Senyuman Nilam sedikit luntur melihat ternyata suaminya tidak datang sendiri, melainkan ada wanita lain di sampingnya.

Nilam tau betul wanita ini, dia wanita yang ada di foto dompet suaminya, dan wanita yang fotonya kerap suaminya pandang sebelum tidur. Bukan hanya wajahnya, Nilam juga tau namanya, Miranda. Nama yang selalu suaminya desahkan ketika mereka bercinta.

Tiga tahun menikah dengan Arga, Nilam kerap menelan pil pahit saat tau suaminya mencintai wanita lain, dan mereka masih terus berhubungan meskipun Arga sudah menikah dengan Nilam.

Nilam bukan wanita perebut, namun takdir telah menyatukannya dengan Arga, dan dirinya berhak atas Arga sepenuhnya.

Namun melihat dingin dan hambarnya pernikahan mereka, Nilam memilih diam ketika melihat foto Miranda kerap ia temukan di barang-barang suaminya, seperti handphone, dompet dan di kantor suaminya.

Selama Arga tidak membawa benalu itu ke rumah mereka Nilam sudah membuat keputusan untuk tetap diam seolah tak tau apa-apa. Namun kini, Arga membawa wanita itu setelah kematian mertuanya.

Dan seorang anak?!

"Silahkan masuk!" sapa Nilam ramah. Mereka kini duduk di sofa ruang tamu, dengan posisi Nilam di single sofa dan mereka di sofa panjang.

Arga nampak enggan menatap wajahnya, dapat Nilam lihat ada rasa tidak enak di wajah Arga.

"Saya Miranda, calon istri ke dua Mas Arga." Miranda membuka suara lebih dulu dan memperkenalkan dirinya dengan begitu percaya diri.

"Saya tau." jawab Nilam santai yang membuat Arga kini menatapnya kaget. Miranda menatap Arga seolah meminta penjelasan.

"Sejak kapan?" tanya Arga.

"Di malam pertama pernikahan kita." Arga terhenyak mendengar perkataan istrinya itu.

Jujur saja ada penyesalan di hati Arga ketika menyakiti perasaan wanita di hadapannya itu, selama ini Nilam selalu berusaha keras untuk menjadi istri yang baik. Namun memang pada dasarnya cinta itu gila, Arga egois dengan kembali menggenggam wanita masa lalunya.

Miranda mengepalkan tangannya, "Dengar, di sini jangan membuat saya seperti seorang perebut, sejak awal Arga milik saya, jika ada yang pantas di katakan perebut di sini, itu kamu Nilam!" suara Miranda mulai naik.

Bukannya emosi, Nilam malah tersenyum menatap Miranda, "Benarkah? Apa hak mu atas Mas Arga? Istri? Keluarga?" Miranda bungkam mendengarnya.

"Kenalin saya istrinya!" Nilam mengulurkan tangannya berniat bersalaman, namun Miranda jelas menolak dan mendengus sinis.

"Dengar Nilam, saya mencintai Miranda--"

"Aku tau Mas. Sekarang aku tanya, apa kurangnya aku sehingga kamu tega menyakiti perasaan aku dan anak kita! Liona masih kecil Mas! Dan ini apa?! Kamu dengan mudahnya bawa selingkuhan kamu ke sini dan...anak haram kalian!" Nilam berucap dengan tegas.

Arga berdiri lalu melayangkan tamparan ke wajah istrinya, "Jaga ucapan mu Nilam, hinaan semacam itu tidak pentas di katakan oleh wanita seperti mu!"

Miranda diam menikmati drama di depannya sambil menepuk-nepuk punggung bayinya agar tidurnya tidak terganggu.

Bayi itu Aurel.

Nilam memegang pipi kirinya dengan bibir bergetar menahan tangisnya, "Secara tidak langsung, kamu mengatakan jika aku adalah wanita yang baik Mas?"

ALKANA [END]Where stories live. Discover now