The past

5.1K 365 37
                                    

Hellloww hunny bunny sweety kuu
Awoakwowkow
Biasa lupa pw

Smg masih ada yg nyimpen di perpusnya yaa ni cerita wkwkkwk

Btw happy reading

Kayaknya bakal double up
Tapi ga janji wkwkkw

Happy reading!!



Shafa membatu. Bagaimana tidak?

Sosok laki laki yang bertahun tahun lalu menghilang kini berdiri di depan dirinya, dengan senyum mengembang dan merentangkan tangan.

Belum sempat Shafa memproses hal mengejutkan ini di otaknya, laki laki itu sudah lebih dulu maju dan memeluknya dengan erat. 

Air mata Shafa jatuh, entah karna apa? Senang? Rindu? Atau justru kecewa?

Apalagi ketika Dega selesai memeluknya, dan perlahan melepaskan pelukannya. Di susul dengan mengecup keningnya lamban. “Aku kangen banget zel,”

‘Shafana Azalea’ dan Zela adlah panggilan Dega untuknya.

Masih membeku di tempat bahkan sampai kecupan di keningnya itu kembali terlepas. Shafa mengerjap saat aroma alcohol menusuk indra penciumannya, ia reflek mundur beberapa langkah kebelakang.

Dega tertawa melihat tingkah Shafa, Shafa memperhatikan sosok laki laki di hadapannya ini, wajahnya terlihat suram dengan kakntong mata membesar dan tatapan mata sayu yang mengerikan.

“K-Kamu ngapain disini G-ga?” dengan gemetar ketakutan Shafa membranikan diri untuk bertanya.

Lagi lagi Dega tertawa, dengan langkah yang kurang tegap, kembali ia mendekat kearah Shafa, bahkan sekarang Dega dengan sangat berani menarik pinggangnya, mendekat dan mendekapnya dengan erat.

“Pertanyaan kamu aneh, aku kangen banget fa sama kamu, aku … nepatin janji aku ke kamu, aku balik.” Dega memeluknya, menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Shafa.

Shafa mencoba sekuat tenaga melepaskan rangkulan Dega pada pinggangnya. “G-ga kamu bau alcohol.” Demi apapun Shafa ketakutan sekarang.

Tatapan mata ini bukan tatapan Dega. Benar saja. Setalah rangkulannya terlepas, Dega berdecih, dan menatapnya tajam.

“Emang kenapa kalo gue bau alcohol!”

Shafa terhenyak, pertama kali dalam hidupnya ada laki laki yang membentaknya sekeras ini. Shafa gemetar sebadan badan. “Kenapa hah! Bukannya ini kesukaan lo? Hah!”

Shafa kembali meneteskan air matanya, ia melangkah semakin mundur kebelakang.

Tangan Dega mencengkram kedua lengannya, mencengkramnya dengan keras. “Gak usah sok suci fa! Lo itu sama kaya Tara! Sama sama murah!”

Plakk

Entah keberanian dari mana, Shafa menampar laki laki yang terbukti mabuk itu dengan kuat. Dan dengan sisa tenaga yang dimilikinya Shafa berlari kencang untuk menghindari Dega dengan penuh ketakutan.

Derap langkah ganda yang di dengarnya sudah meyakinkan Shafa bahwa Dega ikut berlari mengejarnya. Bahkan saat Shafa akan masuk kedalam kamarnya, kaki Dega sudah menghalangi pintu.

“Buka!”

“Buka sayang! Ini aku!” Shafa menggeleng di tengah tangisannya.

“Adzlan tolongin … “ Lirih Shafa di tengah isakannya.

“Buka bangsat!”

Sekuat tenaga Shafa menahan pintu kamarnya agar tetap tertutup. Namun dobrakan itu makin menghantam punggungnya, dan dalam sekali tendangan pintu itu terbuka.

Head Over Heels | END Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang