Red Spider Lily 2

2.4K 257 59
                                    

Gelap.

Tangan-tangan hitam itu menggapai kencang hingga ke paru-paru.

Pasokan oksigen mulai terasa menipis,
Air mata itu turun bersamaan dengan tenaganya.

Nafasnya tersengal.
Tapi tangan itu tetap mencengkeram keras.

Tangan kecilnya menarik keras lengan kemeja yang besar. Cakarannya membentuk segaris panjang berwarna merah yang menyala diantara kegelapan.

"...A..Ayah.."

Pria itu tidak menjawab, rahangnya mengeras.

Kacamata bulat berkilat karena pantulan bulan.

Mata yang kosong merenggut jiwa siapapun yang melihatnya.

"Maaf... Ayah akan segera menyusulmu."

Eren merasakan tubuhnya menjadi berat. Rontaan nya tertahan karena tidak bertenaga. Tangan mungilnya tidak mampu lagi untuk melawan.

Gelap.
Gelap.
Gelap.

Suaea tangisan menggema hingga kegelapan menutupi penglihatannya.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Lampu taman berkedip, disampingnya ada sebuah jam taman menunjukkan pukul 10 malam.

Eren terduduk disana.

Sesosok wanita paruh baya tidak enak hati melihat baju pemuda yang basah kuyup termenung sendirian.

"Nak, kau tidak apa-apa?"

Eren tidak menjawab, dia hanya menatap kosong kedua telapak tangannya yang terluka. Menyentuh sesaat lingkaran kosong yang ada pada jari manisnya.

Seakan kehilangan sesuatu yang berharga, rasa penasaran membuat wanita paruh baya tidak bisa melepaskan penat di dalam pikirannya.

Jika diperhatikan dengan baik, pakaian si pemuda ini selain basah karena hujan, juga sangat...kusam.

Lengan jaket dan celananya sobek, tangannya penuh luka gores seperti baru saja mengalami kecelakaan.

"Kau tidak apa-apa?"
Tanyanya sekali lagi untuk memastikan, ponsel sudah diremas didalam kantong jaket beludru jika diperlukan.

Eren mendongak, matanya bergulir ke arah sosok seorang pria yang kemejanya memerah karena darah.

Tangannya itu melambai memanggilnya.
Eren menggumam kecil.

"Eh? Kau bilang sesuatu?"
Wanita paruh baya menajamkan telinga.

Eren beranjak dari kursi taman,

"Ayah."
Bisikan itu terbawa angin malam.
"...Kali ini...aku akan ikut bersamamu...Ayah."

Tidak menghiraukan orang disekitarnya.
Kakinya melangkah masuk ke dalam kedalaman hutan yang gelap.

Tangan-tangan hitam itu kemudian menarik Eren, menyambutnya kembali.

Meninggalkan seorang wanita paruh baya yang terpaku bingung.

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Finally, bisa update juga, draftnya menumpuk lama sekali hingga tidak sempat untuk diupdate saking sibuknya sama kerjaan ;;;;; terima kasih untuk semua yang sudah menunggu!

Tadinya ingin dibuat lebih panjang lagi tapi tidak enak nanti jadi dibuat menunggu lebih lama orz

Next chapter akan fokus ke bagian Levi dan persoalan kompleks dirinya.

See you guys around!

The Thousand Blossoms [ Rivaere ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang