20: What If

39 7 2
                                    

  Vote!

  ***

  "Di ATM ini ada seratus juta, ambil dan pergi jauhlah dari kehidupan anak saya."

  Kartu ATM itu disodorkan ke Feli.

  "Yang William tinggal itu rumah saya, kenapa saya harus menjauh dari William Tante?"

  "William akan saya belikan rumah disini, dan buat kamu, kamu bisa menjauh dari anak saya dan bawalah uang ini."

  "Saya dan William itu saling cinta, kenapa Tante gak setuju?"

  "Karena saya tidak suka dengan kamu, saya maunya William nikah dan pacaran sama Risa, gadis pilihan saya."

  "William sudah dewasa Tante, dia bisa memilih yang mana menjadi miliknya dan bukan, kenapa Tante masih memaksa?"

  "Dia anak saya, hak saya."

  "Memangnya ada Ibu yang selalu memaksa anaknya untuk mengikuti permintaannya sedangkan anaknya tidak bahagia?"

  "Apa hak kamu nanya gitu ke saya? William anak saya, sudah seharusnya saya mencarikan istri yang baik untuknya."

  "Saya nggak mau uang Tante, ambil balik."

  "Heh! Saya nggak bakal setuju kamu sama anak saya, segera kamu putusin hubungan kamu sama anak saya, karna setelah lulus sekolah ia akan saya bertanggung jawab diperusahaan saya dan menjadi CEO disana."

  "Saya nggak segampang itu buat putus sama William."

  "Jangan bikin saya bertindak jahat sama kamu."

  "Harusnya Tante malu kalau William tau Tante bertindak jahat sama gadis malang kayak saya."

  "Gadis malang? Apa jalang?"

  "Tante keterlaluan!"

  "Kalau bukan gadis jalang apa hm? Masa ada sih gadis baru sekolah tingkat atas bahkan belum lulus udah tinggal sama seorang anak laki-laki?"

  "Pantes rekening anak saya uangnya cepat habis terus, ternyata kamu yang ngabisin uang dia."

 "Bukan saya."

  "Mana ada maling yang mau ngaku? Intinya cepat putus sama anak saya."

  "Ini nomor telfon saya, kalau udah putus segera hubungin saya, saya benar0benar tidak sabar menunggu hubungan kalian putus."

  Mariana segera mengambil tas original Zara dimeja lalu keluar dari cafe.

  "Apa gue bener gak jodoh sama William?"

  Jarum jam sudah menunjukkan pukul 20.00 malam, Feli belum pulang kerumah, padahal ia keluar dari jam 08.00 pagi untuk menemui Ibu William.

  Tring!

  "Halo."

  "Suara lu kenapa gitu? Lu abis nangis? Lu kenapa?"

  "Nggak, gue gak nangis, kenapa?"

  "Ini udah malem Felicia, pulang cepet, gue jemput ya? Lu dimana?"

  "Gue dicafe Bang Ryan."

  Feli menelfon Mariana.

  "Halo Tante, saya bakal mutusin William langsung," ucap Feli tegas.

  "Akhirnya kamu sadar diri juga, saya tunggu."

  Saat William sudah mendekat dan berjalan menuju arah Feli.

  "Sayang, kita ketemuan dicafe aja ya besok?" ucap Feli sengaja membesarkan suaranya.

WILLIAM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang