Caca menghembuskan nafas kasar"nggak tua! Umur galang 26 tahun sedangkan aku masih 17 tahun kita berpaut begitu jauh! 9 tahun pah dan aku juga pengen setelah lulus SMA meneruskan jenjang yang lebih tinggi"
Maharani mengelus pundak putri bungsunya agar lebih tenang"kamu turutin semua kata papah kamu ya?"
"mah! Aku nggak mau nikah sama galang mamah sebagai sesama perempuan pasti ngerti, gimana perasaan mama kalau nikah sama laki laki yang nggak mamah cintai!"pecah sudah air mata caca ia sudah tak sanggup menahan air matanya.
Bohong jika maharani tak bisa merasakan apa yang di rasakan caca sekarang bahkan dulu ia harus merelakan mimpinya hancur karena orang tuanya menikahkan maharani saat setelah lulus SMA hanya demi uang dan sekarang putri bungsunya juga harus merasakan seperti itu. Di benak hati terdalamnya sebenarnya maharani tidak rela jika putrinya menikah dengan orang yang tidak di cintainya apalagi umur mereka berpaut jauh.
"tanya mamah kamu itu, dulu nikah seperti apa? Bahkan dulu papah tidak mengizinkan mamah kamu kuliah dan kamu masih di izinkan galang untuk kuliah"
"tapi aku bukan mamah yang selalu nurut apa kata orang tuanya dan suaminya, aku pengen jadi wanita karir tidak terlalu bergantung dengan suami, kayak mamah sekarang di apa apain papah bisanya iya iya aja! Apa papa rela anak papah di perbudak laki laki lain! Dulu papah bilang sendiri sama caca kalau sesuatu saat nanti kamu menikah. Menikah lah dengan laki laki yang kamu cintai dan mencintai kamu! Papah menyesal menikah i mamah dulu karena mamah sama sekali nggak cinta sama papah dan merenggut semua impian mamah! walaupun sekarang mamah mencintai papah!"
"diam kamu nggak usah ceramai orang tua! Kalau kamu nggak nurut apa kata orang tua, papah akan cabut semua masilitas kamu!"
"terserah papa mau bilang apa! Aku bisa cari kerja sampingan!"
*____*
Kini ardo sudah berasa di mobil gibran, sedari tadi ardo hanya diam mendegar ucapan yang di lontarkan gibran membuat gibran tersalut emosi"ardo kamu dari dengerin ayah nggak!"
Ardo mendongak"iya"ucap ardo singkat.
Gibran menginjak rem secara mebdadak membuat dirinya dan ardo terhuyung ke depan untung saja mereka berdua menggunakan selt bet untung saja jalanan lenggang"ayah apa apaan sih! Kalau sampai di belakang ada mobil atau motor ayah mau tanggung jawab"bentak ardo
"kenapa enggak! Anak ayah aja buat masalah sebesar ini sampai masuk penjara ayah tanggung jawab! Apalagi buat celaka orang. Untung saja lawan kamu anak DPR jadi polisi dengan mudah bebaskan kalian! Kalau bukan ayah nggak bayangin seberapa banyak uang yang harus ayah keluarin demi membebaskan kamu"
"buat apa ayah sama bunda kerja nggak kenal waktu apalagi ayah jarang banget luangin waktu buat anak anak ayah, kalau masalah kecil kayak gini aja di perbesar"
"Masalah kecil? Kalau masalah kecil motor kamu nggak akan ayah tebus, urus aja sendiri, ayah bukan bunda yang selalu nurutin apa kata kamu!"
Ardo membulatkan matanya, bisa bisa bisanya ayahnya mengancam dirinya dengan tidak menebus motor kesayanganya itukan Motor limited edition di dunia hanya ada 25 unit, kalau tidak di tebus pasti sama polisi nya di lelang dengan harga murah pikir ardo"yah..."
"apa!"
"terserah ayah kasih hukuman apapun bakal aku jalani tapi jangan ngancem dengan nggak nebus motor itu ayah taukan di indonesia motor itu nggak ada?"
"ayah bakal nebus motor kamu asal kamu baikan sama ardi. Gimana? Sepertinya bunda juga belum tau kalau kamu hampir masuk penjara"
Ardo tak langsung menjawab, ia berfikir sejenak"yaudah terserah ayah deh"
Gibran tersenyum penuh kemenangan"kalau sampai ayah denger kamu buat masalah sama ardi, ayah bakal jual motor kamu"ucap gibran kembali melajukan mobilnya
"kenapa tiba tiba ayah peduli sama ardi"
"nggak usah banyak tanya, pokoknya kami jangan gangguin adik kamu!"
"ih siapa juga yang gangguin, aku tuh cuman malu punya kembaran kayak ardi, kalau ayah jadi aku malu nggak?ya malulah masak enggak! Ayah aja malu punya anak kayak ardi apalagi kau yang sering di hina karena punya adik bisu. seandainya ardi nggak bisu, pasti aku nggak pernah di hina sama teman teman dan kalau dia bisa bicara siapa yang nggak mau punya kembaran kayak ardi udah pinter, jago olahraga, jago bela diri asal ayah tau ardi tuh paket lengkap beda kayak aku yang busanya bikin onar tapi sayangnya ardi bisu jadi kesempurnaan yang ardi miliki tertutup. Semua orang taunya ardi cacat"
Gibran menepikan mobilnya, ia menoleh ke samping"kamu tau nggak ayah dulu pernah sakit?"
Ardi menghembuskan nafas kasar"ya taulah masak ayah dari bayi sampai tua gini nggak pernah sakit, aku aja yang masuh muda sering sakit, apalagi ayah yang udah tua udah bau tanah gini"
Gibran menjitak kepala ardi"kalau orang tua bicara itu dengerin dulu jangan nyolonong aja. Mau dengerin cerita ayah nggak?"
"iya iya aku dengerin"
"dulu waktu SMA ayah pernah sakit kanker dan mungkin ayah atau kamu sering bilang kalau ardi itu cuma beban di keluarga tapi ayah lupa diri kalau ayah dulu lebih beban keluarga, ayah lahir prematur dan hampir aja buat nenek meninggal bahkan nenek udah meninggal alhamdulillah nenek mau berjuang lagi demi anak anaknya. Keluarga dari nenek ataupun kakek sedikit yang peduli sama ayah bahkan dulu teman teman ayah juga sering bully ayah karena penyakitan..
Kalau dulu ayah punya nggak punya om natan ataupun orang tua sesayang itu sama ayah mungkin ayah dari dulu sudah menyerah karena keadaan, dulu ayah bisa menyuarakan isi hati ayah tapi ardi nggak bisa. kamu pasti tau rasanya punya masalah besar dan ingin bicara aja sulit itu rasa sakitnya gimana? Apalagi dengan ardi yang dari dulu nggak pernah ngeluh dengan keadaanya"
Gibran mengusap air matanya, masalah yang yang tak pernah lagi ia ingat kini ia harus mengingatnya lagi agar ardo mau menerima ardi lagi, sudah cukup rasa sakit yang di torehkan pada keluarganya selama ini. Memang gibran maupun cika tak pernah bercerita pada anak anak tentang masa lalunya dulu yang sangat kelam.
Ardo menunduk ia tak menyangka kalau gibran mempunyai masa lalu sekelam ini"maaf yah.."
"kamu janji ya jangan sakitin ardi, mau menerima ardi apa adanya dan jangan malu punya kembaran kayak ardi. Ayah yakin suatu saat nanti ardi pasti bisa sembuh dan bisa bicara kayak orang normal"
Ardo memeluk gibran air matanya tak bisa ia bendung dan gibran membalas pelukan ardo, gibran mengusap punggung ardo yang bergetar"maaf yah.."
"maafin ayah juga udah mendidik kamu untuk membenci saudara kamu sendiri"
YOU ARE READING
why I'm different
Teen FictionSetiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan kekurangan masing masing. Namun sering kali manusia lupa dirinya juga mempunyai kekurangan. Sering kali menghina dan membully seseorang tanpa mengaca apakah dirinya lebih baik dari orang itu----claudia pu...
