Prolog

438 66 25
                                    

(jadilah pembaca yang bijak🌟)

“Saat hidup ini ku ibaratkan  sebuah bayang-bayang. Dia, tak berwarna, tak bernyawa, dan tak dianggap ada walau ia selalu setia di sekitar kita.”

“Saat hidup ini ku ibaratkan sebuah pelangi, penuh warna namun tak abadi. Lantas apa ibarat hidup ini? Apa kalian mengerti? Aku rasa mungkin hanya tuhan yang mengerti.”

“Pada Tuhan, terima kasih untuk segalanya. Air mata, rasa lara bahkan menderita hingga akhirnya ku raih bahagia,walau semu, abu-abu tak bernyawa tapi setidaknya itu pernah ku rasa.”

-Raina Andarainda


“Maaf- apa kata itu dapat menyembuhkan luka? Aku rasa tidak. Memohon- apa itu dapat mengembalikan tawa? Aku rasa juga tidak. Lantas apa yang perlu ku perbuat, saat penyesalan datang tanpa adanya undangan saat perjuangan berujung kata- ini telah berakhir.”


-Feyro Alfantama


“Ku cambuk fisikmu kau cambuk ragaku. Tau kah kau, bahkan ini lebih sakit dari kulit yang tergores pisau. Apakah ini balasan? Jika iya, aku tak akan sanggup menerimanya. Kembalilah dan jangan pergi lagi ....”


***
Kalian pernah merasakan terluka? Apakah kalian pernah membayangkan hidup dalam bayangan? Ada namun semu, setia namun tak dianggap bernyawa. Lantas bagaimana jika sang lara tak mau pergi dari hidup kita? Apa mungkin ini takdir dari tuhan? Ah, aku rasa kalian perlu mengetahui itu semua. Maka kemarilah akan ku ajari, arti sebuah luka yang sebenarnya, bersama ku dalam alunan kisah piluku.

- 24 April 2020
-17 Oktober 2020

My Destiny (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang