Tigapuluhempat

142 18 0
                                    

Matahari menunjukkan sinar paling teriknya. Membuat beberapa orang harus mengeluh berkali-kali karena panas, termasuk Lia yang saat itu sedang berada di taman. Entah untuk apa, tapi yang jelas seperti menunggu seseorang. Sesekali Lia mengecek layar ponselnya untuk memastikan apakah ada pesan yang masuk atau tidak, tapi sudah hampur 15 menit tidak ada pesan sama sekali. Masalahnya hari ini sangat panas, dan taman bukanlah tempat yang cocok untuk menunggu. Tidak ada tempat berteduh, tapi mau bagaimana lagi karena perjanjian awal adalah bertemu di taman biasa.

Lia mengusap dahinya, menghapus jejak keringat dan sesekali mengibaskan tangan untuk meredakan rasa gerah. Sungguh keterlaluan sekali.

"Apa kau sudah lama menunggu?"

Lia segera mengalihkan pandangannya kearah belakang, dan benar saja itu adalah suara dari sosok yang ditunggu-tunggu.

"Apa kau tahu hari ini sangat panas? Kau membuatku hampir terbakar menunggu hampur satu jam di taman," keluh Lia sambil terus mengibaskan tangannya di udara.

"Hahaha... Aku minta maaf, kalau begitu ayo ke cafe dan berbicara di sana."

"Yejiiiiiii," Rengek Lia dengan nada manjanya. Yah, orang yang Lia tunggu tidak lain adalah sahabatnya sendiri, Yeji. Lia sengaja mengirim pesan untuk bertemu karena ingin membahas dan bertanya sesuatu. Kebetulan Yeji sedang tidak sibuk, tawaran itu akhirnya di terima dan di sini lah mereka bertemu, taman.

"Apaa sayangku?"

Lia menunjukkan telapak tangannya, kode untuk digenggam. Hal itu membuat Yeji tertawa kecil lalu menggenggam tangan Lia. Mereka akhirnya berjalan beriringan menuju cafe yang letaknya tidak jauh dari taman. Kasihan juga melihat Lia yang semakin berkeringat.

Setelah tiba di cafe, Yeji langsung memanggil pelayan dan mulai memesan minuman. Sambil menunggu pesanan, Lia sudah bersiap untuk memulai pembicaraan. Yeji sebenarnya sangat penasaran tapi berusaha terlihat tenang. Pembahasan Lia pasti tidak jauh dari masalah pribadinya, yaitu pernikahan.

"Aku ingin bertanya sesuatu, tentang apa maksud dari kalimat ini... Tunggu sebentar," Ucap Lia sambil membuka ponselnya, mencari sesuatu kemudian kembali melanjutkan ucapan yang sempat tertunda "Ada beberapa hal didunia ini yang keberadaannya sempat kita tolak. Namun karena terbiasa, sedikit demi sedikit hal itu mampu kita terima?" Lia ternyata mencatat perkataan Soobin sebelumnya, untung saja langsung ia catat sebelum sebagian katanya terhapus dari ingatan.

Yeji menaikkan sebelah alisnya, berusaha mencerna kalimat yang barusan Lia sebutkan.

"Coba ulangi sekali lagi," Pinta Yeji.

"Ada beberapa hal didunia ini yang keberadaannya sempat kita tolak. Namun karena terbiasa, sedikit demi sedikit hal itu mampu kita terima" Lia memasang wajah berharapnya.

"Jika ini dikaitkan dengan hubungan kalian, berarti maksud dari Soobin adalah, pernikahan kalian," jawab Yeji. Membuat Lia kebingungan.

"Maksudnya?" Lia semakin bertanya-tanya.

"Kau ingat? Pernikahanmu dan Soobin hanya berdasarkan kesepakatan dan uang. Kau dan Soobin mungkin saja sama-sama menolak hal itu, namun tetap menjalankannya karena terpaksa. Lalu tanpa kalian sadari, karena terbiasa, hal yang sebelumnya kalian tolak sedikit demi sedikit bisa diterima." Yeji mencoba menjelaskan sepanjang yang ia bisa, dan berharap semoga otak lemot Lia mampu mencernanya dengan baik dan benar.

Lia terdiam, membuat Yeji menghembuskan napasnya. Pasti tidak mengerti, batin Yeji menjerit.

"Ini bisa dikaitkan dengan cinta Lia, jika diawal cinta adalah sesuatu yang kalian tolak, karena terbiasa cinta itu akhirnya bisa kalian terima sedikit-demi sedikit. Cinta karena terbiasa, kau paham maksudku, kan?"

Mulut Lia terbuka lebar, akhirnya setelah sekian menit ia bisa paham juga maksud dari kalimat itu.

"Jadi maksudmu, Soobin mulai menyukaiku?"

"Ini Nona, minumanmu dan selamat menikmati." Yeji tersenyum saat salah seorang pelayan membawa dua gelas pesanannya.

"Yejiiiiiii." Rengek Lia saat merasa pertanyaan tidak dihiraukan Yeji.

"Iya, Lia. Jika Soobin tidak menyukaimu, mana mungkin ia kembali memasangkan cincin itu dijarimu."

Yeji menunjuk jari Lia dengan dagunya. Dari mana Yeji tahu tentang cincin itu? Dari Lia yang beberapa hari lalu sempat curhat.

"Benar juga."

Yeji menyeruput sedikit minumannya lalu dengan wajah serius ia mulai memandangi Lia. Lia sempat merasa risih, namun enggan bertanya untuk apa tatapan menjengkelkan itu.

"Apa kau menyukai Soobin?"

"Uhukkk... Uhukkk..." Lia mendadak tersedak mendengar pertanyaan Yeji. Kenapa harus pertanyaan itu yang keluar, batin Lia bertanya.

"Hati-hati." Yeji mengambil tissue dari dalam tasnya lalu membersikan dagu Lia yang terkena minuman "Lagi pula tidak ada yang salah jika kau menyukainya, itu hal yang wajar. Kalian tinggal dalam satu atap, mungkin juga dalam satu kamar yang sama. Kecil kemungkinan kalian tidak memiliki perasaan yang sama."

"Tapi Soobin memiliki kekasih, itu artinya Soobin menyukai dua orang sekaligus?" Lia mengerucutkan bibirnya. Dari sana Yeji sudah mendapatkan jawaban jika Lia memang benar mulai menyukai Soobin.

"Benar, tapi mungkin juga perasaan Soobin lebih dominan untukmu. Buktinya, ia membujukmu dan memasangkan cincin itu untukmu. Jika perasaan lebih dominan pada Ryujin, seharusnya sudah dari awal mereka bersama sejak Ryujin kembali."

"Benar juga." Lia mengangguk kan kepalanya berkali-kali. Entah kenapa ucapan Yeji membuat hatinya menghangat. Bahkan merasakan kegelian diarea perut, ia terbawa perasaan.

"Yang membuatku bingung adalah, kenapa bisa secepat itu," Gumam Yeji, tapi tetap terdengar jelas oleh Lia.

"Secepat itu?"

"Kau mendengarnya? Maaf, tapi maksudku adalah kenapa Soobin bisa secepat itu kehilangan perasaannya terhadap Ryujin. Bukankah mereka sudah lama bersama?"

Lia mulai berpikir, benar juga. Mereka bahkan belum setengah tahun bersama tapi Soobin sudah bisa mengalihkan perasaannya dari Ryujin.

"Seperti pacaran terpaksa saja, hahaha..." Yeji kembali meminum minumannya. Melirik jam dan meminta Lia untuk segera menghabiskan minumannya. Karena obrolan mereka sudah selesai, Yeji ingin segera pulang. Ayahnya akan tiba di rumah sepuluh menit dari sekarang.

Setelah menghabiskan minuman masing-masing, Yeji langsung pamit keluar lebih dulu. Meninggalkan Lia yang masih ingin berada di cafe untuk beberapa menit. Lia juga sempat mengatakan akan berkunjung ke rumah Yeji jika memiliki waktu luang, karena ayah Yeji sangat jarang berada di Korea jadilah Lia harus mendapatkan kesempatan bertemu dan mengucapkan salam.

Begitu Yeji menghilang dibalik keraimaian diluar cafe, Lia memandangi dua gelas kosong di depannya.

"Pacaran terpaksa?" Lia juga tiba-tiba teringat paksaan paman Soobin yang meminta Soobin untuk menikahi Ryujin.

Edelweiss│Restore Memories [END√]Where stories live. Discover now