6. Ya Karena Geli

1.4K 268 119
                                    

Cangkulan pertama, kedua, ketiga, Seokmin berhenti. Melirik pintu. Tidak ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Cangkulan keempat, kelima, keenam, Seokmin berhenti lagi. Melirik pintu lagi. Masih tidak ada tanda-tanda kehadiran seseorang. Seokmin menarik napas panjang. Menjatuhkan cangkulnya begitu saja. Mendatangi teras. Duduk dengan kaki yang menjuntai ke tanah. Meneguk segelas air putih. Mendongakkan kepala setelahnya. Langit sudah terang. Harusnya Jisoo sudah bangun. Seokmin menoleh ke belakang. Lagi. Jisoo belum memberi tanda-tanda akan mendatanginya.

Biarlah. Lupakan. Lagipula apa untungnya Seokmin menunggu Jisoo keluar lalu secara nekat membantunya bekerja? Yang ada gadis Hong itu malah berteriak, begitu melihat cacing. Lalu lari terbirit masuk ke dalam rumah. Persis seperti kemarin. Seokmin meruak segelas air putih lagi. Dihabiskan dalam sekali tegukan. Tidak terima pekerjaannya hari ini terganggu, hanya karena seorang gadis yang merajuk gara-gara hal sepele.

Setengah jam berikutnya, Seokmin beralih ke dapur. Mengolah minuman ginseng telah selesai. Masih panas, dibiarkan begitu saja agar mendingin sendiri. Seokmin masuk ke dalam rumah hanya untuk mengambil handuk. Masuk dengan cuek, keluar dengan penasaran. Terdiam lama di depan pintu kamar yang Jisoo tempati. Mendekat perlahan. Menguping suara di dalam. Bahkan Seokmin tidak bisa menangkap tanda-tanda kehidupan di balik pintu tersebut. Tangannya hampir mengeruk pintu, sebelum terdengar suara dering sebuah ponsel. Jisoo menerima telepon. Secepat kilat Seokmin menjauhkan telinga dari sana. Lega setengah mati. Setidaknya gadis Hong itu tidak bunuh diri di dalam rumahnya.

"Jisoo, keluar dulu. Kita sarapan!" Seokmin berteriak. Menyalakan televisi usai menata masakannya. Terdiam lama setelahnya. Lagi. Jisoo tidak memberi tanda-tanda akan keluar dari sarang. Menyentuh hitungan menit, Seokmin menyerah. Menghela napas dengan berat. Gadis satu ini benar-benar menyusahkan.

Pintu diketuk. "Hong Jisoo, tadi malam kamu sudah tidak makan. Apa pagi ini tidak mau makan lagi? Aku tidak mau masuk penjara karena membiarkanmu mati kelaparan!"

Tidak ada pilihan lain. Seokmin langsung saja membuka pintu kamar itu. Biarlah dianggap tidak sopan karena masuk ke dalam kamar yang ditempati seorang perempuan. Toh kamar itu menjadi bagian dari rumahnya. Tapi, apa yang ia dapati begitu berhasil masuk? Jisoo menyembunyikan seluruh badannya di balik selimut. Membuat Seokmin geleng-geleng kepala. Jisoo sungguh bertingkah seperti bocah perempuan berumur 5 tahun.

Hal yang pertama Seokmin lakukan adalah membuka jendela. Membiarkan udara segar pagi dan sinar matahari masuk ke dalam. Setelahnya ia duduk tepat di samping kanan Jisoo. Duduk bersila. Berpikir sejenak bagaimana caranya membujuk seekor kucing yang tengah merajuk.

Tidak pernah menjalin hubungan serius dengan seorang perempuan, sejujurnya membuat Seokmin sedikit canggung setiap kali berinteraksi dengan Jisoo. Tentu Jihoon tidak termasuk di dalamnya. Ia dan Jihoon sudah sangat lama saling mengenal. Sejak kecil. Sejak tidak bisa melakukan apa-apa selain menangis.

"Jangan pura-pura tidur. Cepat keluar. Sarapan sudah siap. Kamu pasti lapar kan, karena kemarin malam tidak makan?"

Seokmin diam lagi. Menunggu respon Jisoo. Cukup lama. Gadis itu malah belum juga memberi tanda-tanda kehidupan. Seokmin menyerah. Tangan mengulur lambat. Perlahan tapi pasti, ia meraih selimut Jisoo. Disingkirkan dalam sekali tarikan. Jisoo sungguhan pura-pura tidur rupanya.

Karena posisi pura-pura tidur Jisoo ke arah kiri yang secara otomatis membelakangi Seokmin, dengan cepat lelaki Lee itu mengubah posisi duduknya. Tepat di hadapan Jisoo. Sedikit membungkukkan badan. Memperhatikan wajah Jisoo lamat-lamat. Terkekeh menahan tawa. Terlihat jelas mata Jisoo berkedip-kedip. Menahan kedua matanya agar tetap tertutup rapat.

Seokmin mulai menghitung di dalam hati. 1, 2, ti... "Cepat bangun, Putri Tidur!" teriak Seokmin, menggelitiki perut Jisoo.

"Aaa! Ya! Hentikan!" Jisoo melakukan pemberontakan keras. Kakinya bergerak secara acak. Berusaha keras menendang Seokmin agar menjauh. "Tidak, Seokmin. Aaa! Itu geli!"

The Princess Without A Palace (✓)Where stories live. Discover now