"Sekarang daddy sudah lapar. Bagaimana kalau kita mulai makan roti lapis buatanmu?" Mendengar ucapan ayahnya, gadis itu langsung bersemangat kemudian menarik tangan ayahnya untuk keluar dari kamarnya. Saat keduanya telah tiba di dapur, Hansel dapat melihat beberapa roti lapis isi selai cokelat dan stroberi telah tersajikan di atas meja.

"Kau yang membuat semua ini?" Pria itu duduk di salah satu kursi. 

"Tentu saja, aku membuatkan ini untuk daddy yang paling aku sayangi!" semangat gadis itu. 

"Kalau begitu berikan daddy pelukan selamat pagi, dan juga ciuman di pipi!" Mendengar ucapan ayahnya gadis itu melompat ke dalam pelukan ayahnya, dan mencium kedua pipi ayahnya bergantian. Namun terlihat gadis itu seperti risih saat mencium pipi ayahnya.

"Daddy, pipimu sangat tajam," keluh gadis itu. 

"Ah iya, daddy lupa bercukur. Terima kasih telah mengingatkanku," ucap pria itu pada anaknya. 

"Alright, Dad!" Gadis itu mengambil satu roti lapis isi stroberi dan mulai menikmati sarapannya. Hansel bangkit dari kursinya dan mengambil dua gelas kosong dari lemari, kemudian mengisi keduanya dengan susu segar yang baru saja ia ambil dari dalam kulkas.

"Ini susu spesial untuk Tuan Putri," ucap Hansel saat memberikan Eva segelas susu segar. 

"Terima kasih, Dad!" Kedua pipi Eva terlihat penuh karena ia sedang mengunyah rotinya. 

"Biasakanlah untuk menelan makananmu baru berbicara, Eva! Kalau tidak kau akan tersedak." Pria itu hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah putri semata wayangnya. Gadis itu hanya tersenyum malu.

Keduanya melanjutkan sarapan mereka dengan tenang. Eva sibuk mengunyah roti isi stroberinya sambil membaca buku cerita yang baru saja dibelikan oleh Hans seminggu yang lalu. Sedangkan pria itu sedang sibuk memeriksa kotak masuk surelnya, memastikan tidak ada pekerjaan penting yang harus ia kerjakan di akhir pekan.

"Eva, bagaimana kalau kita habiskan hari ini dengan berkeliling kota? Daddy sedang ingin makan makanan Meksiko hari ini." Atensi gadis kecil itu beralih seratus persen dan kini ia terfokus pada ayahnya. 

"Boleh kita ke toko buku lagi, Dad?" gadis itu memandang pria yang dipanggilnya dengan sebutan Dad dengan pandangan memohon.

"Hmm, baiklah, kita akan ke toko buku dan kau bebas membeli apa yang kau mau nantinya," ucap pria itu mengabulkan permintaan anaknya. 

"Yeay! Ini akan menjadi akhir pekan yang menyenangkan! Aku akan bersiap-siap sekarang!" ucap gadis itu senang kemudian meninggalkan ayahnya di meja makan.

Melihat kebahagiaan putrinya, membuat Hans senang. Dan juga takut. Bagaimana jika kebahagiaan itu hanya sesaat? Bagaimana jika putrinya tidak selamanya bersamanya? Bagaimana jika wanita itu kembali dan menghancurkan kebahagiaannya sekali lagi?

Jika itu terjadi, entahlah kurasa aku tidak akan bisa membayangkannya

***

"Bagaimana rasanya?" tanya pria itu pada gadis kecil yang mengenakan dress biru selutut di depannya. 

"Ini pertama kalinya aku mencoba Burrito, dan ini sangat enak, Dad!" Gadis itu meneguk es jeruknya. Pria itu hanya tersenyum menatap anaknya dengan mulut penuh.

 "Setelah ini kau mau kemana?" ucap pria itu lagi. 

"Entahlah namun untuk saat ini aku ingin ke toilet, Dad!" ucap gadis itu lagi.

"Baiklah, ayo ke toilet," ucap pria itu sambal bersiap untuk berdiri. 

"Tidak. Dad tinggallah sendiri disini. Aku sudah enam tahun dan aku bisa ke toilet sendiri," ucap gadis itu. 

"Baiklah, jangan lupa untuk kembali ke meja ini." Pria itu menyesap tehnya. Mendengar itu, gadis kecil itu mengangguk kemudian meninggalkan ayahnya sendiri.

Hans hanya memperhatikan tubuh gadis kecilnya menjauh. Lagi-lagi, ia merasa ketakutan. Namun, ia menepis rasa takut tersebut karena ia sadar bahwa ketakutan itu tidak mendasar. Ia memilih untuk memainkan permainan yang ada di ponsel pintarnya sambal menunggu Eva kembali.

Lima menit Hans menunggu, namun Eva belum juga kembali. Ia memutuskan untuk membayar terlebih dahulu tagihan mereka sebelum menyusul Eva ke toilet. Hans memanggil seorang pelayan dan menanyakan berapa total tagihan mereka. Beberapa saat kemudian pelayan berambut cokelat itu kembali sambal memberikan selembar bill. Setelah membayar, ditambah dengan tip, Hans meninggalkan meja itu dan berjalan ke arah toilet.

Sesampainya di depan toilet, ia menemukan Eva. Namun, Eva tidak sendirian. Ada wanita berusia awal tiga puluhan yang sedang menyamakan tingginya dengan Eva. Mereka terlihat mengobrol. Hans hanya memperhatikan wanita itu, yang membelakanginya. Beberapa detik kemudian, Eva menyadari keberadaan ayahnya.

"Dad! Maaf kalau kau menunggu lama! Aku sedang berbicara sebentar dengan tante yang cantik ini!" ucap gadis itu penuh antusias. Wanita itu berbalik. Hazel terang bertemu dengan safir cerah. Safir yang pernah dipuja oleh pria itu.


-

tbc

Healing (COMPLETED)Место, где живут истории. Откройте их для себя