sakit itu dan untuk pertama kalinya saya melihat wajahnya yang biasanya lembut, terlihat keras dan panik.

"Tolong Ei Drii ku..." katanya pada dokter yang menangani Adree. Sementara Mario sendiri babak belur, wajahnya lebam, bibirnya berdarah, pelipisnya tergores, tapi saat saya mau mengobatinya, dia menepis tangan saya dan memastikan Adree dalam kondisi yang stabil dulu, dia baru mau diobati setelah menyumbangkan darahnya untuk sepupunya. Bahkan...saya tidak pernah melihat ikatan kasih sayang saudara kandung seperti itu, saya yakin mereka bukan saudara kandung karena Mario memang agak bule dan Adree itu wajahnya pribumi banget kan?" Imelda tertawa.

"Dari caranya menatap Adree, menjaganya semalam suntuk hingga orangtua Adree datang, menunggu Adree siuman...segalanya! karena peristiwa itu kami saling mengenal dan dekat, dia sering curhat kalau sedang menyukai seorang gadis, tadinya saya sudah sempat besar kepala mengira gadis yang disukainya adalah saya, tapi ternyata bukan, tentu saja saya kecewa. Mario bilang dia tidak percaya diri mengatakan perasaannya pada gadis itu dan ingin melupakannya saja. Beberapa waktu, kami jadi dekat, sempat berpacaran juga sebelum akhirnya putus, saya tidak pernah tahu kenapa dia tiba-tiba menjauhi saya dan meminta putus begitu saja, lalu ada kabar dia sudah bertunangan. Saya bilang padanya, kalaupun dia sudah menyukai orang lain, atau berhasil mendapatkan gadis yang dicintainya, saya ingin tetap bersahabat dengannya. Karena cinta sejati tidak menyakiti, jika kita mencintai seseorang, kita harus mampu melihatnya berbahagia walaupun itu tidak dengan kita, karena cinta sebenarnya dilandasi oleh kasih sayang yang tulus, bukan? Waktu itu dia hanya memeluk saya dan berkata dengan sedih.

GADIS DESAWhere stories live. Discover now