~ Part 19 - Legok ° Cekung ~

Start from the beginning
                                    

"Non Kania mengalami pendarahan, miskram! Sampai sekarang non Kania belum sadar!" bu Rindu terduduk di lantai dan menangis tersedu-sedu. "Ibu pernah mengalami hal seperti itu dan akhirnya keguguran....rasanya lebih menyakitkan daripada seorang wanita melahirkan, tuan...dan apa yang saya dengar ini? Sementara non Kania belum siuman, tuan dengan tega lebih memikirkan perasaan wanita lain daripada istri dan calon anak tuan sendiri?"

Bu Rindu tersedu-sedu. "Kurang baik apa non Kania? Saat mbak Lita mencoba bunuh diri kemarin, non Kania menyuruh ibu memasak untuk keluarga non Lita, non Kania sendiri yang mengantarkan kesana bersama mamang. Non Kania yang menebus obat non Lita, membantu bu Rima....saat non Lita marah dan melempar gelas ke non Kania, ini mamang yang cerita, non Kania tetap diam, tidak sedikitpun membenci non Lita. Padahal lengannya harus dijahit karena terkena pecahan beling! Apakah ada wanita yang hatinya lebih luas dari itu? Kalau tuan mencintai non Lita, tidak seharusnya non Kania terluka lahir batin seperti ini. Ibu yang baru beberapa bulan kenal non Kania saja bisa merasakan kasih sayangnya, apakah tuan sebagai suaminya, tidak bisa mengenal sifat asli istri tuan sendiri?"

Bu Rindu berdiri dan menuju ke kamar Kania. "Ibu mau mengantar baju non Kania ke rumah sakit, tuan..."

Mata Adree mengerjap, penjelasan bu Rindu tadi terlalu berat diterimanya. Adree mengusap wajahnya dan memikirkan kata-kata bu Rindu.

Apakah tuan sebagai suaminya, tidak bisa mengenal sifat asli istri tuan sendiri?

Bu Rindu benar. Semua orang di sekitar Kania selama ini merasa nyaman dan senang dengan kehadiran gadis itu, beberapa kali Kania mengajak teman-temannya di kampus untuk main ke vila, mereka bersendau gurau dengan riang, Kania tidak membeda-bedakan teman baik dari suku atau agama yang berbeda. Kania cepat akrab dengan keluarga bu Rindu, bahkan sering bermain layangan dengan Yudhis dan anak bu Rindu itu sudah dianggap Kania sebagai adik. Apakah kata-kata Lita tentang Kania bisa dipercaya?

Adree memejamkan mata.

Siapa yang bisa dipercaya?

Saat menyadari sesuatu yang lebih penting, tubuh Adree menjadi dingin.

Ya Tuhan, anak? Anaknya?

Adree melihat sekeliling dan menyadari bu Rindu sudah pergi dengan tukang ojek tadi. Dimana rumah sakitnya? Adree menepuk keningnya, kesal!

Untungnya mamang menjawab telfon Adree saat lelaki itu menghubunginya.

"Di Rumah Sakit Harapan Kita, tuan..." jawab mang Jamal. "Non Kania masih belum sadar, dokter sudah menanganinya tapi mamang belum diberitahu bagaimana kondisinya..."

Adree meraih kunci mobilnya dan bergegas menuju ke Rumah Sakit.

---

Bu Rindu dan mang Jamal memandang Kania dari balik kaca kamar rawat. Adree bergegas menghampiri mereka.

"Gimana kondisinya bu?" tanya Adree.

Bu Rindu berpandangan dengan mang Jamal. Suaminya.

"Sebaiknya, tuan cari dokternya....tadi ibu dan mamang disuruh menunggu suami non Kania, karena tuan yang berhak tahu kondisinya..." bu Rindu menyusut airmatanya. "Kasihan non Kania..."

Pikiran Adree sudah kacau. Kenapa bu Rindu bilang seperti itu? Apa Kania akhirnya keguguran? Jika sampai seperti itu, tentu Adree tidak bisa memaafkan dirinya sendiri! Bagaimana mungkin tadi dia meninggalkan Kania yang kesakitan sampai pingsan dan mengalami hal seperti ini? Jika Kania siuman dan tahu kalau hal buruk itu terjadi, Kania pasti membenci Adree.

Tiba-tiba hati Adree menjadi nyeri. Ada rasa takut, jika nanti Kania membencinya. Tidak ada sorot mata lembut itu lagi....yang ada hanyalah kebencian!

GADIS DESAWhere stories live. Discover now