Benang Merah Semesta #1

16.8K 454 9
                                    

"Sherlita Rachelinda Junianatha Leksono!" seru Pompom—sang asisten kantornya, berteriak dari seberang panggilan telepon dan membuat Sherlita harus menjauhkan hapenya dari telinga kiri.

Tentu ia tidak ingin menghabiskan uangnya untuk sekedar pergi ke dokter THT meskipun dirinya memiliki harta kekayaan yang seakan tak ada batas atas hasil kerja kerasnya sendiri selama ini. Sherlita terlalu sibuk untuk itu.

"Dihhh ga usah teriak-teriak napa? Ada media infotainment noh yang acaranya gosip-gosip lagi ngejar gue. Siapa sih produsernya, gak jelas banget bikin acara. Padahal gue pebisnis biasa, bukan artis!" balas Sherlita sedikit berbisik namun jelas terdengar nada geram dari ucapannya.

Ia memutuskan untuk celingukan pada sekitar, terutama pada patung yang berdiri di depannya dengan bentuk sang pemilik mall ini yang menjadi tempat persembunyiannya. Narsis sekali, batinnya.

"Ya itu karena kabar kalo lo ada hubungan sama Rendy si artis yang kemarin filmnya meledak. Lo sih aneh-aneh banget, udah gue bilangin jangan deket-deket sama diaaa!"

Sherlita lagi-lagi harus menjauhkan hapenya. Laki-laki berbadan gempal itu jika berbicara dengannya di telepon mungkin berani membentak, tapi kalau sudah bertemu dirinya, nyalinya menciut. Sherlita tidak bisa diperlakukan seperti ini. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa ia juga butuh orang yang kompeten dalam hal analisa berbisnis seperti Pompom tersebut.

"Y-ya... gimana lagi? Soalnya gue—"

"Apa... apa? Lo cantik jadi pengen deketin dia gitu? Aduh Sherlita, lo tuh... aduh pusing gue kenal sama lo bikin gue cepet tua. Lo bermaksud deketin dia, terus kalo lo udah berhasil dapetin lo tinggal gitu aja, kan? Aduh hapal deh gue, lagu lama lo tuh. Biasanya yang ngelakuin itu tuh cowok, kenapa sekarang jadi lo yang notabene cewek hahhhh?"

Mendengar itu membuat Sherlita terkekeh tanpa dosa. Kalau dicerna lagi kalimat yang terlontar dari mulut Pompom, dirinya memang kejam. Tapi bagaimana lagi? Sherlita merasa terlalu bosan dengan segala urusan bisnis dan perusahaannya yang begitu-begitu saja. Dengan cara berkenalan dan bertemu cowok-cowok baru, membuat Sherlita bisa sedikit membunuh waktunya dan terhindar dari rasa jenuhnya untuk hidup.

Lagipula mau bagaimana lagi? Sherlita memiliki salah satu perusahaan penyedia alat kesehatan terbaik di Indonesia dan memiliki cabang yang tersebar sampai ke penjuru ASEAN yang mana artinya dirinya sedang berada di puncak karir. Memiliki beberapa apartemen penthouse besar, blackcard ajaib, rekening yang seperti tak akan ada habisnya, cowok-cowok tampan yang selalu mengejar-ngejar dirinya, dan... apa lagi ya?

Sampai diri Sherlita sendiri kebingungan mengurutkannya secara satu per satu. Bahkan tak jarang orang-orang yang bertemu dengannya memberi julukan Sherlita sebagai dewi yang sudah merasakan bagaimana nikmatnya surga dunia. Ya memang berlebihan sih, tapi begitulah adanya.

"Terus gue sekarang harus gimana dong? Gue pengen keluar, tapi kayanya mereka tetep bakalan ngejar gue. Aduh, mana gue lagi males lagi dapat nyinyiran dari fans-fans si Rendy," ucap Sherlita membayangkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.

Sherlita memang telah terbiasa mendapat cercaan pertanyaan dari media, tak jarang pula dirinya selalu diam ataupun menyangkal. Tapi yang membuat dirinya bete adalah, bisik-bisik yang menghina dirinya tatkala ia melenggang berusaha keluar dari jeratan awak media. Dirinya hanya tidak ingin membuat skandal kabar atau berita lain lagi.

Bukan, diri Sherlita kini tidak takut menghadapi awak media yang sedang memburunya disana. Dirinya hanya tidak ingin kabar yang tersebar oleh media-media kurang ajar itu mencoreng nama baiknya dan membuat nilai saham perusahaan di pasar saham NASDAQ turun dan tentu nama perusahaannya akan tercoreng.

Mana fans Rendy adalah satu satu fanbase fans terbesar dan rata-rata berjenis kelamin cewek. Bisa-bisa mereka membenci bahkan lebih parahnya memboikot produk miliknya lagi. Dasar fans agresif, padahal kan Sherlita sudah cantik, bahkan mantan-mantan Rendy yang lebih seksi pun ada dan tak lepas dari jerat bullyan mereka.

Perfect Date, Kapten RioWhere stories live. Discover now