10. | Dede

58 26 12
                                    

"Mampukah aku bertahan melewati ini semua?, mampukah aku ikhlas menerima ini?"

~Dedee'~

Happy Reading...
.
.
.

Pov On Dewi

Selanjutnya apa lagi yang akan terjadi dalam hidupku?, sakit!, gak usah ditanya pasti sakit. Luka?, jelas banget. Kalo aku merasakan sakit pasti ada luka. Aku harus apa?, tujuan bertahanku hanya ummi syakilla dan abbi fahri. Mereka sekarang sudah gak ada, jadi apalagi tujuan utama ku?, gak ada!.

Memang aku pernah bilang sama ummi kalau aku akan ikhlas. Tapi apa sekarang?, nyata nya aku gak bisa. gak mudah bersikap ikhlas dari perginya ummi sama abbi bersama. Tangis, luka, rintih, sakit, putus asa, frustasi, kesal, menyesal, menyalahkan takdir.

Benar, aku sekarang hanya menyalahkan takdir. Kenapa coba aku waktu itu minta ummi sama abbi jenguk. Harusnya aku diem aja! Gak usah minta mereka jauh jauh dateng. Dan akhirnya gini.

Sekarang aku punya apa?, "APA HAH??,hiks.. cuma bisa nangis!,hiks.. dasar cengeng hiks.." hanya itu kalimat di fikiran ku sekarang. Nyesel banget. Semua umpatan sudah ku ucapkan. Pukulan kepala selalu ku lakukan. Apalagi sekarang??,

Tok..tok..tok..
Aku anak durhaka, aku gak pantes dilihat sama orang, aku sangat buruk.

tok..tok..tok..

"BERISIK!"

tok..tok..tok..
Apalagi sih, rasanya pengen gantung diri. Aku anak paling hina dialam ini.
Gak cocok lagi didunia

BRAAAKKK..

Pintu itu terbuka dengan kasar
Ada suara hentakan kaki yang lari. setelah itu, ada tangan hangat memelukku, ini menenangkan, sangat kurindukan. Tapi, aku harus apa?, apa lagi yang harus aku lakukan. Tunggu, ada belaian dipunggung ku. Ini juga menenangkan. Aku menahan air mataku, agar tak menetes. Tapi kenapa mata ini sangat panas.

Pelukan ini semakin erat, semakin hangat, aku tak sanggup menolak. Kubalas pelukan itu dengan seluruh tangisku. Air mataku keluar tak diundang, seakan akan mereka memberontak.

Aku semakin yakin untuk mengeluarkan tangisku. Pelukan ini, belaian dipucuk kepalaku. Tunggu, kenapa lenganku yang memeluk pundak orang depanku ini basah?, apa dia menangis karena aku?. Aku ingin melihat dan menghapus air matanya. Tapi aku sendiri juga menangis.

"Menangislah!" telingaku mendengar kata sesak milik orang depanku. Apa orang ini peduli padaku?, gak mungkin. Bang reza saja biasa saat aku didisini tak keluar. Oh iya, bang reza dimana?, aku takut buka mata. Sangat perih mataku sekarang.

Memang aku sangat terpukul dengan kejadian ini. Tapi, bang reza sendiri sekarang, dia dimana?. Aku lepas pelukan hangat ini halus. Siapa yang memelukku?, kutatap matanya tak asing bagiku. "Bunda!" iya, dia bunda. Adik satu satunya ibuku. Pantas aku merasa nyaman.

"Nduk, sudah ya nangisnya. Bunda mau kamu sekolah lagi, kegiatan lagi, gak kayak gini nduk." dia menatap ku dengan senyumnya. Aku merasakan ummi yang berbicara sekarang, bukan bunda.

"Kamu harus bangkit" dia menatapku, aku hanya bisa meneteskan air mata. "Kamu bisa" dia menyeka air mataku.
"Semua orang pasti akan mengalami kematian nduk" dia mendongakkan wajahku

Aku menggelengkan kepala
"Semua orang akan merasakan mati"
Aku semakin marah dan membentak bunda "Ya udah, bantuin dede' nyusul ummi sekarang" hanya kalimat itu yang aku ucapkan. Namun, kalimat itu berdampak besar pada bunda.

Bunda menyeka ait matanya sendiri, aku melihat itu. Aku tak tega melihatnya menangis karna aku membengaknya. Tanganku meraba wajah cantik bunda, tanganku menyeka air matanya.

Date And Time Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang