02;unpredicted.

1.4K 206 3
                                    

• 𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝 •
𝐒𝐭𝐨𝐫𝐲 𝐛𝐲 © 𝐓𝐢𝐚𝐫𝐚𝐀𝐭𝐢𝐤𝐚𝟒
•°𝐒𝐞𝐥𝐚𝐦𝐚𝐭 𝐦𝐞𝐦𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐝𝐚𝐧 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧𝐧𝐲𝐚•°

• 𝗨𝗻𝗽𝗿𝗲𝗱𝗶𝗰𝘁𝗲𝗱 •

Tiga pemuda yang katannya lebih ganteng dari Oppa-Oppa Korea itu tengah memasukan daun-daun kering ke dalam tong sampah dengan bar-bar.

Salah satu dari mereka adalah Abipraya Park pemuda yang lebih ganteng dari ke dua teman Daviandra dan Ravindra, mereka berdua tidak kembar, bahkan beda Emak dan Bapak, namun mereka memiliki nama yang hampir sama.

Abipraya park si penikmat senja dan kopi, pemuda tinggi dengan tubuh yang lumayan berisi. Dia tengil, songong, dan akan membuat orang di dekatnya mengibarkan bendera perang karna sikapnya.

Abipraya atau yang sering akrab dipanggil Praya itu, dengan tengilnya membuang daun-daun di tangannya ke arah Davi dan Ravi, setelah itu ia tertawa keras.

"Baju gua kotor daki onta!" umpat Davi dengan kesal.

"Praya tolol! Emak gua bakal ngamuk tujuh hari tujuh malem kalo tau baju gua dekit kaya dakinya Davi!" kata Ravi tak kalah kesal.

"Eh bajeng! Ngapain bawa-bawa gua?" tanya Davi yang tidak terima.

"Terus gua harus bawa-bawa siapa? Emak gua gitu? Bisa di ruqiah gua!" saut Ravi yang masih membersihkan bajunya.

Sedangkan Praya malah tertawa senang dengan adu bacot kedua teman dari esempe nya itu.

"Rasain nih kutil dugong!" kata Davi yang langsung melempar daun-daun dari dalam tong sampah pada Praya, diikuti oleh Ravi dengan penuh semangat.

"Setann!" umpat kesal Praya, berdiri dari duduknya untuk membalas dendam pada kedua temannya itu.

Namun Davi dan Ravi malah berlari menghindar dari Praya.

"Lo berdua mau main india-indiaan rupanya," gumam Praya sambil tersenyum miring. Ia membawa tong sampah yang berukuran tak terlalu besar itu ke arah Davi dan Ravi.

Praya siap membuang daun kotor dari dalam tong sampah pada Davi dan Ravi yang kini tengah berjongkok di belakang satu gadis yang tengah memasukan daun kering ke dalam tong sampah.

Praya tau jika kedua temannya yang kini kembali memunguti dau kering itu karna tadi mereka tengah duperhatikan oleh guru BK. Namun kini tidak lagi, Praya kini memiliki waktu untuk membalaskan dendamnya.

Praya sudah benar-benar siap untuk membalaskan dendamnya-mengangkat tong sampah yang dirinya bawa, kemudian menjatuhkan isinya tepat di atas kepala Davi dan Ravi.

Namun-

"VERONIKA AWAS!"

Sial! Sasaran Praya meleses, daun-daun kotor bukan jatuh pada Davi dan Ravi, tapi jatuh mengotori kepala dan seragam gadis yang baru saja berbalik, dan lebih sialnya lagi adalah kedua temannya itu mengetahui rencananya.

"DEMI JUNGKOK YANG PUNYA TATTO TAPI MUKANNYA TETEP NGEGEMESIN! SIAPA YANG BIKIN GUA BULUK KAYA GEMBEL KEK GINI?" teriak Veronika layaknya toa, emosinya memuncak, Veronika kesal bahkan sangat kesal.

Ingin rasanya Veronika memberikan jurus jarang goyangnya pada orang yang telah membuatnya buluk, bau dan dekil seperti saat ini.

"Sorry, gua gak sengaja."

Veronika refleks berdiri, mengepalkan kedua tangannya, kemudian menghadap pada si pelaku yang telah menbuatnya dekil seperti gembel.

"Heh dugong! Enak banget lo bilang gak sengaja! Liat nih, seragam sama kepala gua kotor!" kata Veronika tidak terima.

"Gua emang gak sengaja. salahin aja nih dua bocah, siapa suruh ngehindar. Target gua mereka berdua, bukan elo." balas Praya dengan raut wajah biasa saja, padahal lawan bicarannya benar-benar terlihat kesal.

"MAMAH!" teriak Veronika yang sudah tak kuat dengan hari sialnya itu.

"Uluh-uluh ... anak babi, ayo mandi," kata Kasenio yang sejak tadi malah tertawa tanpa suara saat adiknya mendapatkan kejutan tak terduga itu.

"Gua benci lo!" ucap Veronika pada Praya dengan sorot mata penuh kebencian.

"Gua juga benci lo Bang!" lanjut Veronika sambil menjauhkan dirinya dari Kasenio.

Meskipun Veronika kini sudah menjadi tontonan para siswa-siswa, dirinya benar-benar tidak peduli. Dirinya hanya ingin menangis dan menangis, kalo perlu sekalian ngemil nangisnya, biar kenyang dan tenaganya gak abis.

"Hayo-hayo anak orang dinangisin," ucap pelan Davi pada Praya yang masih memperhatikan kepergian Veronika.

"Taik lo berdua!" kesal Praya dan berlalu pergi meninggalkan Davi dan Ravi yang tengah cengo.

"Lah, pundung dia."

▪︎▪︎▪︎

"Bodo amat! Gua mau pulang, mau ngadu ke Mamah!" kata Veronika yang masih merasa kesal.

Kasenio yang duduk di hadapan Veronika, menyaksikan kekesalan adiknya itu memilih masa bodo.

"Jangan kaya bocah! Itu baru daun kotor doang, belom air comberan," celetuk Kasenio, dan langsung mendaptkan tatapan horor dari Veronika.

"Beliin gua es krim goreng! Gua gak mau tau," kata Veronika dengan nada perintah.

"Cari sendiri! Sampe kepala botak sariawan juga kagak bakal ketemu pea!" ujar Kasenio, berdiri dari duduknya dan melempar handuk kecil pada Veronika yang tengah menyisir rambutnya.

"Bang! Masa gua pake seragam lo sih! Terus apa ini? Celana sekolah atau celana yang suka dipake Haji Roma Irama manggung? Napa bawahnya lebar atasnya kagak?"

"Dasar nora! Gak usah bawel, pake aja yang ada napa."

"Tapi Bang-"

"Suruh siapa kaga bawa baju ganti?" potong Kasenio cepat.

"Suruh siapa ngumpetin sepatu gua bangsat!" balas Veronika penuh emosi.

Kasenio mengelus dadanya sabar.

"Masuk ke kelas lo, awas bolos. Gua aduin Emak lo nanti," ancam Kasenio yang tak dipedulikan oleh Veronika.

▪︎▪︎▪︎

𝐔𝐧𝐩𝐫𝐞𝐝𝐢𝐜𝐭𝐞𝐝.✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang