Chapter 3

27 2 0
                                    

Raka terus memacu motornya di jalanan sambil sesekali tersenyum melihat paras Anin yang rupawan dari refleksi kaca spionnya. Lain halnya dengan Anin, jantungnya masih berdebar dengan sangat kencang merasa tak percaya bahwa dia sedang dibonceng lelaki yang baru dikenalnya dua hari itu.

"Nanti stop depan lorong aja ka" pinta Anin memecah heningnya suasana antara mereka berdua.

"Gapapa, nanti aku anter sampe depan rumah" teriak Raka mencoba menembus kencangnya suara hembusan angin.

Tak selang berapa lama, motor itu pun masuk menelusuri lorong jambu tempat Anin tinggal. "Udah stop sini, Ka" ujar Anin ketika motor itu sampai di depan rumahnya. Anin pun lekas turun setelah Raka mengerem motornya.

"Yang mana rumahmu, Nin?" tanya Raka.

"Ini" jawab Anin sambil menunjuk rumah yang ada di belakangnya, terlihat juga ibu Anin yang sedang menyapu teras rumah. Raka pun menganggukan kepalanya dengan matanya melihat rumah sederhana tersebut. "Ga mampir dulu, Ka"

Raka pun nampak mempertimbangkan permintaan Anin. "Ehmm, lain kali aja Nin, aku ada latihan futsal bentar lagi" jawab Raka seraya melihat jam tangannya.

"Oh, yaudah, makasih banyak Ka, hati-hati" tutur Anin lembut. Raka pun tersenyum lalu memutar balikkan motornya untuk pulang.

Anin langsung menghampiri dan menyalami ibunya ketika Raka mulai menjauh. "Tumben buk ga pulang sore lagi, udah sepi ya pasar?"

"Makin rame malahan, dagangan ibu jadinya cepet abis" jawab ibu sambil melanjutkan menyapu teras.

"Oh, syukurlah"

"Yang tadi itu siapa mbak? Pacarmu ya?" tanya Ibu.

"Bukan kok bu, cuma temen kampus, lagian ibu kan tau kalo mbak belum pernah pacaran" jawab Anin.

"Belum pernah bukan berarti ga akan kan" ujar Ibu lagi mencoba memancing Anin.

"Dah ah, mbak mau makan dulu" pungkas gadis itu.

******

Malam berjalan seperti biasanya, mereka berkumpul di ruang tamu dengan kesibukan mereka masing-masing.

"Kapan dek ujiannya?" tanya Anin kepada adiknya yang sedang fokus belajar.

"Minggu depan mbak" jawab Deva singkat. "Mbak ini gimana caranya, kok Deva ga ketemu?" lanjut Deva menanyakan sebuah soal dari bukunya.

Anin pun mengalihkan pandangan sebentar dari bukunya untuk membantu Deva menjawab soal "Mana coba sini mbak liat" Anin pun mencoba menganalisis soal tersebut. "Oh coba kamu cari dulu sisi nya pake pythaghoras, ntar baru kamu cari luasnya, ngerti kan maksud mbak?"

"Oh iya iya paham mbak" seketika Deva langsung menangkap penjelasan dari mbak nya tersebut dan langsung mencari jawaban dari soal tersebut.

"Masih lama pak? istirahat dulu gih" tutur Ibu ketika melihat Bapak menjahit sebuah baju yang tak kunjung selesai.

"Nggak kok bu, dikit lagi juga selesai nih" ujar bapak. Bapak terlihat sangat terampil menggunakan mesin jahit itu, tangannya bergerak sangat cepat, tenaganya juga seakan tak ada habisnya.

Ibu masih fokus dengan sinetron India yang ditontonnya. Akan tetapi, ditengah serunya adegan pada sinema itu, tiba-tiba muncul acara berita yang menggantikan sinetron tersebut. Ternyata itu adalah sebuah program breaking news, namun semestinya program tersebut belum tayang pada saat itu yang mana seharusnya program tersebut tayang 15 menit lagi.

[BREAKING NEWS]

"Pemirsa, kembali lagi di breaking news, Presiden RI baru saja mengumumkan kasus pertama dari virus aureus di Indonesia, kasus tersebut terjadi pada WNI asal Tangerang Selatan yang baru saja pulang liburan dari Amerika Serikat dimana seperti yang diketahui bersama bahwa Amerika Serikat merupakan negara terdampak aureus terbesar dengan tingkat kasus positif sampai saat ini sampai dengan lima juta jiwa dan tingkat kematiannya sebesar lima puluh persen atau sekitar dua juta enam ratus ribu jiwa. Dengan kabar ini, presiden menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dan selalu menjaga kebersihan dimanapun berada. Demikian breaking news ini saya sampaikan, sampai jumpa satu jam kedepan" ungkap pembawa berita tersebut dengan nada yang sangat serius.

Berita itu seketika menghentikan semua percakapan dan aktivitas yang terjadi di rumah malam itu. Anin menutup buku-bukunya. Deva melepaskan pena dari genggamannya. Ayah menghentikan proses menjahit. Semuanya tersentak, mereka terpaku menatap satu sama lain memikirkan entah apa yang akan terjadi pada mereka nantinya. Malam semakin larut dan mencekam, seakan mengecilkan harapan semua orang. Kecemasan dan kegundahan menyelimuti tidak hanya bagi keluarga Anin, tetapi bagi seluruh rakyat Indonesia. Hal yang paling ditakutkan pun akhirnya terjadi dan tidak ada jalan keluar lain selain menghadapinya. 

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 01, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

THE CUREWhere stories live. Discover now