Garis Yang Saling Melengkapi #9

3.3K 222 2
                                    

Baru saja Dani menutup pintu kamar dan melangkah ke dalam, tak lama ia dikejutkan dengan gebrakan pada pintu lagi dan disusul langkah cepat menghampiri.

"Dani, jujur sama mama. Kamu apain Sherlita?" tanya Bu Frida begitu to the point.

Mendengar hal itu Dani menarik nafas panjang dan menghembuskannya berat. Padahal setelah ini dirinya ingin sekali mandi bersih diri, berganti pakaian dan langsung terlelap dalam tidurnya mengingat hari ini harinya begitu berat. Tapi sepertinya rencana nya itu harus dirinya tunda.

"Dani gak ngapa-ngapain Sherlita, mah," balas Dani enteng sembari menarik lepas dasi loreng merah birunya tersebut.

"Apa sampe segitunya kamu pengen punya kuasa di Grup papa kamu?"

"Oh ya? Sejak kapan mama sebegitu pedulinya sama Pak Leksono? Udah menjiwai jadi istri beneran?" balas Dani kini berbalik dan menampilkan sorot mata tajam.

"Dani, dia udah sah jadi papa kamu sekarang, yang sopan dikit," ucap Bu Frida mulai emosi namun masih menekan nada bicaranya agar tidak terlalu keras. Pun ia menutup pintu kamar anaknya tersebut dengan rapat tidak ingin satu orang pun mendengar.

"Oh iya, Papa ya? Gak sih, sampe Dani bener-bener pengen menguasai semua harta kekayaannya hehe," kekeh nya sinis dan terdengar begitu enteng ia ucapkan seolah tidak merasa bersalah sedikit pun.

Mendengar hal itu spontan Bu Frida membelalakkan mata.

"Terus, kalo kamu sudah selesai sama apa yang pengen kamu kejar, terus apa?"

Bukannya menjawab, Dani malah terlihat ingin menghindar dengan memasuki kamar mandi. Namun sebelum itu, Bu Frida dengan cepat menahan lengannya membuat Dani berbalik badan lagi.

"Tentu saja mengusir mereka. Setelah Dani dapat kuasa itu, Dani akan mengakuisisi perusahaan Sherlita dan boom, kita kaya raya, mah. Hidup bertiga aja, aku, mama, sama Fia."

Bu Frida menggeleng pelan tidak habis pikir. Bagaimana bisa? Bagaimana bisa dirinya membesarkan seorang putra dengan pikiran yang amat sangat picik begini?

"Mumpung kepemilikan perusahaan Sherlita kosong, ada celah. Pasti ada celah. Tinggal bagaimana Dani mulai akan menghasut Pak Leksono."

"Sherlita? Cuma dia yang jadi batu sandungan kamu. Terus kamu... sengaja bikin dia hilang?"

Dalam batin Bu Frida berharap bahwa apa yang ia sebutkan tadi tidak benar. Tentu, mau bagamanapun Sherlita berlaku jahat padanya, Bu Frida tetaplah ibu nya sekarang ini. Maka dari itu, seorang ibu selayaknya akan melindungi anak-anaknya bukan?

Namun sedetik kemudian, Dani tidak mengatakan apapun namun tersenyum tipis dan menaikkan kedua alisnya cepat.

"Mama tenang aja, semua orang juga udah mulai tahu tentang kabar ini kok," ucap Dani lembut dan memandang lekat pada wajah Bu Frida menunjukkan rasa perhatiannya sebagai anak. Mulai terlihat kerut meskipun tidak berarti di wajah ibu kandungnya tersebut.

Apa maksudnya itu? Bu Frida tidak paham.

"Kalo udah, Dani mandi dulu ya? Mama masih harus siapin makan malam, kan? Gak enak seorang ibu ada di kamar anaknya saat begini."

Meskipun masih banyak beragam pertanyaan di kepala, Bu Frida tetap membiarkan Dani menghilang dari hadapannya. Hingga tak sengaja, pikirannya berputar cepat tatkala menengok dan mendapati sebuah televisi mati disana. Semua orang tau? Jangan-jangan...

Tidak-tidak, semoga tidak terjadi. Setelah meraih sebuah remot hitam yang tergeletak di atas tempat tidur, Bu Frida memencet tombol hidup hingga tak lama ia dikejutkan dengan sebuah berita headline news yang mengabarkan bahwa CEO Sher's Medical Health menghilang bahkan diduga meninggal.

Perfect Date, Kapten RioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang