Insiden Kecil🍁

42 1 5
                                    

Jika Allah saja Maha Pengampun, apa yang bisa menjadi alasan aku tidak bisa memaafkan?

[Qodarullah]
.
.
.

Saat ini, jam pelajaran Bahasa Indonesia sedang berlangsung di dalam kelas Naina. Bu Dewi, guru dengan kacamata minus yang terkadang turun karena bentuk hidungnya tak dapat menahan kacamatanya itu, kini sedang sibuk menerangkan sebuah materi yang ada di buku paket.

Seperti murid-murid pada umumnya, beberapa dari mereka ada yang menyimak dengan fokus, ada yang pura-pura menyimak dengan pikiran berjalan kesana kemari, dan ada juga yang terang-terangan tak berminat dengan pelajaran kali ini.

Wildan, lelaki yang kini sedang duduk di bangku nomor 4 dari depan, dan nomor 2 dari sebelah kanan itu, sedang sibuk dengan mainan di tangannya. Mentang-mentang tempat duduknya tak bisa terpantau Bu Dewi, matanya asik mengedarkan pandangan, mencari mangsa yang kiranya bisa ia jahili dengan menarik karet di tangannya.

Hingga pada akhirnya, tatapannya tertuju pada sosok lelaki yang sedang duduk di depan Naina. Panggil saja dia Nanda, lelaki yang sedikit berisi, dengan alis tebal, dan manik mata hitamnya itu, sedang sibuk mendengarkan penjelasan Bu Dewi.

Ujung karet sudah siap sedia di jari telunjuknya, sementara ujung karet lainnya mulai ditarik, layaknya pelatuk pada sebuah pistol.

"Aw!" lirih seseorang, yang refleks menarik tangannya, karena sakit sekaligus terkejut akan hal yang terlalu mendadak itu.

Perempuan yang tak lain adalah Naina, kini sedang mengusap-usap tangannya yang terbalut seragam osis, guna menghilangkan rasa sakit akibat karet yang kini ia temukan di atas buku paket Bahasa Indonesianya. Tanpa berbicara sepatah katapun, dia segera membuang karet itu, dan kembali fokus mendengarkan penjelasan guru. Dia tahu siapa dalang dibalik kejadian tadi. Hanya saja, dia tak ingin memperpanjang masalah. Toh, baginya ini hanyalah suatu ketidaksengajaan.

Usai Bu Dewi menerangkan, seperti biasa, beliau pun memberi tugas kepada semua muridnya. Mendengar intruksi Bu Dewi yang telah selesai berbicara, lelaki itu pun mendatangi meja Naina. Ternyata, tebakan gadis itu memang benar, bahwa Wildan lah pelakunya.

"Maaf ya, Nai. Ngga sengaja, sumpah." ujar Wildan, membuat Naina sedikit terkejut. Ia kira, lelaki itu hanya akan mengambil karet yang tadi ia buang. Namun ternyata, dugaannya salah.

"Hm, iya." respon gadis itu, sambil tersenyum, tanpa berniat memandang lawan bicaranya.

"Kamu... Ngga papa kan?"

"Ngga papa."

"Beneran?" tanyanya lagi, benar-benar ingin memastikan, bahwa gadis itu sama sekali tak marah padanya.

"Iya, bener!" jawab Naina dengan sedikit penekanan, berharap agar lelaki di sampingnya cepat pergi. Karena jujur, ia sungguh merasa tak nyaman jika Wildan semakin lama di sini.

Wildan pun akhirnya pergi ke tempat duduknya. Baru beberapa detik diberi kesempatan untuk bernafas lega, gadis itu terpaksa harus mendengar namanya dipanggil kembali.

"Apa lagi?" tanya Naina tanpa menoleh sedikit pun. Melihat hal itu, Azi yang sedari tadi memerhatikan interaksi mereka berdua pun akhirnya menoleh ke arah Wildan.

"Naina beneran ngga papa, Zi?" tanya lelaki itu, yang ditanggapi dengan anggukan kepala dari lawan bicaranya.

"Beneran?"

"Iya!" jawab Azi, dengan mendelikkan matanya, seolah meminta lelaki itu untuk diam.

"Naina," Naina menghembuskan napasnya kasar, sebelum menjawab panggilan terkutuk itu, "Kenapa?"

"Maaf ya?" ujar Wildan (lagi). Untung saja, kelas mereka sedang ramai, karena banyak anak yang berdiskusi. Sehingga, perdebatan kecil mereka tak sampai di telinga guru yang sekarang sedang sibuk dengan ponselnya.

"Iya."

"Kamu beneran ngga papa, kan?"

"Ngga papa."

"Maaf ya?" sudah ketiga kalinya Wildan meminta maaf, dan jawaban Naina tetap sama. Hanya saja, jika lelaki itu sampai meminta untuk yang keempat kalinya, ia bertekad tak akan memaafkannya.

"Iya." jawab Naina pada akhirnya, sementara Wildan hanya mampu tertunduk pasrah.

***
Ya ampun, ini anak siapa sih?! Sebel, aku sebel:(
Udah makan banyak part, makan banyak kata lagi, bikin capek🙂.

400++ kata.Inget!

Jangan lupa vote, komennya😌

Wassalamualaikum🙂

Tegal,20April2020
Senin-22:12
📝📝📝

Note after revisi :

600++ kata. Yang belum sebel sama Wildan, lanjut baca bab selanjutnya. Yang udah sebel, ayok kita kumpul buat mutilasi anak ini☺

11 Oktober 2021

Qodarullah (Ending)Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin