III

72 9 2
                                    

Aku terdiam tanpa kata selama beberapa detik. Hembusan nafas makhluk itu bisa aku rasakan. Seperti bekas bakaran kayu.

Dengan cepat makhluk itu menarikku dan masuk ke dalam cermin tanpa aku bisa melawan dan hanya mampu berteriak kencang.

Aargh...

***

Pic: 1freewallpapers

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pic: 1freewallpapers.com

Makhluk itu menarik tanganku kuat-kuat. Aku seperti melayang, masuk kedalam lorong yang gelap. Aku tidak tahu ini dimana. Aku hanya berteriak sekeras-kerasnya. Dan aku tidak sadarkan diri.

***

Kutemukan diriku tertidur diatas sebuah tempat tidur, aku tidak tahu ini dimana. Udara dingin yang membangunkanku. Kepalaku terasa pusing sekali. Dengan susah payah aku bangun dan duduk di bibir tempat tidur. Aku terdiam sejenak, mencoba mengingat-ingat sesuatu.

Tidak membutuhkan waktu lama untu mengingat kembali kejadian yang telah aku alami sebelumnya. Aku perhatikan kedua pergelangan tanganku. Benar saja, bekas tangan makhluk yang mencengkeram pergelangan tanganku itu membekas. Bekas tangannya meninggalkan warna merah kehitaman. Anehnya aku tidak merasakan sakit sama sekali.

Aku harus bergegas. Aku turun dari dari tempat tidur. Ketika telapak kakiku menapaki lantai. Yang dirasakan adalah dingin. Kakiku seperti sedang menginjak air es. Rasa dinginnya sampai menjalar ke kepalaku.

Rasa dingin itu seperti mengembalikan seratus persen kesadaran. Walaupun terasa menyakitkan.

Kumantapkan langkahku. Kamar ini bukan kamar sebelumnya ternyata. Di ruangan ini hanya ada tempat tidur tua. Tidak ada perabotan lainnya.

Sayup-sayup aku mendengar alunan musik gamelan. Alunannya damai sekali. Kuhentikan langkahku, kupejamkan mataku dan mencoba menikmati alunan gamelan itu.

"Sepertinya kamu menyukainya. Arjuna Wesi Mangundjoyo?"

Kubuka kembali kedua mataku ketika suara seseorang berhasil membuyarkan lamunanku.

Aku berbalik. Perempuan itu, dia yang berdiri ditangga tadi.

Aku menatapnya penuh tanya. Dia berdiri lima meter dibelakangku. Masih dengan penampilan yang sama. Kali ini wajah perempuan itu terihat jelas. Kulitnya putih, wajahnya sendu, dan terlihat agak pucat.

Dia terlihat cantik walau tanpa make up. Mungkin dia seusia denganku.

Dia menatapku tajam. Aku masih terdiam.

"Kamu tahu namaku?"

"Hah, dasar bocah bodoh. Kamu itu yang selama ini mereka cari."

"Maksud kamu apa? Dimana aku sekarang?"

"Diam kau, jangan banyak tanya. Nanti kamu akan tahu sendiri."

Perempuan itu menggerakan tangannya ke arah Juna. Tubuh Juna terangkat. Lehernya terasa tercekik.

The Nightmare Stories (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang