Limabelas

173 34 0
                                    

Soobin bersandar di balik pintu. Ia tidak sanggup untuk sekedar melangkah masuk ke dalam ruangan Lia setelah mendengar banyak hal yang di ucapkan gadis itu.

Soobin mendengarnya. Tepat saat ia hendak memutar knop pintu, suara Lia terdengar. Mengiris hatinya, sungguh一mata Soobin memanas saat itu. Ia tidak tahu harus bahagia atau sedih karena dengan kondisi yang seperti sekarang Lia masih bisa mendapatkan sedikit pertanda akan masa lalunya. Walau hanya dalam bentuk sekelebat bayangan tanpa warna.

Soobin mengangkat wajahnya saat sepasang sepatu berhenti di depannya一Soobin yang sejak tadi berjongkok di depan kamar Lia seakarang berdiri menatap Taehyun.

Taehyun si pemilik sepatu itu tersenyum hangat lalu masuk lebih dulu tanpa mengajak Soobin. Ia tahu Soobin mendengar tiap rentetan kalimat yang keluar dari mulut Lia一itulah penyebat kakinya terasa berat untuk melangkah masuk.

Lia melepaskan pelukannya dari pinggang Yuna. Ia menatap kearah Taehyun yang masuk ke dalam ruangannya dan tiba-tiba sibuk membereskan pakaian Lia. Lia hendak bertanya namun Yuna sudah menjelaskan lebih dulu bahwa mereka akan segera pulang ke rumah. Dokter bilang kondisi Lia sudah membaik dan di perbolehkan pulang. Sebenarnya Lia sudah menduga itu, ia tidak pernah berlama-lama di rumah sakit一kadang hanya 3 hari.

Setelah merasa siap dengan semuanya. Taehyun memberi kode pada Yuna untuk mengganti pakaian medis Lia ke pakaian biasa. Yuna mengangguk dan setelah Taehyun keluar, ia segera mengganti pakaian Lia. Entah kenapa di saat mengganti pakaian, Lia merasa aneh. Ia tidak melihat setitikpun keberadaan Soobin sejak siang. Kenapa Soobin selalu begitu一pergi di saat dirinya sedang tidak sehat.

Ceklet

Pintu ruangan terbuka. Menampakkan sosok yang dari tadi tidak tertangkap oleh atensi tajam milik Lia. Sosok seorang pria yang berjalan sambil menunduk, membuat Yuna akhirnya memilih keluar setelah merasa beres dengan Lia.

Soobin. Pria itu duduk di bangsal Lia一menatap tangan sang istri yang kini tidak terdapat lagi jarum infus. Mereka sama-sama duduk dengan keheningan, tidak ada yang membuka suara sampai akhirnya Soobin merasa jengah. Ia kemudian meraih tangan Lia, mengusapnya lembut sambil mengucapkan kata maaf. Lia tertegun atas perlakuan dan sentuhan lembut Soobin di tangannya, ia tidak tahu harus berbuat apa selain menarik tangannya dari tangan Soobin lalu menetralisir detak jantung.

"Bagaimana perasaanmu. Apa sudah lebih baik?"

Lia mengangguk lalu kembali hening. Lagi dan Soobin tidak suka itu. Ia berharap jam bisa berjalan lebih cepat agar Dokter yang merawat Lia bisa memberikan obat lalu pulang. Butub waktu satu setengah jam untuk menunggu hingga akhirnya Dokter itu memunculkan diri bersama senyuman di wajahnya. Ia berjalan kearah Lia lalu memberikan obat, tak lupa menanyakan kondisi kepala dari pasiennya.

Setelah merasa semua sudah lengkap, barulah Lia beranjak dari ranjangnya di bantu Soobin. Mereka berterima kasih atas penanganan yang Dokter berikan lalu berjalan keluar menuju parkiran rumah sakit menemui Yuna dan Taehyun yang sudah lama menunggu sambil berpacaran. Lia tersenyun geli melihat Taehyun duduk di kursi kemudi sambil menyandarkan kepalanya di bahu Yuna yang sibuk bermain Handphone, mungkin Taehyun bosan menunggu apalagi di abaikan oleh kekasihnya.

Setibanya di depan mobil, Soobin berdehem一membuat Yuna kaget karena tidak menyadari keberadaan dua orang itu. Berbeda dengan Taehyun, ia kini mengomel atas tindakan Yuna yang tiba - tiba meluruskan tubuhnya, membuat Taehyun terjatuh dan kepalanya berhasil membentur pintu sebelah Yuna. Tidak sakit tapi cukup membuat Kaget.

Soobin tertawa dalam hati. Ia ingin sekali mengejek Taehyun tapi melihat Lia di sampingnya一niat itu hanya bisa ia simpan.

Mereka melesat menuju kediaman Soobin. Taehyun duduk di bagian depan bersama Yuna sambil memegang kendali mobil sementara Soobin bersama Lia di bagian belakang. Tidak ada suara, ke empatnya sibuk dengan kegiatan masing - masing. Saat merasa suasana begitu hening, Lia akhirnya bosan dan menjatuhkan kepalanya di bahu Soobin. Ia merasa tenang dengan hal ini一juga nyaman.

Soobin tidak menolak. Ia hanya melirik sekilas ke arah Lia yang sudah terpejam walau tidak tidur. Soobin malah memperbaiki posisi duduknya agar kepala Lia tidak terjatuh. Menyadari respon Soobin一bibir Lia membentuk senyum tipis dan Soobin sadar akan hal itu. Mereka sama - sama tersenyum.

"Sampai." Taehyun segera menurunkan barang - barang Lia dari dalam mobil一di bantu Yuna tentunya. Mereka merasa puas begitu melihat bangunan besar milik Soobin. Sebentar lagi mereka bisa beristirahat.

Lia tertatih. Kebiasaan berbaring membuat kakinya terasa lemas untuk berjalan. Ia hanya bisa menjadikan Soobin sebagai tumpuannya ketika berdiri.

"Duduk di sini. Akan ku ambilkan air minum." Lia mengangguk patuh一melihat bagaimana lincahnya Soobin berjalan ke dapur lalu kembali dengan membawa segelas air.

Soobin melihat bagaimana santainya wajah Lia menerima obat yang ia berikan. Bahkan tanpa ekspresi langsung menelannya.

"Kau sudah bisa m-minum obat?"

Lia mengerutkan dahinya bingung. Kenapa Soobin bertanya demikian.

"Bukankah ini pertama kalinya aku minum obat selama bersamamu? Kenapa kau bertanya seakan tahu dulu aku tidak bisa meminum obat.

Sial. Soobin tidak tahu harus bagaimana selain menyumpahi mulutnya sendiri. Lia yang dulu bukan Lia yang sekarang, pasti gadis itu akan kebingungan jika seseorang berlagak seperti mengenal dirinya yang dulu. Tapi mau bagaimana lagi, bukankah Soobin memang sangat mengenali Lia. Untuk sekarang, biarkan Soobin berpikir alasan apa yang harus ia ambil ketika Lia menatapnya dengan penuh rasa curiga.

Melihat tatapan Lia entah kenapa membuat Soobin begitu kesal. Wajahnya bergerak semakin dekat ke arah Soobin, membuat pria tampan itu terpaksa harus memundurkan wajahnya sedikit demi sedikit. Kalau bukan seorang wanita Soobin sudah pasti meninju wajah itu atau seandainya bukan rasa malu Soobin sudah pasti melayangkan ciumannya pada Lia.

Tidak sadarkan gadis itu bahwa semakin ia mendekat, semakin harus pula Soobin menahan detak jatungnya yang menyimpan banyak ke rinduan.

"Ibu memberitahuku sewaktu masih sadar."

Finally. Lia akhirnya memundurkan wajahnya, mengangguk percaya dan hal itu berhasil membuat Soobin merasa lebih lega. Jangan sampai Lia menaruh rasa curiga, ini belum waktunya.

"Taehyun dan Yuna sedang bersantai di belakang." Lia menyandarkan bahunya ke sofa. Ingin menetralkan rasa lelah yang bersarang di kedua pundaknya. Sungguh, dengan hanya menghabiskan waktu berbaring justru membuat Lia merasa kaku.

"Apa mereka menginap?" Soobin menatap wajah Lia yang terpejam. Ketika Lia mengangguk Soobin langsung meluruskan pandangannya. "Mereka tidur sekamar?"

"Yuna bersamaku."

"TIDAK!!!"

Lia kaget bukan main. Ia meluruskan tubuhnya untuk menatap Soobin lebih jelas. Raut wajahnya menyiratkan banyak kebingungan namun di balas ekspresi gugup oleh Soobin.

Edelweiss│Restore Memories [END√]Where stories live. Discover now