Chapter 1

97 10 3
                                    

"Ok, sampai disini apakah ada pertanyaan mengenai vaksinasi?" tanya dosen pengantar epidemiologi tersebut.

"Ya, Anin" lanjut dosen itu ketika melihat Anin menunjukkan tangannya.

"Saya ingin bertanya Bu, kenapa para ilmuwan belum berhasil menemukan vaksin untuk menangkal virus aureus, apakah untuk membuat vaksin tersebut sangatlah sulit?" tutur Anin.

"Baiklah Anin, seperti yang kita ketahui virus ada dua jenis, yaitu RNA dan DNA. Virus aureus masuk kategori RNA. RNA ini punya satu rantai, yang cenderung berubah-ubah atau dengan kata lain bermutasi dan berkembang. Ya, seperti halnya mesin replikasi. Karena punya sifat berubah-ubah ini, para ilmuwan sulit mendapatkan vaksin dalam waktu cepat" jelas Ibu Siti dengan singkat dan padat.

"Kemudian, apakah hanya para ilmuwan yang diizinkan untuk menciptakan vaksin tersebut, bu?" tanya Anin lagi.

"Tentu saja tidak, semua orang yang kompeten dalam bidang kesehatan juga bisa mencoba untuk membuat vaksin ini, tapi prosesnya sangat panjang dan juga memerlukan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu, biasanya hanya para ilmuwan dan saintis yang difasilitasi oleh negara yang mampu membuat vaksin ini" jawab dosen itu.

"Emang kenapa Nin lu nanya begitu, lu mau coba buat vaksinnya juga?" sambar Zahra yang duduk di samping Anin seraya tertawa kecil.

"Ya nggak lah, cuma pengen tau aja" pungkas Anin.

"Ya siapa tau kan ehe"

"Baiklah anak-anak sampai disini dulu perjumpaan kita pada hari ini dan jangan lupa mengumpulkan tugas sesuai deadline yang diberikan" ucap Bu Siti.

"Baik bu" sahut seisi kelas.

Seusai Bu Siti meninggalkan kelas, para mahasiswa pun langsung berlarian keluar kelas untuk pulang atau nongkrong dengan teman-teman mereka. Tetapi Anin memilih untuk tetap berada di kampus menghabiskan waktu di perpustakaan seperti biasanya hingga sore menjelang. Anin memang dikenal sebagai anak yang rajin dan sangat tertarik dengan dunia kesehatan, beruntung baginya bisa dibiayai oleh pamannya untuk masuk salah satu universitas negeri

******

Sesampainya di rumah, Anin pun langsung menyalami bapaknya yang sedang duduk di ruang tamu. "Ibu belum pulang, pak?' tanya Anin seraya menanggalkan tasnya.

"Belum Nin, ibumu bilang kalo pasar lagi rame banget berapa hari belakangan ini, jadi ibumu inisiatif buat bawa lebih banyak sayur untuk dijual di pasar" tuntas bapak.

"Syukur deh pak kalo begitu"

"Iya, ibumu juga bilang kalo mereka belanja buat kebutuhan selama di rumah jika aureus masuk ke Indonesia, dan kemungkinan kalo aureus udah masuk Indonesia, ibumu gabisa jualan lagi di pasar Nin" lanjut bapak menjelaskan kondisi yang terjadi saat ini.

"Bener juga sih pak, tapi ya semoga aja virus itu ga masuk ke negara kita" Anin membalas dengan penuh harap.

"Iya, semoga saja" jawab bapak lagi.

******

"Pemirsa, jutaan orang dari seluruh dunia dinyatakan terinfeksi virus aureus dan sampai saat ini belum ada ilmuwan yang berhasil menciptakan vaksin untuk menangkal virus mematikan ini"

*zeep (tombol remote TV ditekan)

"Ratusan ribu warga India terinfeksi virus aureus setiap harinya"

*zeep

"Amerika Serikat menjadi negara dengan jumlah terdampak virus aureus tebanyak menyusul India"

*zeep

"Ilmuwan Tiongkok dan Amerika Serikat dikabarkan akan bekerja sama untuk membuat vaksin dari virus aureus...."

"Duh, ngeri banget ya pak, bu, semua berita isinya tentang virus aureus, mana belum ada vaksinnya pula" ungkap Anin dengan mata masih terfokus pada program berita yang ditonton dari televisi tabung kecil nya itu.

"Iya nak, semoga aja wabahnya cepat selesai dan ga menjalar ke Indonesia ya" sahut ibu.

"Ya, kalau vaksinnya belum ditemukan dan ga ada langkah efektif dari pemerintah rasanya sulit buat virus ini untuk tidak masuk ke Indonesia. Tapi ya semoga aja lah vaksinnya segera ditemukan" ucap bapak yang nampak begitu meyakinkan.

"Iya ya pak, semoga aja" jawab Anin dan Ibu

"Deva ayok tidur, udah jam 11 malem, besok mau sekolah, udah dulu main game nya" tutur ibu kepada adik Anin yang masih kelas 6 SD itu.

"Iya bu, bentar lagi selesai nih" jawab Deva yang sedang asyik memainkan konsol game pemberian pamannya.

"Yes menang juga akhirnya"

******

"Mau kemana pak pagi-pagi begini?" tanya Anin yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Oh ini, mau nganter pesanan jahit, yang pesan minta dianterin sekarang karena bajunya mau dipake siang nanti" jawab bapak.

"Oh gitu yaudah hati-hati pak" jawab Anin.

Bapak pun mulai menghidupkan motor bebek tuanya dan siap untuk berangkat mengantar pesanan pelanggan. Motor itu juga sebelumnya digunakan untuk mengantar istrinya ke pasar dan juga mengantar anaknya, Deva ke sekolah. Sedangkan Anin selalu mengandalkan ojek online untuk pergi ke kampus karena tidak ingin merepotkan bapaknya.

******

"Eh kalian tau nggak, masih banyak turis asing yang dateng ke Indonesia, padahal kita ga tau mereka bawa aureus apa nggak" tutur Sinta memulai pembicaraan.

"Iya bener banget walaupun katanya udah dicek suhu segala macem tapi ya kan virus ini punya masa inkubasi sekitar dua puluh hari jadi kita ga langsung tau kalo orang sudah terpapar virus aureus atau belum" pungkas Zahra.

"Seharusnya sih pemerintah harus membatasi turis asing yang masuk bahkan kalo perlu mereka bisa melarang turis masuk ke Indonesia" lanjut Anin.

"By the way kalian mau pesen apa, biar gue yg pesennya kalian tunggu aja disini" tanya Zahra.

"Hmmm, mie ayam aja deh" jawab Anin singkat.

"Yaudah sama" sahut Sinta.
Mereka bertiga pun asyik berbincang-bincang di kantin sambil menikmati makanan mereka dan diiringi tawa kecil sesekali.

******

"Bapak sudahi pertemuan kali ini, sampai jumpa di kelas berikutnya" tutur seorang dosen yang kemudian pergi meninggalkan kelas.

"Nin, gue duluan ya, lu mau ke perpus pasti kan"

"Iya Sin, hati-hati ya" jawab Anin kepada Sinta.

Anin pun bergegas berjalan menelusuri jalan untuk sampai di perpustakaan kampus yang jaraknya kurang lebih 1 km dari jurusannya. Sesampainya di perpus Anin pun membaca beberapa buku kesehatan dan memilih beberapa buku untuk dipinjam. Setelah selesai membaca dan mendapatkan buku yg ingin ia pinjam, Anin pun berjalan keluar perpus. Namun, tiba-tiba seorang lelaki menabraknya dari arah yang berlawanan.

"Maaf-maaf mbak, aku nggak liat" spontan lelaki itu meminta maaf ketika melihat buku-buku yang dipegang Anin terjatuh sambil mencoba mengambil buku-buku itu.

"Iya mas, gapapa"

"Anak FKM ya?" tanya lelaki itu lagi.

"Iya, kok tau?" jawab Anin heran.

"Itu bukunya tentang kesehatan semua" pungkas lelaki itu dengan senyum tipis di bibirnya dan matanya memandangi wajah Anin yang jelita.

"Oh iya juga yah" seketika Anin mengalihkan pandangannya ketika sadar lelaki itu memandanginya.

"Kenalin namaku Raka dari fakultas teknik" sambung lelaki itu sambil menjulurkan tangannya.

"Anin" balas Anin sambil melihat lelaki yang bernama Raka itu. Mereka pun terpaku dan saling memandangi satu sama lain selama beberapa detik.

THE CUREWhere stories live. Discover now