Saksi Bulan dan Bintang #8

3.6K 208 0
                                    

Dalam diam masih sibuk membaca sebuah surat kabar yang ia pegang di tangan kiri sembari memasukkan beberapa suap roti ke mulutnya, Rio dibuat kaget seketika dengan beberapa seruan dari tiga orang di sampingnya. Spontan ia menoleh dan mendapati Restu, Adi, dan tentu saja Sherlita sedang asik bermain entah apa di layar tablet tergeletak di atas meja.

Sejak dua temannya itu menyadari kehadiran Sherlita disini, tak jarang saat istirahat siang mereka menyempatkan diri untuk bertamu. Toh lagipula Rio juga meminta bantuan mereka untuk ikut mengawasi apabila terjadi apa-apa dengan Sherlita di rumah, mengingat Fahmi dan dua pembunuh bayaran lainnya tersebut masih belum diketahui keberadaannya.

Jadi, mau tidak mau Rio harus merelakan rumah nya sebagai basecamp sementara. Awalnya jadi tempat melepas penat, eh sekarang menjadi tempat menambah rasa stres.

Merasa penasaran pada tiap seruan dan teriakan yang terus berdatangan dari mereka, Rio berusaha menilik. Hingga tak lama ia melihati layar tablet tersebut menampilkan tampilan sebuah permainan ludo.

Dirinya merasa heran pada Restu dan Adi yang terlihat sangat sumringah dan bahagia. Dih, padahal mereka seorang perwira tentara tapi bermain permainan anak kecil. Terlebih pada Sherlita yang terlihat tidak bisa menahan rasa untuk tidak tertawanya melihati bagaimana Restu yang seperti tidak pernah diuntungkan dalam permainan sedari tadi.

"Kalo mau ikutan main bilang aja, gak usah malu-malu," celetuk Sherlita dan langsung membuat Rio melengos berlagak tak peduli.

Mendengar itu membuat Restu dan Adi ikut mengarahkan pandangannya hingga mendapati diri kaptennya tersebut sedang memasang tampang sok cool nya.

"Kapten, mau main?" celetuk Restu.

"Gak, kata siapa?"

Sherlita memajukan bibirnya merasa bahwa rasa gengsi Rio terlalu tinggi.

"Ayolah kapten, asik kok haha. Siapa tau Restu dapat temen yang bego juga kalo main ginian."

"Apa? Lo ngatain gue bego main game?" balas Rio cepat dan menoleh tajam.

Mendapati respon seperti itu membuat Restu dan Adi menegakkan tubuhnya mengaduh dalam hati karena salah berucap.

"Ya kalo emang lo gak bego, buktikan dong," timpal Sherlita menantang dan dibalas tatapan tajam.

"Dih, kalian ini!" gumam Rio yang masih dapat Sherlita dengar dengan jelas. Terlihat raut ekspresi kesal dari laki-laki itu disana, meskipun begitu, tak mengurangi kadar ketampanan dari Rio sedikit pun.

Jujur, Sherlita masih dibuat heran dan bertanya-tanya sendiri pada sosok Rio. Sudah ganteng, tinggi, gagah, tegap, namun rasa gengsinya terlalu tinggi. Dan segala dari diri Rio yang sudah Sherlita kenali selama beberapa hari ini, ia membenci sifat laki-laki itu yang tidak peka dan cueknya minta ampun.

Merasa direndahkan dan tak ingin kalah, dengan cekatan Rio menggeser posisi duduknya untuk merapat dan ikut melempar dadu disana.

Masih dalam diamnya, Sherlita berusaha menahan tawa. Pada akhirnya laki-laki itu jatuh dalam ucapannya sendiri.

"Tuh dapat enam kapten, pencet ini, biar karakter kapten bisa keluar," celetuk Adi membantu menjelaskan.

Sherlita berpangku dagu memperhatikan bagaimana Rio yang kini malah terlihat seperti anak-anak. Mendekatkan wajahnya dengan ekspresi polos untuk menatap layar tablet secara jelas.

"Kok biar keluar? Emang karakter gue dipenjara?"

Mendengar itu spontan membuat tiga orang tersebut tertawa. Tak terkecuali Sherlita. Sungguh meskipun Sherlita jarang bermain permainan seperti ini, setidaknya ia paham aturan dasarnya. Tapi Rio, laki-laki itu benar-benar polos seperti tak pernah bermain saja.

Perfect Date, Kapten RioHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin