V

113 21 2
                                    

Mereka bertiga masih terdiam. Seperti tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Tommy terlihat sudah sehat dengan cepat. Dia tidak seperti orang yang sedang terluka.

"Kita harus membunuh makhluk itu, cepat!" Suara Tommy terasa berat dan tegas. Tanpa pikir panjang mereka segera bergegas dan mengikuti Tommy yang berjalan di depan memimpin jalan..

***

Pic: www

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pic: www.itl.cat

Resti, Raya dan Aldo berjalan mengikuti Tommy.

"Tom, kamu tidak apa-apa?" Resti bertanya lirih dibelakang Tommy.

Suasana hening. Binatang hutan pun seperti berhenti bersuara. Hilang ditelan kesunyian. Tommy masih terdiam, tidak membalas pertanyaan Resti.

Langkah tommy dipercepat, mereka semua bahkan setengah berlari mengikuti Tommy.

Dia seperti mengenal dengan baik hutan ini. Berjalan dengan amana tanpa terkendala gelap.

"Tom, Tommy, kita mau kemana?" Aldo berusaha berjalan menyeimbangi mereka.

"Kita ikuti saja Tommy. Dia seperti tahu sesuatu." Timpal Raya.

Setelah berjalan mengikuti Tommy selama lima belas menit. Tiba-tiba Tommy memutuskan berhenti tidak jauh dari air terjun.

"Tania ada di gubuk itu." Tommy menunjuk sebuah gubuk yang berada dekat air terjun. Dari kejauhan terlihat temaram cahaya. Tanda bahwa gubuk itu ditempati seseorang.

"Itu kayak gubuk tempat gua dan Tania ganti baju kemarin." Resti menatap heran sebuah gubuk tua yang berada di tengah hutan. Terasa ganjil.

"Kita harus membunuh makhluk itu sebelum fajar datang. Jika tidak kita akan terjebak di hutan ini selamanya.

" Tommy memandang dengan tatapan tajam ke arah gubuk itu."

Dari kejauhan mereka semua mengamati gubuk itu. Tommy merencanakan sesuatu. Resti, Raya dan Aldo bersiap mengikuti Tommy. Menunggu aba-aba. Perang dini hari ini akan segera dimulai. Hidup dan mati.

...

Di dalam sebuah ruang yang remang dengan lantai ruangan beralaskan tanah, berukuran lima kali empat meter. Tania terkapar di atas sebuah dipan beralaskan tikar pandan. Tubuh putihnya kini berselimut kain hitam. Rambut hitamnya tergerai. Warna-warni bunga tujuh rupa berserakan di atas dipan dan sebagian menempel di tubuh Tania.

Wangi bunga dan bakaran kemenyan yang ada di kolong dipan memenuhi ruangan. Aroma wangi yang keluar bercampur memiliki unsur mistik yang kuat. Tania terlihat cantik, tertidur seperti Princes Aurora.

Ada dua buah lampu minyak menempel di dinding anyaman bambu yang hitam berjelaga memancarkan cahaya kekuningan.

Di sudut kamar tersebut terdapat sebuah meja dan kursi kayu. Pakaian yang dikenakan Tania tergeletak di dekatnya. Makhluk itu terduduk di kursi itu. Diatas meja tersedia sebuah kendi berisi air putih dan sebuah gelas belimbing.

The Nightmare Stories (Completed)Where stories live. Discover now