Seolah tidak ingin menghentikan percakapan, Ben kembali bersuara, "Terus, kamu nggak kewalahan nanganin semua sendiri tanpa dibantu rekan?"

Saras terkekeh. "Itulah kenapa jasa saya mahal."

"Alright." Ben ikut tertawa. "Berarti hasil riasan kamu nggak pernah mengecewakan ya."

"Harusnya."

"Hmm? Kok harusnya?"

Saras mengangkat bahu. "Yang pakai jasaku itu nggak semuanya suka sama aku. Kadang ada yang karena direkomendasiin temannya, ada juga yang cuma mau ngebandingin pelayanan dan hasil look yang aku buat dengan MUA lain..."

Sepasang alis Ben bertaut. "Maaf aku potong. Tapi untuk apa?"

"Untuk di-review dan dijadiin bahan konten pastinya. Ada yang positif, ada yang negatif. Namanya juga persaingan," lanjut Saras menjelaskan.

"Tapi kamu baik-baik aja, kan?" Ben memandangi Saras yang menatapnya dari balik bulu mata.

"Sure. Kenapa kamu berpikir aku sebaliknya?" Saras penasaran.

"Nothing. Saya cuma keingat Keira."

Sewaktu SMA, Keira pernah menjadi korban bullying oleh teman-teman dekatnya sendiri. Bagi mereka, Keira itu centil! Semua cowok yang merupakan gebetan mereka, selalu berakhir dengan "meminta dikenalkan langsung sama Keira" alias cuma memanfaatkan mereka demi dekat dengan Keira.

Ben pikir masalahnya cukup di sekolah, tapi tidak. Para pelaku tersebut juga membuat adiknya sebagai korban cyberbullying. Sampai Keira mengurung diri di kamar selama berminggu-minggu dan membuat lelaki itu langsung memindahkan adiknya ke SMA Brawijaya. Ya, sekolahan milik adik sepupu Herman Wijaya.

Ben awalnya ragu. Ia tidak ingin Keira merasa besar kepala karena menuntut ilmu di sekolah yang bisa saja membuat anak itu diistimewakan. Ben—selaku alumni di sana— hafal betul jika pembahasan anak-anak SMA Brawijaya sangatlah jauh dari "percintaan" atau hal cheesy lainnya. Para siswa sibuk membicarakan soal bisnis yang akan mereka lanjutkan begitu orang tuanya pensiun, sementara para siswinya pusing memikirkan brand tas yang paling cocok untuk dipadukan dengan seragam batik sekolah: Chanel atau Gucci?

Ben takut semua itu akan berdampak buruk bagi Keira dalam mengatur keuangannya di masa mendatang. Namun, daripada mental menyaksikan mental sang adik kritis, ia lebih memilih mendapati dompetnya krisis.

Tidak. Ben bercanda. Kalau boleh sombong, "Wijaya" terlalu jauh untuk bersanding dengan kemiskinan.

Tapi kekhawatirannya memang terjadi. Makin dewasa, Keira justru makin boros. Kosmetik-tas-kosmetik-sepatu-kosmetik-baju-skincare. Tapi sekali lagi, hal tersebut jauh lebih baik daripada bertahan di lingkungan toxic. Setidaknya, berfoya-foya bukan sesuatu yang menyakiti orang lain.

"Ben? Keira kenapa?"

Ben tersadar dirinya melamun sejenak. Sontak ia menggeleng. "Ah, nggak. Intinya saya cuma mau bilang, kalau kamu boleh anggap semua yang negatif adalah angin lalu. Jangan sampai, perkataan orang buat kamu diam di tempat apalagi mundur."

"Saya tahu. Kamu nggak perlu khawatir." Saras menyetujui. "Setiap pekerjaan itu pasti ada konsekuensinya. Jadi, sejak dulu saya selalu nerapin itu sebagai bagian dari kerjaan. Lagipula, kalau udah 'nyentuh' make up, saya kayak lupa sama segala hal yang bikin mood hancur. Dengan kata lain, as long as it's about makeup, I'm always fine."

Ben tersenyum mendengarnya. Ia mengerti, Saras tidak hanya bekerja. Perempuan itu menyalurkan passion. Saras tidak merias untuk uang, tapi untuk merealisasikan kegemarannya. Dan Ben kagum mendengarnya. Tidak banyak orang yang bisa mengetahui bahkan menyadari kemampuannya. Tidak banyak orang yang bisa mengasah skill-nya dan membuat semua itu menjadi lebih berguna baginya serta orang lain. "Glad to hear that, Saras. Mama saya pasti bakal puas banget dengan hasil riasan kamu," puji Ben membuat Saras memilih untuk memalingkan wajah. Malu.

***

"Bang Ben, demi apa Mama di-make up-in Kak Saras?"

Ben mengedikkan dagu ke arah ruang kamar Sinta. "Lihat aja sendiri."

"Huaahh!" Keira menautkan jemarinya di bawah dagu. "Mama pasti nggak akan nyesal sama hasilnya."

Menyadari Keira masih mengenakan piama, dahi Ben pun berkerut. "Kok belum ganti baju?"

Keira malah menyengir. "Belum. Mau nengok Kak Saras dulu tadinya. Tapi kayaknya nggak jadi. Takut ganggu."

Ben mendengus geli. "Kalau emang sesuka itu, kenapa malah minta didandanin MUA lain?"

"Ih, gue tuh nggak minta tahu! Tante Sonya yang maksa buat pakai dia karena kenalan dekatnya. Kan, gue jadi nggak enak nolak." Keira cemberut membahasnya. "Lagian, Key juga nggak kepikiran buat booking Kak Saras. Takut nggak direspons."

Keira tidak bohong kalau dia sangat segan dengan Saras. Di media sosial, Saras terkesan dingin dan jarang tersenyum. Namun, semua persepsi itu berubah seketika saat Keira dipertemukan secara langsung oleh Saras. Tidak ada yang berbeda dari parasnya, hanya saja senyum Saras ketika berhadapan langsung dengannya kontan menumbuhkan keberanian Keira untuk berfoto dan mengobrol panjang lebar. Saras tidak sombong dan sangat friendly.

"Tapi baik, kan, ternyata orangnya?" Ben menggeleng-geleng, seolah mampu membaca pikiran adiknya. "Kebiasaan. Belum coba, udah berasumsi yang aneh-aneh."

"Iya. Lain kali Key pede aja gitu ya," sesal Keira. "Mana hasilnya tebal banget gini. Kayak make up pengantin!"

Ben terkekeh. "Tetap cantik kok."

"Ya dasarnya Key emang cantik, mau diapain aja juga cantik. Untungnya sih gitu." Keira mengibas rambut penuh percaya diri. Ya begitulah Keira Wijaya.

💄

[Repost: Wattpad version]

PO buku Beauty and the Boss telah dibuka sampai dengan 6 Agustus aja ^^
Yuk, ikutan! Jangan sampai ketinggalan buat dapatin novel cantik ini.

CARA PEMESANAN:
Buka Market Place Namina Books (link di bawah) > Pilih Paket yang Diinginkan > Lakukan Pembayaran (Bisa COD) > Tunggu Paket Datang 🤗

CARA PEMESANAN:Buka Market Place Namina Books (link di bawah) > Pilih Paket yang Diinginkan > Lakukan Pembayaran (Bisa COD) > Tunggu Paket Datang 🤗

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Link pemesanan:
🧡 (Shopee Namina Books) https://shope.ee/gulXtpNh
💚 (Tokopedia Namina Books) https://tokopedia.link/WZelW0JyLBb
Atau bisa juga pesan via WA ke admin penerbit Namina Books di nomor 085105300534 yaa 💖

Pssst! Khusus yang ikut PO saja lho, yang bakal dapat HIDDEN CHAPTER 😍 Jadi, jangan sampai ketinggalan yaa, wahai para kesayangan Ben 🥹
Love yaaa!

Beauty and the BossWhere stories live. Discover now