"Gue bingung Mel, gue nggak tau harus gimana." frustasi Liona.

"Terima Alkana, coba buka hati buat dia. Li, siapa tau selama ini lo udah mulai suka sama dia, tapi rasa benci lo bikin lo nggak sadar sama perasaan lo sendiri!" Liona mematung mendengar ucapan Mela.

Liona? Menyukai Alkana? Liona ingin tertawa mendengarnya, mustahil rasanya jika ia jatuh cinta pada iblis itu.

Setelah perdebatannya dengan Alkana tadi di rooftop, Alkana langsung berlalu begitu saja setelah lelaki itu mengatakan, "Sebenci itu lo sama gue?" jujur saja Liona menjadi kepikiran karena hal itu.

Tatapan kecewa Alkana tak bisa di tepis begitu saja dari pikirannya. Apa Liona menjadi gadis jahat sekarang?.

"Hati gue masih buat Malvin Mel, gue berniat jenguk dia ke rumah sakit. Bagaimana pun gue ngerasa bersalah karena keadaannya saat ini itu karena gue."

Mela terkekeh, "Emang Alkana bolehin? Kalo dia tau gimana?"

"Gue udah ngasih tau dia tadi." Liona berucap santai. Mata Mela terbelalak mendengarnya.

"Terus?! Responnya gimana?"

"Alkana marah besar, dan akhirnya lo tebak sendiri."

Mela menepuk kepalanya tak habis pikir, "Jadi ceritanya seorang gadis meminta izin kepada pacarnya untuk menjenguk mantannya yang sedang sekarat di rumah sakit, dan alasan si Mantan di rumah sakit adalah karena pacarnya si cewek mukulin dia!"

Liona menghela nafas berat, berbicara dengan Mela ternyata tak membuat dirinya mendapatkan pencerahan atas masalahnya. Yang ada dia tambah kepikiran!.

Bel pulang sekolah berbunyi, Liona reflek buru-buru mengemasi barang-barang nya kedalam tas untuk pulang, "Eh-eh-eh kok buru-buru banget!" Mela menahan pergerakan Liona.

"Gue mau pulang ke rumah, gue harus cepat biar lolos dari Alkana."

"Ngapain lo ke sana? jemput penderitaan?"

Liona tidak menghiraukan Mela, dia langsung berjalan ke luar, "Gue duluan!" pamitnya sebelum pergi.

Mela mengangkat bahunya acuh, dia tak perlu terburu-buru karena gadis itu masih harus mengikuti ekskul voli. Sekitar beberapa menit setelah Liona pergi, empat orang lelaki yang selalu menjadi sorotan Venus berdiri di depan kelas 12 IPA 1. Mata Mela terbelalak melihat salah satu di antaranya menatap ke arah mejanya, tepatnya ke tempat duduk Liona yang sudah kosong.

Gadis-gadis di kelas tersebut langsung heboh melihat kedatangan Alkana dan ketiga sahabatnya, semua memuji ketampanan para lelaki itu, dan beberapa gadis memperbaiki riasan wajahnya, siapa tau mendapatkan kesempatan untuk di lirik para anggota inti Xanderoz.

Merasa seseorang yang di carinya tidak ada, Alkana melangkah masuk, kehebohan para gadis semakin menjadi, beberapa cowok di kelas itu tak ada yang berani berkomentar karena takut berurusan dengan Alkana.

"Mana Liona?" tanya Alkana langsung pada Mela dengan suara seraknya.

Mela menelan ludahnya susah payah, gugup untuk menjawab. Alkana terlalu kelewat tampan, auranya yang kental dan mendominasi mampu menjebak siapa saja di dalamnya.

ALKANA [END]Where stories live. Discover now