Pertemuan Yang Tak Disengajakan #7

4.1K 230 0
                                    

"Jadi, lo tinggal di Pondok Indah? Kawasan elit itu?" tanya Restu dengan antusias. Sherlita mengangguk bangga.

"Emang lo belum pernah kesana?"

Restu menggeleng cepat, "Gimana rasanya hidup disana? Kalo dari yang gue cari di google sih, kawasannya luuasssss banget. Emang enak tinggal di apartemen gitu?"

"Hmmm ya lumayan sih, tapi beda sama kompleks perumahan lain. Gue sama tetangga gue gak saling kenal gitu," balas Sherlita menanggapi semua pertanyaan yang Restu lontarkan sedari tadi.

Lagipula, aneh sekali laki-laki tersebut, bertanya mengenai tempat tinggalnya padahal dirinya sendiri belum pernah kesana. Ditambah, dari semua pertanyaan yang ada di dunia, mengapa laki-laki itu menanyakan apartemennya?

"Wahhh keren-keren. Gue pengen banget bisa hidup di Jakarta. Ya kemana-mana mudah gitu, apa-apa serba ada," jelas Restu sembari menyeret kursi duduknya mendekat.

"Oh ya? Lo belum pernah kesana? Sama sekali?" tanya Sherlita dengan mata membulat.

"Belum. Pasti selalu dapat tugas dinas di pedalaman kaya gini. Ya pernah sih sekali, waktu study tour SMP. Tapi kan itu udah lama banget."

Mendengar nada dan ekspresi wajahnya yang memelas membuat Sherlita tidak sampai hati. Ia menepuk dan mengelus pelan lengan laki-laki tersebut.

"Gimana? Aksen dan pengucapan gue? Medok gak?"

Mendengar pertanyaan itu membuat Sherlita terkekeh manis. Betapa lucunya laki-laki bernama Restu ini. Bagaimana tidak? Setelah dirinya tertangkap basah berada di rumah asrama Rio dan Sherlita melemparnya terus menerus dengan bantal sofa, laki-laki itu tidak membalas melainkan bergeal-geol menghindar lalu dengan tenang mengajaknya berbicara. Malah laki-laki itu menganggap diri Sherlita adalah tunangan dari Rio.

"Gak kok. Kaya orang Jakarta beneran haha."

"Wih, kenal sama cewek Kalibata boleh nih."

Senyum dan kekehan yang tadinya bersarang di wajah cantik Sherlita perlahan memudar tatkala mendengar bahwa Restu hendak memacari cewek-cewek dari daerah Kalibata. Oke, apa laki-laki itu tidak tahu sesuatu?

"Ehehe, jangan Kalibata ya?"

"Loh kenapa, Sher?"

"Pokoknya jangan, ntar kalo lo pengen kenal sama cewek. Biar gue kenalin deh hehehe."

Mendengar itu Restu mengangguk menuruti saja meskipun raut ekspresi wajahnya masih menunjukkan tanda tanya besar.

"Ngomong-ngomong, dari mana lo tahu cewek-cewek Kalibata?"

Spontan Restu menoleh pada sosok laki-laki yang sedang berdiri menatap mereka dengan menyilangkan tangan di dada dan sesekali menggigit jarinya. Sherlita ikut mengarahkan pandangan memperhatikan diri Rio yang sedang tersenyum jahil.

Tunggu, baru pertama kali ini Sherlita lihati laki-laki itu melengkungkan senyuman manisnya. Sedikit lesung pipi yang tercipta membuatnya terlihat imut nan menggemaskan.

"Ckck dasar," cibir Sherlita mendengus kesal.

"Pokoknya lo jangan dengerin semua perkataan dia. Sesat," lanjutnya sembari melirik tajam pada Rio. Laki-laki itu berdehem dan bertingkah seolah tak memiliki dosa karena telah mengelabui seorang anak muda.

"Emang kenapa Sher sama cewek Kalibata?" tanya Restu masih polos.

"Res, seharusnya lo jangan dengerin perkataan dia. Dia yang sesat," timpal Rio tiba-tiba dan memasang tampang seriusnya. Cepat sekali laki-laki itu merubah ekspresinya berakting.

Perfect Date, Kapten RioWhere stories live. Discover now