Pelantikan Cagak🍁

66 3 0
                                    

Haiiiii... Akhirnya aku bisa balik lagi. Ada yang nunggu?

Dan ya, aku udah ngga ngajak Farhan buat collab. Kali ini, aku ngajak tokoh baru yang buat hidup Naina tambah runyam.

Namanya Hafiz. Awal pertemuan mereka adalah di pelantikan Cagak. Buat yang anak Coconut pasti tau lah apa itu Cagak. Yap, Cagak itu singkatan dari Calon Penegak.

So, happy reading:)
.
.
.

Sekolah Naina sedang mengadakan acara kemping untuk para siswa kelas sepuluh dalam rangka Pelantikan Calon Penegak.

Acara itu dilaksanakan di Bumi Perkemahan dekat sekolah mereka selama kurang lebih tiga hari, dua malam. Keberangkatan mereka diadakan pada hari Rabu siang, dan kepulangannya dilaksanakan pada hari Jumat pagi.

Dan ini adalah hari pertama Naina di sana.

Sebenarnya, ia merasa tidak suka acara pelantikan seperti ini. Ia tidak suka dibintal, dan disuruh-suruh. Terlebih lagi, ia merasa susah untuk melakukan ritual mandi. Bagaimana tidak? Antrian mandi itu sepanjang rel kereta. Belum lagi, baru 5 detik masuk, pintu kamar mandi sudah digedor-gedor oleh orang di luar sana. Dan Naina benar-benar membenci itu. Hingga dia memilih untuk tidak mandi, walau rasanya benar-benar tak nyaman.

Kini, gadis berkerudung cokelat, dengan topi boni yang menempel di atas kepalanya itu, sedang duduk di depan tenda sembari menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

Terdengar santai memang. Tapi, kalau sudah masuk dini hari semuanya berubah. Kakak kelas mulai beraksi dengan sikapnya yang semena-mena. Mencari sesuatu yang bisa dijadikan alasan klise untuk menyalahkan para adik kelas. Lalu, ketika adik kelas hanya bungkam, mereka mengeluarkan suaranya yang garang seperti singa. Dan tugas mereka hanya satu, marah-marah. Dalam artian, bisa diwujudkan dengan mengamuk, mencela, atau bahkan berteriak tidak jelas.

Naina tahu itu akan dimulai malam ini. Dan Naina benci dengan hal itu. Bukan karena takut dimarahi. Hanya saja, ia benci melihat drama yang dibuat para kakak kelas. Mereka pikir ini apa? Panggung sandiwara? Naina juga yakin dirinya pun akan melakukan hal yang sama nantinya. Karena ini seperti tradisi di setiap sekolah yang tidak boleh ditinggalkan. Tapi, bukan Naina. Dia masih punya rasa kasihan untuk menyalahkan adik kelas yang sebenarnya tidak mempunyai salah apapun.

"Nai," sapa seseorang membuyarkan lamunannya. Ia pun mendongakkan kepalanya, dan mendapati Indah, teman satu SMP nya dulu.

"Eh, Indah. Sini duduk." Naina menggeser posisi duduknya agar Indah bisa duduk tanpa menghalangi seseorang yang ingin keluar masuk.

"Temen kamu pada kemana, Nai?kamu sendirian?" tanyanya berbasa-basi.

"Ada di dalem." Indah hanya ber-oh ria mendengar jawaban Naina.

"Oh ya, Nai..." Naina menolehkan kepalanya, memandang Indah yang sepertinya hendak mengatakan sesuatu yang penting. "Kenapa?"

"Teman aku ada yang nanyain soal kamu,"

Naina mengernyitkan dahinya heran. Jujur saja, ia tak mau berurusan dengan makhluk bernama laki-laki.

"Siapa? Aku kenal?" tanya gadis itu sembari mengalihkan pandangannya ke depan.

Qodarullah (Ending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang