Prolog

274K 12.3K 673
                                    

Haiii... siapa yg udah nyari nyari cerita ini, tapi gak ketemu?

Nah! Akhirnyaa aku memutuskan buat re-publish Zeigarnik Effect nih!

Cerita ini pernah menjadi bagian dari Wattpad Originals. Buat kalian yg udah pernah beli koin untuk buka cerita ini, makasih yaa atas dukungan kalian. Maaf bgt beberapa di antara kalian pasti merasa kecewa karna ada yg udh beli ceritanya, terus tiba2 hilang. Yaa gimana yaa. Begitu peraturannya.

Buat yg dulu udah pernah baca, kalian bisa baca ulang cerita ini lagi! Ada yg beda gak? Nggak ada wkwk. Aku terlalu mager buat revisi.

Niatnya mau revisi, makanya aku unpublish. Tapi kayaknya blm sempet, karna aku juga lagi ngerjain cerita-cerita lain kan. Jadi, dari pada dipendam terus, mari kita keluarkan aja ya!

***

Lewat tengah malam, jalanan Ibu Kota tampak lengang, bahkan nyaris tak ada yang melintas. Hanya beberapa kendaraan yang didominasi truk barang melintas dengan kecepatan gila-gilaan karena kosongnya jalan.

Rafka memacu motornya dengan kecepatan maksimal. Namun, karena motornya merupakan keluaran lama dan sudah sering mengalami gejala kerusakan, kecepatan maksimal dari motor tersebut jauh dari kata maksimal. Sepanjang jalan ia merapalkan sumpah serapah untuk motornya yang tidak mau bekerja sama di saat genting seperti ini.

Menempuh waktu lima belas menit, ia tiba di depan rumah teman SMA sekaligus satu kampusnya. Ia tau ini sudah lewat tengah malam, tapi ia mendapat kabar yang sukses membuat jantungnya tak bisa berpacu dengan pelan.

"Gue udah di depan rumah lo, cepet keluar! Anter gue ke Sukabumi." Rafka berbicara dengan pemilik rumah di depannya melalui sambungan telepon, karena tak ingin membangunkan penghuni rumah yang lain.

"Hah? Ngapain? Lo gila, ya, Raf! Jam dua malem ngajak ke Sukabumi. Gue ngantuk."

"Mone ilang. Pinjem mobil bokap lo, anter gue ke sana."

Satu pemberitahuan yang membuat Rafka gelisah sejak tadi, berhasil membangunkan Bagas dari tidurnya dan bergegas mengeluarkan mobil milik ayahnya untuk mengantar Rafka ke jalur pendakian salah satu gunung tertinggi di Jawa Barat.

Bagas mengeluarkan mobil dari garasi rumahnya, sedang Rafka memarkirkan motor miliknya di dalam garasi rumah cowok itu, sebelum ikut naik ke mobil.

Sepanjang perjalanan, Bagas tak banyak bertanya saat melihat Rafka yang tampak sibuk dengan ponselnya, menelpon beberapa pihak untuk bantu mencari Mone.

Setelah menempuh waktu tiga jam, mereka sudah sampai di tujuan.

Sesampainya di sana Rafka melihat beberapa orang yang dikenalnya terlihat khawatir sama sepertinya. Berbekal emosi yang ditahannya sejak mendapat kabar Mone hilang, ia segera menghampiri salah satu cowok yang sedang sibuk memberikan informasi pada tim SAR yang baru tiba.

Seketika, Rafka menonjok cowok itu tepat di wajahnya, membuat kerumunan di tempat tersebut tertuju pada Rafka.

"Bangsat lo! Gue udah bilang jangan ngajak Mone, lo malah nutupin kalo Mone ikut!" Rafka memaki cowok itu yang kini sudah tersungkur.

Beberapa orang memisahkan Rafka yang tampak emosi. Ia masih terus meronta dan ingin menghajar Hilman, ketua Sarpala, UKM Pecinta Alam di kampusnya, yang juga teman mainnya saat di kampus.

Bagas segera menarik Rafka, menjauhkan cowok itu dari Hilman yang tengah sibuk dalam pencarian Mone yang menghilang saat pendakian. Sebisa mungkin ia berusaha menenangkan Rafka yang kini terlihat seperti orang kesetanan.

Setelah beberapa saat Rafka mulai tenang dari emosinya, Hilman menghampiri Rafka.

"Raf, sorry. Gue tau gue salah gak bilang sama lo kalo Mone ikut. Gue mau ikut naek buat nyari Mone, lo ikut gak?" tanya Hilman.

Zeigarnik EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang