"Aurora balik ke kamar, pak, hp nya ketinggalan katanya." Jawab Ambar.

"Ya udah kamu masuk bus aja, biar Ara sama saya nanti."

"Baik, pak." Ambar berlari kecil menuju bus, setidaknya ia tak akan khawatir meninggalkan sahabatnya karena ada Faiz yang akan menemani Aurora.

"Dasar ceroboh." Gumam Faiz yang segera menyusul Aurora.

***

Aurora yang hendak memasuki lift menghentikan langkahnya saat melihat Faiz ada di dalamnya setelah pintu lift itu terbuka.

"Ketemu hp nya?" Tanya Faiz setelah ia berhasil menarik Aurora agar masuk.

"Sudah." Jawab Aurora singkat.

Tak perlu susah menebak darimana Faiz tahu karena sudah pasti Ambar lah sumbernya.

"Masih marah?" Kini Faiz berdiri di depan Aurora dan menatap gadis itu yang malah menundukkan kepalanya.

Brak!

Belum sempat Aurora menjawab, tiba-tiba saja lift yang mereka tumpangi berguncang lalu berhenti tiba-tiba.

"Aaa...."

Aurora yang oleng langsung menubruk dada Faiz dan dengan sigap Faiz memeluknya. Beruntunglah Faiz langsung menahan keseimbangan dirinya hingga mereka tak sampai terjatuh.

Aurora menutup matanya dengan jantung berdegup kencang.

"Ma..mas..Faiz.."

Faiz memencet tombol darurat kemudian mengelus punggung Aurora pelan.

"Tenang, Ra..."

Aurora melepaskan dirinya dari pelukan Faiz kemudian sedikit bergeser dan segera menekan beberapa nomor pada ponselnya dengan tangan gemetar.

"Aku coba hubungi receptionis."

Faiz hanya mengangguk.

"Gak ada sinyal." Lirih Aurora kemudian bersandar pada dinding lift.

Faiz memilih untuk ikut bersandar di samping Aurora kemudian memperhatikan gadis itu yang sedang melambaikan tangannya di depan CCTV.

"Bentar lagi mereka datang kok, tenang aja. Jangan panik." Ujar Faiz berusaha menenangkan Aurora yang terlihat panik sejak tadi.

Aurora yang mengangguk dan mulai mengatur nafasnya kini kembali berteriak ketakutan saat tiba-tiba lampu lift mati begitu saja dan reflek Aurora melemparkan ponselnya hingga benda pipih tersebut terjatuh dengan keras.

"Ara..." Faiz yang semula tenang kini berubah panik saat mendengar isak tangis Aurora.

"Aku takut gelap..." Lirih Aurora

"Oh sh*t!" Umpat Faiz dalam hati saat melihat ponselnya mati, ia tak ingat mencharge baterai ponselnya semalam, dan ponsel Aurora...benda itu juga sudah nampak mengenaskan karena terlempar cukup keras.

"Tenang ya..." Faiz mengusap punggung tangan Aurora, mencoba menenangkan gadisnya.

Tak lama lampu kembali menyala dan lift kembali bergerak turun.

"Kami mohon maaf pak karena terjadi kerusakan yang mendadak,  apa ada yang terluka?"

"Tidak ada." Jawab Faiz singkat masih menggenggam tangan Aurora, mengajak gadis itu untuk keluar dari lift mengabaikan beberapa staf hotel yang menunduk pada mereka.

"Mau minum?" Tanya Faiz lembut setelah mengajak Aurora untuk duduk di sofa lobby. Lelaki itu berjongkok di depan Aurora dan mengusap pelan pipi Aurora yang dingin.

Aurora mengangguk.

"Tunggu sebentar." Faiz berdiri lalu pergi menuju receptionis yang tak jauh dari tempat duduk Aurora.

Faiz nampak berbincang serius dengan dua perempuan di balik meja receptionis sebelum berbalik membawa sebotol air mineral yang di berikan oleh staf hotel.

"Kamu pulang sama aku aja gak usah ikut pesawat rombongan."

"Kenapa? Terus tiketnya gimana?" Tanya Aurora. Sudah pasti tiket yang sudah Aurora miliki akan mubadzir terbuang begitu saja jika ia kembali ke Jakarta harus satu pesawat dengan Faiz. Lelaki itu juga tak mungkin memilih maskapai yang sama dengan rombongan.

"Gampang, Ra... Gak usah mikir soal tiket. Lagian kamu juga udah telat kalau mau ikut mereka."

Benar, Aurora sudah ketinggalan pesawat akibat drama lift rusak yang membuatnya terjebak bersama Faiz.

"Anna gimana?"

Faiz mengerutkan keningnya saat mendengar ucapan Aurora sebelum ekspresi bingung itu berubah menjadi senyum jahil.

"Kamu cemburu, sayang?"

Aurora memukul lengan Faiz dengan kesal yang malah membuat lelaki itu tertawa pelan.

"Kalau di baikin gak usah nglunjak. Lagian aku masih marah sama mas Faiz." Sahut Aurora seraya membuang muka.

"Udah, jangan marah... Anna pulang sendiri besok, katanya masih ada yang di urus di Jogja hari ini." Faiz mengelus kepala Aurora.

"Mas Faiz apaan sih?!" Aurora menjauhkan tangan Faiz dari kepalanya lalu berdiri "tuh, ada yang nyariin." Lanjut Aurora menatap seseorang yang berjalan anggun di belakang Faiz.

Faiz menoleh dan berdecak kesal saat mengetahui bahwa Pricillia lah yang menghampiri mereka.

"Faiz, kamu pulang hari ini kan? Aku bareng ya... Kayanya aku gak enak badan."

Aurora memutar bola matanya melihat sikap dan ekspresi Pricillia saat ini, gadis itu jelas mencari perhatian pada Faiz.

Aurora melipat kedua tangannya, ia bersiap mendengar apa yang akan Faiz ucapkan. Bahkan Aurora tak segan mengangkat dagunya lalu menatap Faiz dengan sebelah alis terangkat.

Melihat sikap Aurora yang seperti itu, Faiz malah dengan senang hati melebarkan senyumnya sebelum tanpa Aurora duga, Faiz  menarik lipatan tangannya kemudian menggenggam tangan Aurora dengan lembut.

"Gue gak bisa."

Kalimat singkat yang Faiz ucapkan nampak membuat Pricillia menatap kesal pada Aurora yang di balas senyum tipis oleh gadis itu .

Tanpa mengatakan apapun lagi, Faiz segera mengajak Aurora untuk pergi meninggalkan lobby, mengabaikan Pricillia yang masih berdiri disana dengan ekspresi marahnya.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Faiz segera mengajak Aurora untuk pergi meninggalkan lobby, mengabaikan Pricillia yang masih berdiri disana dengan ekspresi marahnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankannya, semoga Allah memberikan kelancaran dan banyak berkahnya untuk kita semua 💚

Maaf karena update agak telat, I don't know aku merasa gak ada feel di part ini, I will try to fix it in the next part. see you 🍁

My Boss!Where stories live. Discover now