Kalau Raden tidak kunjung mendapatkan pekerjaan, apa kehidupan kita akan lebih parah dari ini?

Bagaimana anak kita nanti? Bagaimana biaya persalinanku? Bolak-balik cek ke dokter kandungan 'kan membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Ah, jadi seperti ini rasanya kebingungan saat tidak punya uang. Jujur, aku baru merasakannya sekarang. Biasanya aku hanya berucap sepatah kata saja, Papa langsung memberikan uang padaku dalam jumlah banyak yang jika aku gunakan untuk foya-foya, tidak akan habis. Sekarang, sepersen pun aku tidak ada uang. Sungguh, miris sekali.

Aku mengusap-usap perutku lalu bergumam. "Pernikahan ini, jauh dari ekspetasiku."

••••••••••

@aw.raden

Andaikan lo cowok, Rat. Pasti udah gue ajak baku hantam. Ngeselin banget, sih.

Gue bela-belain jalan kaki ke warung nasi goreng pinggir jalan raya yang letaknya lumayan jauh dari kontrakkan kita. Gue jalan kaki pulang ples perginya. Dua kali lagi. Kan tadi gue juga jalan kaki pas sore-sorean beliin dia makan.

Gini nih kalau nggak punya motor. Susah gerak. Mau ke mana-mana, jadinya mikir dua kali.

Gue mengembuskan napas berat saat sampe di rumah, Ratih malah main hape. Gue suruh makan tuh nasi goreng yang gue beliin, mumpung masih hangat, eh dia cuma ham-hem doang.

Gue ganti baju. Gerah.

Gue pikir, Ratih udah makan tuh nasi goreng yang gue beliin, eh ternyata enggak. Dia malah tidur. Astaga. Pengin banget ngeluarin ceramah di depan mukanya, tapi kok gue nggak tega, ya. Masalahnya di sini gue yang salah.

Gue yang ngerasa salah. Ya, emang gue yang salah. Gue akui.

Salah gue apa? Ada banyak. Banyak banget.

Pertama, gue udah hamilin dia. Gue yang ngerusak masa depannya. Gue yang terus aja ngerayu dia buat mau ngelakuin itu, pas masih pacaran sampe dia hamil sekarang. Jadi, gue selalu memaklumi aja kalau Ratih masih bersikap kekanak-kanakkan gini. Belum bisa terima kenyataan kalau hidupnya berubah 180 derajat.

Pengin banget gue beliin dia piza. Andaikan gue ada uang. Ada uang sih sekarang di dompet, tapi buat makan besok. Intinya, besok gue harus lebih giat deh cari kerjaan. Apa pun itu. Yang penting dapet uang. Uang buat makan. Buat tabungan persalinan baby kita. Buat beli kipas angin biar nggak kepanasan gini.

Gue ikut berbaring di sampingnya. Ratih tidur dalam posisi menyamping. Gue baru tahu kalau dia cuma lagi merem doang karena napasnya memburu cepat. Pas gue tatap lagi, eh ternyata dia lagi nangis.

Nangis dalam diam.

Ah, sial!

Gue paling nggak bisa lihat cewek nangis. Gue kayak jadi orang terjahat aja gitu kalau sampe bikin Ratih nangis.

"Kok nangis, sih?" ucap gue lalu memeluknya dari belakang sambil mengusap-usap rambutnya. "Cup, cup. Cup. Besok kalau gue dapet kerjaan, gue janji bakal beliin lo piza."

Dia masih nangis.

"Pengin banget, ya?"

Dia menganggukkan kepalanya, membuat gue semakin terluka nggak bisa nurutin permintaannya makan piza. Suami macam apa gue ini. "Makan aja nasi goreng yang gue beliin. Lo bayangin deh tuh nasi goreng... piza."

"Mana bisa?!" kesalnya, meremas tangan gue dengan kuat. Gue sama sekali nggak kesakitan, sih. Malah jadi geli.

Gue menempatkan kepala ini di pundaknya seraya tangan gue merambat ke perutnya. "Yang minta baby kita, ya?"

"Iya...." jawabnya pelan.

Gila, sih, kalau Ratih mulai ngidam makanan yang mahal-mahal. Dompet gue menangis.

"Sabar, ya," bisik gue dengan lembut di telinganya. "Maaf, ya, lo jadi hidup susah gini sama gue."

Tangisnya makin kenceng. Kayaknya sih ini juga karena hormon ibu hamil. Ratih jadi sensitif banget.

"Udah, jangan nangis."

Dia berbalik, menatap gue selama beberapa menit lalu memeluk gue lagi. Posisi kita jadi saling berhadapan, berpelukan.

"Maafin aku nyusahin kamu."

"Enggak, enggak," gue menciumi puncak kepalanya. Gue paham, Rat. Lo pasti juga butuh waktu ada di posisi sekarang ini. "Lo sama sekali nggak nyusahin gue, Rat. Ntar, ya. Kalau gue punya uang, lo minta apa pun pasti bakal gue turutin."

------
A/n: Konfliknya apa, ya, ntar hmmmmm....

Mulai besok udah puasa. Tetep update kah aku?

A. Tetap up

B. Hiatus aja dulu

Follow Instagram @aw.raden @ratih.audiaa @novaasiswanto @novaadhita

Dari seorang perempuan yang lagi takut sama hujan.

Kamis, 23 April 2020

RadenRatihWhere stories live. Discover now