~ Part 16 - Lajo ° Buruh Panen~

Mulai dari awal
                                    

Tiba-tiba terbayang wajah Kania di benak Adree, menghapus semua kesuraman yang dirasakannya. Gadis itu selain pintar, lugu, lucu...kadang kepolosannya membuat Adree tertawa sendiri, gadis seperti itu tidak boleh terlalu jauh darinya, salah-salah bisa ditipu orang atau diculik lagi!

Agak lama Adree menunggu sambil memainkan ponselnya, melihat-lihat fotonya dan Kania sewaktu di gubug pesanggrahan. Dua hari ini dia merasa menjadi dirinya sendiri tanpa beban. Seandainya saja dia tidak dibebani berbagai tanggung jawab, dia merasa senang jika bisa melewatkan waktu seperti itu lagi. Terlebih Kania seperti bidadari cantik yang memuaskannya luar dalam. Fisik yang indah, tapi juga cerdas dan cekatan. Tipe wanita yang tidak merepotkan, justru membantu dalam segala hal. Jemari Adree kemudian menelusuri instagram dan memilih beberapa baju tidur dari butik milik maminya untuk dikenakan Kania juga melihat Instagram Sanjaya Butik, memilih beberapa gaun menakjubkan yang akan membuat Kania seperti model Victoria Secret saat mengenakannya nanti. Adree tak sabar menanti paket itu sampai ke vila.

"Dree? Kok senyum-senyum sendiri?" Lita mendekati Adree dengan kursi rodanya, di belakangnya bu Rima tampak tersenyum lega.

"Ehh...nggak papa..." Adree langsung memasukkan ponselnya ke saku. Sebagai lelaki yang selalu tampil sempurna dan berkharisma, tentu dia tak ingin pikiran liarnya diketahui orang lain. Setelah 'menormalkan' pemikirannya, Adree memandang Lita. "Gimana Sakura, sehat kan?"

"Iya samurai....aku sehat kok, apalagi ada kamu di sini," Lita menyentuh lengan Adree. "Baru pulang dari Dubai?"

"Nggak sih, sudah sejak Sabtu, tapi ada acara dan baru kembali siang ini...kemarin main ke pesanggrahan desa Batubulan bareng Kania...udah setahun lebih nggak nengok pondok itu.."

Lita mengernyit. "Oh, pondok dibalik bukit itu? Sama siapa aja kesana?"

"Berdua saja sih..."Adree tersenyum karena terbayang saat Kania memeluknya erat dari belakang dan merapal doa saat mereka menuruni jalan batu terjal memakai motor. "Yuk main ke tempatku...masakan istimewa bu Rindu sudah menunggu kita..."

Adree tidak melihat perubahan roman muka Thalita yang menjadi mendung, karena sudah berada di belakang kursi roda Lita.

"Kami pergi dulu bu Rima..."Adree berpamitan dan dengan hati-hati membawa Lita menuruni bukit.

---

Sesampai di vila, Adree sudah ditunggu Adyaksa dan Zihan.

"Lho, kok kalian di sini?" tanya Adree.

"Iya tuan, ada kunjungan mendadak menteri pertanian Korea Selatan, kami disuruh bapak membantu tuan Adree menyiapkan sambutannya, pak Zayn dan pak Roy sudah menuju ke Mirza Group cabang Bogor dan mempersiapkan semua akomodasinya.

"Oh, begitu..." Adree melirik ke arah Kania yang sedang memandangi Adyaksa seperti memikirkan sesuatu.

"Kita kayaknya pernah ketemu ya pak? Bapak kayak lelaki yang pernah survei ekonomi ke rumah saya yang di Sidomulyo..."

Adyaksa meringis, mengingat penyamarannya sewaktu membuat CV Kania dan menyelidiki keluarga gadis itu untuk diberikan kepada Adree sebagai kandidat calon istri. Untung waktu itu dia memakai kumis palsu.

"Saya...memang punya kerabat di Semarang non..."Adyaksa melirik ke arah Adree meminta bantuan.

"Ahh...memang banyak orang yang mirip di dunia ini..." Adree tersenyum dan membopong Lita untuk duduk di kursi makan.

"Kami setelah ini akan bersiap ke perusahaan, tuan Adree mau berangkat bersama Zihan atau bagaimana?" tanya Adyaksa.

"Hmm...aku akan berangkat bersama kalian saja, nanti Thalita biar diantar bu Rindu dan Kania pulang. Nah sekarang kita makan dulu..." Adree mempersilahkan tamunya makan dan menghubungi Zayn, menanyakan kesiapan di lokasi.

GADIS DESATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang