Menghindar🍁

50 2 2
                                    

Jika saat ini kita masih sejauh Shubuh dan Dhuhur, semoga nanti kita bisa sedekat Maghrib dan Isya.

[Qodarullah]
.
.
.

Jam yang berada di pergelangan tangan seorang gadis berhijab syar'i, kini menunjukkan pukul 10.00. Dia tak lain adalah Naina. Sosok perempuan berkulit putih, yang memiliki senyum semanis gula. Usai melaksanakan Sholat Dhuha bersama ketiga temannya, Naina segera mengajak mereka untuk cepat-cepat memakai sepatu, karena bel masuk sudah berbunyi sedari 5 menit lalu.

Ketiga teman Naina ini, tak lain adalah Izah---perempuan berlesung pipit, dengan tinggi yang lebih 10 cm dari Naina, Riski---perempuan berpipi chubby, dengan kulit eksotis khas Indonesia, yang membuat dirinya terlihat manis, serta Azi---perempuan dengan tinggi sepantaran Naina, yang memiliki bulu mata lentik. Mereka terlihat cantik, dengan ciri khas mereka masing-masing.

Setelah sepasang sepatu terpasang rapi di kaki yang berbalut kaos kaki putih, keempatnya pun sesegera mungkin berjalan menuju kelas. Derap langkah mereka terdengar pelan, karena tak ingin menganggu beberapa murid yang sedang fokus belajar.

Sementara gerombolan laki-laki di seberang sana, nampaknya mempunyai pendengaran yang baik, hingga akhirnya melihat ke arah Naina dan kawan-kawannya, yang sontak berhenti melangkah. Riski yang berjalan di depan, memilih untuk berbalik, karena dia tahu Naina tak akan mau melewati jalan yang sedang dikuasai anak-anak penikmat jam kosong seperti mereka.

"Kita mau lewat jalan lain?" tanya Riski saat mereka sudah berada di depan perpustakaan, untuk menyembunyikan diri sebentar.

"Hayuk!" ajak Naina, dengan nada semangat, karena ia akan lebih senang jika tak harus melewati Hafiz dan teman-temannya. Ketiganya kompak menoleh ke arah Naina, karena sedikit merasa terkejut.

"Oh, Hafiz," celetuk Izah, seperti menyadari duduk perkaranya. Sementara Naina hanya mampu tersenyum, malu.

"Ngga usah deh, Nai. Ngga apa-apa kok." timpal Riski membuat raut wajah Naina sedikit berubah. 'Ngga apa-apa' bagi Riski, itu berbeda dengan 'ngga apa-apa' bagi Naina. Tentu saja dia merasa gundah.

"Jangan deh, Ris, kita lewat jalan lain saja. Laki-laki nya banyak banget, ish!" usul Azi, yang berada di pihak Naina, membuat gadis itu tampak sedikit senang.

"Gini aja, aku sama Izah lewat sini, kamu sama Naina lewat sana." putus Riski pada akhirnya, dan ketiganya pun mengangguk setuju.

***
Sumpah, Hafiz ngeselin. Pen aku ruqyah-_

Maaf ngga bisa update dulu.Ntar sekalinya update, sama part Wildan deh:)

Jangan lupa vote dan komen.

Ya udah, sekian,

Wassalamualaikum😉

Tegal,18April2020
Sabtu-20:02
📝📝📝

Note after revisi :

Pada akhirnya, aku memutuskan untuk membuka lembaran masa lalu lagi. Ya, aku udah mutusin buat lanjut revisi ini. Udah mau satu tahun kan, ya😭

Hm, hampir satu tahun revisi 1-2, dua tahun cerita ini publish. Gila, secepet itu. Thanks, buat kalian yang udah mau stay with me.

Oh, iya, buat nama Hafiz, aku sedikit kasih perubahan. Dari yang awalnya Ilham, jadi Iman. No problem kan ya? Soalnya agak kurang sreg sama nama awal. So, mari kita bersiap pisah dengan Dzikri Iman Alhafiz:)

27 Januari 2021 (Revisi)
7 Oktober 2021 (Revisi II)

Qodarullah (Ending)Where stories live. Discover now