18. lebih baik

3.8K 449 26
                                    

"Lo udah lama nunggu?" tanya Mingyu yang baru datang, lalu menarik kursi dan duduk dihadapan Jihyo.

Jihyo menggeleng pelan. Mereka sedang berada di cafe ngomong ngomong. Sebenarnya Mingyu lah yang mengajak Jihyo untuk bertemu di cafe tersebut.

Lalu mengapa Jihyo lah yang tiba lebih dulu? Jihyo sendiri memang sedang berada disekitar cafe tersebut saat Mingyu menghubunginya. Ia baru akan pulang setelah beberapa jam lalu pergi bersama Daniel. Gadis itu meminta Daniel untuk menurunkan nya di depan cafe tersebut.

Hening. Mereka berdua terdiam, tak ada yang kembali berujar mengawali pembicaraan. Hanya terdengar suara Jihyo meminum minuman dari sedotan nya. Juga Mingyu yang mengalihkan padangan sejenak. Pemuda itu mengetukan jarinya pada meja hingga terdengar sedikit bunyi dari jemarinya.

Mingyu tak tau harus mulai menjelaskan dari mana. Ia merangkai kalimat yang tepat hingga waktu berlalu diisi dengan keheningan. Jihyo menghela nafas panjang, ia mulai merasa jengah.

"Lo to the point aja mau ngomong apa?" ujar Jihyo pada akhirnya.

Mingyu tetap terdiam. Tak ada balasan apapun dari pemuda tersebut. Melihatnya Jihyo merasa semakin kesal, ia berniat meninggalkan meja tersebut. Namun, suara Mingyu menghentikan nya.

"Gue rasa kita sampe disini aja" ujar Mingyu pada akhirnya.

Jihyo yang tadinya ingin meninggalkan meja tersebut, segera duduk kembali ditempatnya semula. Gadis itu terdiam memandang Mingyu.

"Gue rasa kita udah ngga punya perasaan satu sama lain" Mingyu memandang Jihyo, "Gue minta maaf, buat masalah Una, juga maaf karena gue nyuekin lo dan lari dari masalah"

Jihyo mencerna dalam dalam kalimat tersebut. Mau bagaimana pun, Jihyo juga berpikir ini adalah jalan terbaik. Gadis itu juga sadar, bahwa ia sudah tak memiliki perasaan yang sama untuk Mingyu. Ia sudah bahagia bersama Daniel sekarang.

Jihyo mengangguk pelan, "Lo suka kan?" tanya Jihyo lirih.

Mingyu mengerutkan dahinya tak mengerti, "Lo dari dulu emang suka sama Una?" lanjut Jihyo mengalihkan pandangan nya.

Mingyu terdiam. Ia tak dapat mengelak hal tersebut, karena memang itulah kenyataan nya.

"Dulu, lo ndeketin gue biar bisa deket sama Una kan?" Jihyo terdiam menjeda kalimatnya, "Diluar dugaan justru gue yang suka sama lo. Lebih parahnya lagi, lo masih nerima gue dengan alasan yang sama," Mingyu semakin bungkam mendengarnya, "Dengan alasan lo bisa deket sama Una" lanjut Jihyo tersenyum miris.

"S-sorry" lirih Mingyu merasa bersalah.

"Gue kira dengan gue jadi pacar lo, lo bisa suka juga sama gue. Ternyata gue salah" Jihyo menghapus sedikit tetesan air mata di pelupuk matanya.

Mingyu tak tau harus berkata apa. Ia mengira bahwa Jihyo tak tau akan hal tersebut. Diluar dugaan pemuda tersebut, Jihyo justru lebih tau seluk beluk perasaan Mingyu. Mingyu kembali memandang Jihyo dengan perasaan bersalah.

"Maafin gue buat se..."

"No problem" potong Jihyo cepat membuat Mingyu ternganga.

"Bukan cuma lo yang salah, gue juga." Jihyo menggigit bibir bawahnya, "Gue juga salah karena meskipun gue tau lo suka sama Una gue tetep jadi pacar lo" lanjut Jihyo lalu tersenyum.

Mingyu membalas senyum Jihyo kaku, "Gue dijodohin sama Una. Gue juga ngerasa ngga enak sama lo, lo udah baik banget sama gue. Gue cuma ngga tega bilang kalo gue suka sama Una ke lo" jelas Mingyu pada akhirnya.

Jihyo terdiam, sejujurnya ia sudah tau hal itu. Jihyo senang akhirnya Mingyu bisa jujur dengan perasaan nya. Gadis itu kembali tersenyum.

"Gue tau," Mingyu memandangnya kaget, "Gue rasa ini emang yang terbaik. Setelah gue putus sama lo, dan lo bahagia sama Una. Gue juga nemuin kebahagian gue sendiri" tulus Jihyo.

ARCENCIEL:luvenalibus | 97 lineWhere stories live. Discover now