Tigapuluhtiga

127 27 2
                                    

"Kau puas?"

"Sangat, tapi belum sepenuhnya."

Soobin mengepalkan kedua tangannya, bingung harus berbuat apa pada wanita yang saat ini berdiri tenang dihadapannya. Bayangan kemarahan dan kesedihan Lia tadi masih berbekas, membuat Soobin sangat tidak enak hati. Memang seharusnya dari awal Soobin tidak berurusan dengan Ryujin.

Jauh dibelakang Soobin, Taehyun berdiri menyilangkan kedua tangan di depan dada. Dalam genggamannya juga masih terdapat cincin yang diberikan Lia, sungguh hal itu membuat Taehyun semakin terlihat bodoh.

"Ryujin, apa maumu?" Tanya Taehyun pada akhirnya. Diam sejak tadi juga tidak menghasilkan apa-apa. Melihat wajah tanpa dosa Ryujin justru membuat Taehyun ingin membawa gadis itu pergi keujung dunia, tempat di mana ia tidak bisa ditemukan makhluk manapun.

"Aduh, maaf. Aku harus segera pulang." Ryujin tersenyum manis pada Taehyun kemudian berjinjit untuk mencium pipi Soobin. Tanpa menjawab pertanyaan Taehyun lebih dulu, Ryujin sudah memilih pergi.

Demi Tuhan, Taehyun sangat ingin marah.

"Soobin!!!"

"Taehyun, aku minta maaf."

"Jelaskan dulu kenapa kau melakukan ini dan memintaku untuk membantumu. Kau bodoh?"

Soobin terdiam tapi tetap akan menjelaskan semuanya pada Taehyun. Lagipula semua sudah terjadi, cukup Lia yang salah paham jangan kedua sahabatnya karena Soobin masih sangat membutuhkan dukungan.

"Ryujin sempat mengancam dan itu berhubungan dengan ingatan Lia. Aku bingung kenapa Ryujin bisa mengetahui hal itu, tentang Lia dan aku dimasa lalu."

"Jadi?"

"Dokter bilang berbahaya jika memaksa Lia mengingat, dan aku lebih memilih kesehatannya."

Taehyun memejamkan mata, sekarang ia tahu alasan kenapa Soobin begitu patuh pada Ryujin. Si wanita itu, kenapa harus terlahir disekitar Soobin.

Juga bagaimana Ryujin tahu tentang Lia? Bukankah hal itu hanya Soobin dan dirinya yang tahu.

Kecuali.... Ada satu lagi,

Taehyun meraih kunci mobil yang ada di meja kerja Soobin dan bergegas keluar. Ia sangat ingin menemui Lia dan mencoba berbicara pada gadis itu. Taehyun tahu Lia bukan orang yang mudah menyimpan amarah dan dendam yang lama.

Saat diperjalanan, Taehyun masih memikirkan kenapa orang itu bisa membocorkan informasi tentang Lia padahal hal itu sudah lama terkubur. Bahkan sebagian orang yang mengenalnya mengira Lia sudah tidak ada. Tapi setelah Lia kembali memunculkan diri, seakan musuh-musuh juga ikut keluar.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Taehyun akhirnya berhenti tepat di depan pagar rumah besar yang terlihat begitu sunyi. Dengan perasaan yang tidak karuan, Taehyun tetap mencoba terlihat setenang mungkin.

Taehyun mulai berjalan masuk ke dalam bangunan itu. Saat berhasil membuka pintu, yang benar saja sang pemilik rumah dengan santainya duduk membelakangi pintu sambil menyilangkan kedua kakinya di atas kursi. Kedua tangan Taehyun mengepal, mengingat bahwa orang di depannyalah penyebab masalah.

"Kang Taehyun, kau di sini?" Sapa orang itu dengan tenang, bahkan sangat tenang.

"...." Taehyun hanya diam memandang dingin lantai keramik rumah.

"Melihatmu datang ke tempat ini membuatku yakin kalau kau sedang mengetahui sesuatu, apa itu?"

"Apa mau mu?" Taehyun akhirnya bersuara.

"Mau ku?" Orang itu berdiri dan saat berbalik tampaklah wajah Choi Jin Hyuk. Menatap Taehyun dengan tatapan mengasihani lalu berjalan mondar mandir seperti memikirkan sesuatu.

Taehyun menghela napasnya. Mungkin percuma ia mendatangi Jin Hyuk.

"Aku ingin Soobin meninggalkan Lia, gadis pembawa sial itu."

Taehyun langsung mengangkat wajahnya, menatap Jin Hyuk dengan amarah yang tertahan. Bagaimana bisa seorang pria dewasa yang seharusnya berwibawa justru mengucapkan kalimat kurang ajar seperti itu.

"Pembawa sial?" Taehyun mengepalkan kedua tangannya dan Jin Hyuk sadar akan hal itu. Tapi masa bodoh, baginya Taehyun tidak jauh berbeda dengan Lia. Parasit yang dari dulu selalu menempel pada Soobin, juga sosok penghambat tujuannya.

"Karena kau Taehyun, karena kau Soobin harus bertemu kembali dengan Lia disaat ia sudah memiliki Ryujin." Jin Hyuk tertawa sinis. Ia berjalan mendekat lalu menepuk pelan bahu Taehyun "Kau bertanggung jawab atas itu."

Taehyun menepis tangan Jin Hyuk dari bahunya. Persetan dengan sopan santun, Jin Hyuk bukan sosok yang harus diperlihatkan tentang kesopanan.

"Dari awal Soobin adalah miliki Lia, tapi keegoisanmu mengubah segalanya. Kau juga seharusnya sadar, perasaan Soobin tidak akan pernah berubah sekeras apapun kau mencoba." Taehyun kemudian berbalik dan hendak pergi sebelum perkataan Jin Hyuk kembali menghentikannya.

"Dunia terlalu indah untuk dihuni oleh gadis seperti itu bukan? Kang Taehyun?"

Dengan tubuh membelakangi Jin Hyuk, Taehyun menutup kedua matanya "Jangan menyentuh Lia, seujung kukupun." Lalu pergi menyisahkan Jin Hyuk dengan senyum liciknya.

"Lihatlah, cinta memang diatas segalanya."

--------

"ULARRRR!!!!"

PRANK!!!!!

Lia memandangi cermin dihadapannya yang sudah tidak berbentuk lagi. Kemarahan menguasai sehingga barang berharga sudah terlihat seperti sampah.

"Lia, buka pintunya!!!"

Entah sejak kapan Soobin sudah berada dirumah, Lia juga tidak menyadarinya.

"Keduanya sama saja." Lia memejamkan mata dan tanpa ia sadari sedikit demi sedikit air matanya mulai menetes. Sakit, jelas terasa sakit. Ketika kau baru saja menyadari perasaanmu terhadap seseorang, orang itu justru menyakitimu lebih dulu.

"Kalau kau masih tidak membuka pintunya, biar kudobrak saja."

"Kenapa masih pulang? Apa rumah Ryujin kurang besar?" Sarkas Lia. Terdengar oleh Soobin tetapi tidak mendapat balasan.

Soobin akhirnya berhasil membuka pintu tanpa mendobrak seperti ancamannya beberapa menit yang lalu. Lia heran tetapi setelah melihat kunci ditangan Soobin ia baru ingat jika kamarnya memiliki kunci cadangan. Seharusnya kunci itu disingkirkan lebih dulu.

Soobin memandangi seisi kamar yang begitu hancur. Ternyata benar, orang yang terlihat sabar jika marah benar-benar seperti ledakan. Ini memang kesalahannya, jadi biarkan saja.

"Lia, dengarkan aku dulu."

Lia mengalihkan pandangannya dari cermin yang hancur lalu menatap Soobin. Soobin terdiam untuk beberapa saat, wajah Lia cukup menyeramkan sekarang.

"Apa begitu menyenangkan bermain bersama Ryujin?"

Soobin menggeleng kuat.

"Aku tidak melakukan apapun."

"Apa kau sengaja meminta Yeonjun dan Taehyun menahanku menemuimu? Apa aku semenyedihkan itu, Soobin?"

Soobin langsung membawa Lia kedalam pelukannya. Lia sempat memberontak, tapi bagaimanapun Soobin jauh lebih kuat.

"Percaya padaku, apapun yang kau lihat kedepannya hanyalah jebakan. Dan aku harus terjebak demi dirimu."

Lia meremas kuat ujung bajunya. Entah apa maksud perkataan Soobin, tapi cukup untuk membuatnya bingung sekaligus sedikit tenang.

Soobin melepaskan pelukannya lalu meraih jemari Lia dan memasangkan kembali cincin yang sempat dilepasnya.

"Ada beberapa hal didunia ini yang keberadaannya sempat kita tolak. Namun karena terbiasa, sedikit demi sedikit hal itu mampu kita terima."

'Aku tidak akan melepasmu untuk kedua kalinya.'

Edelweiss│Restore Memories [END√]Where stories live. Discover now