Ketika Gelap Tiba

287 118 18
                                    

Hi, kalian sudah masuk ke dalam cerita horror ketiga. Disini kalian akan  di ajak berpetualang ke dalam hutan dan menikmati kengerian yang disajikan dalam cerita ini. Mohon luangkan waktunya ya, dan selamat menikmati. :))

pixabay

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

pixabay.com

Part I

"Res, kok sepi? Yang lain mana?" Tania berjalan keluar meninggalkan gubuk kecil beranyam bambu yang berdiri di tengah hutan. Raut wajah terlihat heran melihat sekelilingnya yang mendadak sepi.

"Ah, Elu sih Tan, ganti bajunya kelamaan, udah pada turun kali semuanya."

Kedua bola mata Resti menerawang lokasi air terjun indah dengan ketinggian dua puluh meter yang tersembunyi di dalam hutan. Rasa cemas mulai menghinggapi gadis berambut pendek yang gemar travelling itu.

"Ya ampun, sorry deh Res. Gimana nih? Mereka kok tega sih ninggalin kita." Gadis yang baru pertama kali naik gunung itu mengambil smartphonenya dan mencoba meghubungi teman-temannya.

"Aah, nggak ada sinyal lagi, Res." Tania memasang wajah cemberut ke arah Resti sambil menunjukan layar smartphonenya.

"Yaudah, Tan, kalau begini, kita harus turun secepatnya, sudah mau gelap, gua yakin mereka belum jauh. Kita masih bisa kejar mereka." Resti berjalan pelan sambil mencoba menelpon temannya. Hasilnya idem.

Mereka meninggalkan gubuk yang terlihat sudah tua dan entah siapa yang membuatnya. Posisi gubuk itu berada tidak jauh dari air terjun itu. Dalam keheningan berjalan menyusuri ratusan pohon yang menjulang tinggi dengan kondisi jalan berbatu yang menurun dan licin. Suara kawanan kera hutan terdengar bersahutan bercampur dengan suara burung gagak yang terdengar lirih. Serangga-serangga malam mulai mengeluarkan suara khasnya yang menggema.

Tumpahan berkubik-kubik air terjun masih bisa terdengar dari kejauhan. Raut cemas nampak jelas terlihat dari wajah mereka. Ketiga kawannya yang berjanji akan menunggunya, pergi meninggalkan dua mahasiwi yang baru berusia genap dua puluh tahun.

Keberadaan kawan-kawannya sudah tidak terlihat lagi di dekat Air terjun. Padahal belum lama kelima remaja itu bercengkerama sambil bermain air karena telah berhasil menemukan Air Terjun Tujuh Warna yang legendaris itu.

Rencana awal mereka untuk membuat api unggun sambil menyalakan kembang api di malam pergantian tahun buyar sudah.

Malam akan tiba, jam di smartphone mereka sudah menunjukan pukul lima sore tetapi gelap datang lebih cepat dari biasanya. Dua gadis itu segera mengeluarkan senter dari ranselnya dan mulai berjalan menyisir rimbunnya hutan di sebelah barat pulau jawa.

***

"Res, Resti, berhenti dulu sebentar, aku capek, kakiku sakit." Pinta Tania memelas dibelakangnya.

"Kenapa lagi sih Tan, baru jalan sebentar udah capek. Tanggung tau, sebentar lagi juga sampe. Elu nggak mau kan kita bermalam di sini." Resti pun terus berjalan tak menghiraukan permintaan perempuan cantik berkulit putih khas mojang Bandung yang baru pertama kali naik gunung.

The Nightmare Stories (Completed)Where stories live. Discover now