Red Spider Lily 3

885 107 33
                                    


Wanita berambut emas menutup ponsel dan mengantunginya. 
Hujan turun tanpa henti sedari tadi, pakaiannya kini basah kuyup. Payung plastik dari kombini tidak berhasil melindungi wanita itu dari derasnya hujan. 

Langkah kaki dengan hak setinggi dua senti melangkah lebar, melewati halte bus penuh dengan orang-orang yang berteduh dari hujan. 

Petra terlihat sangat gusar, tidak menghiraukan ibu paruh baya dengan wajah pucat pasi, bergumam melihat seorang pemuda masuk sendirian ke dalam hutan. 

Ponsel terhubung kembali, menunggu di balik tiang rambu perempatan. Rambu menyala merah.  "Levi...please, angkat teleponmu...", Petra meringis, tidak habis pikir bahwa dia bertemu dengan Eren disaat yang sangat tidak tepat.

Levi dan Petra memang berencana untuk memberitahukan kepada semuanya mengenai hubungan mereka, tapi tidak seperti ini.

Sungguh, bukan ini mau ku....

Sekarang, semua rencana mereka telah berantakan. 
Petra akan dicap sebagai orang jahat yang telah merebut dan merusak hubungan Levi dan Eren. 
Ia bisa membayangkan Hanji akan memasang sticker dengan besar di meja kerjanya dengan tulisan "Pelakor", lalu mempermalukannya di depan umum.

Rambu berubah menjadi hijau, ponsel masih berdering menunggu panggilan tersebut diangkat. Petra tidak menyerah, ia harus memberitahu Levi soal Eren. Dia sangat khawatir bocah itu akan memberitahu semua orang dan membuat semuanya semakin tidak terkontrol.

Oh, Petra sangat tahu Eren, pemuda yang selalu meledak-ledak dan tidak bisa menangani emosinya sendiri. Seorang pemuda dengan sifat kekanakan yang egois dan tidak mau mengalah. Jika bukan karena hubungan Petra dan Levi dulu renggang, Eren seharusnya tidak akan masuk dalam kehidupan mereka berdua. 

Eren, Eren, Eren. 
Petra membenci nama itu, sangat. 
Levi selalu membicarakan Eren walaupun disaat mereka hanya berdua. 

Apakah Eren sudah makan?
Dimanakah Eren sekarang berada?
Mengapa Eren belum pulang juga?

Tiada satu waktupun dimana Levi tidak mengingatnya. Petra mengira Levi hanya merasa memiliki tanggung jawab karena mereka menikah bukan atas dasar cinta. 
Levi mengatakan bahwa pernikahan mereka hanyalah sepihak. Levi tidak bisa melupakan kepergian Petra, dan Eren datang di waktu yang tepat. Pria kesepian tidak menolak cinta yang diberikan oleh seorang bocah penuh cahaya matahari menyinari hidupnya yang kelam. 

Levi selalu mengelak bahwa tiada rasa cinta kepada Eren, Ia hanya ingin berperan sebagai seseorang untuk Eren, tidak lebih, tidak kurang. 

Namun Petra tahu, dibalik bibir tipis itu, terlepas dusta yang diucapkannya. 
Semua orang tahu, Levi mencintai Eren sama seperti pada saat dia mencintai Petra. 
Mungkin lebih.

Bodohnya, Levi sendiri tidak mengerti perasaannya sendiri, dan menganggap hal itu adalah rasa kesepiannya atas kehilangan Petra dulu. Dari sela kesempatan itulah, Petra kembali dan berhasil menangkap lalu mengubur rasa yang bahkan Levi tidak sadari. 
Rasa cintanya kepada Eren. 

"halo? Petra?"

Tersentak dari kalut pikiran, Petra menangkap kembali layar ponselnya.
Panggilan telah terhubung masuk. "Petra?" , suara parau terdengar lagi.

"oh, Tuhan! Levi, akhirnya kau mengangkat teleponmu!", Petra menghela nafas panjang.
Tidak membiarkan Levi waktu untuk menjawab, Petra terisak sambil meremas ponsel genggamnya erat. "Eren...Eren mengetahuinya, Levi! A-aku bertemu dengannya ketika menunggumu di apartemen! Kukira dia sudah pergi, katamu dia sudah pergi!"

.
.
.
.
.

Jendela kaca memantulkan pria paruh baya, wajah tegar tajam. Tangan kiri memegang ponsel, yang satunya menyematkan sebatang rokok, abu itu terjatuh. 
"Ah? Tunggu, ucapkan secara perlahan, Petra. Jangan menangis, aku tidak mendengarmu dengan jelas. Apa kau sedang berada di luar?" Suara terputus-putus, Levi sangat gusar.
Ia hanya bisa mendengar sayup suara perempuan yang tertutup oleh derasnya hujan. 

"Petra, aku akan menghubungimu lagi, tunggulah di apartemenku. Aku mencintaimu."
Bisiknya pelan. Petra membalas dengan potongan suara, mengiyakan.
Ponsel itu tertutup, Levi menghela nafas. Rokok dihisap perlahan, berkali-kali seperti ingin mengisi kekosongan dalam dada.

Sudah terlalu banyak pikiran yang ada dibenaknya sekarang, penuh dengan sosok pemuda bernama Eren.  
Wajah bocah itu terus terbayang bagai kaset rusak, histeria, melemparkan barang, perabot, dan apapun bak orang gila.

Persetan dengan polisi, persetan dengan semuanya.
Dia akan keluar, berlari, mengelilingi kota hingga isi rumah penduduk hanya untuk mencari Eren-nya. 

Eren miliknya. 

Jeda. Levi menjatuhkan puntung rokok ke atas lantai. Ia melihat pantulan jendela kaca. 

Armin melihat Levi dengan mata memerah, penuh amarah. 
Dibaliknya berdiri Erwin yang juga melihat sahabatnya penuh dengan kekecewaan. 
Levi tidak bisa menelan ludahnya. Tenggorokan itu tercekat oleh bongkahan massa yang tidak terlihat. 

Sebelum bibir itu membuka untuk menjelaskan, Armin sudah memotong duluan. 

"Kau manusia paling berengsek yang pernah kutemui dalam hidupku."

Levi tidak menjawab. Tubuhnya mematung.
Jika ucapan dapat membunuh,

"Kau tidak pantas mendapatkan cinta Eren."

Kalimat yang dilontarkan oleh Armin akan membuat Levi mati seketika itu juga.


.

.

.

.

Halo! 
Sudah lama sekali saya tidak update untuk cerita, seperti biasa, sibuk IRL dan pekerjaan membuat saya tidak bisa aktif dalam wattpad. Saat sedang senggang, saya menyempatkan untuk membaca semua comment dan sangat merasa bersemangat kembali untuk melanjutkan cerita Rivaere yang ini. Akhirnya setelah mencoba untuk update per paragraph disela waktu yang sibuk, saya bisa update kembali walau pendek. 

Cerita Rivaere ini sudah lama sekali ingin saya buat, awalnya ingin dibuat dalam bentuk doujinshi karena saya tidak begitu ahli dalam menulis ( T w T ) apalagi setelah hiatus lama dan sekarang saya cukup lupa bagaimana cara menulis yang baik dan benar ( apalagi chapter ini saya ketik tanpa beta dan fast check ). 
Semoga pembaca masih bisa menikmati tulisan saya di chapter ini. 

Sampai ketemu di chapter berikutnya, kali ini judul chapter nya adalah White Tulip. 
White tulips signify peace or forgiveness.

Terima kasih untuk semua pembaca yang masih menunggu cerita ini berlanjut, saya akan berusaha untuk update berkala kembali, walau saya sudah jarang menggambar rivaere, tapi bagi saya, pairing ini tetap adalah nomor satu di hati saya, jika saya ada waktu, saya ingin sekali menggambar mereka kembali, namun sayangnya pekerjaan dan semuanya sangat menyita waktu bebas dan saya sudah jarang sekali bahkan bisa menggambar fanart :'D

Saya masih suka update short fic di twitter, jika ada yg tertarik bisa cek ke bio twitter ku di aphin123 ( twitter ). Saat ini lagi sering update Giantnobi XD




You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 24, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

The Thousand Blossoms [ Rivaere ]Where stories live. Discover now