A Less Sugar Latte Tragedy

13 2 0
                                    

Apa maksud Sasi berkata seperti itu?
Nirbita tidak menyukainya. Dari nada bicara perempuan itu, dapat Nirbita tangkap bahwa Sasi benar-benar marah pada dirinya. Terserah dia mau mengatakan Nirbita apa, ambitious freak? Ya, Nirbita memang orang yang ambisius, kenapa memangnya? Toh, Sasi juga tidak memiliki kontribusi apa-apa dalam hidup Nirbita, yah, mungkin hanya beberapa saja. Tetapi, tetap saja tidak banyak.

Dengan kencang, Nirbita memukul sak di depannya. Kedua matanya garang menatap sak tinju seperti melihat seorang musuh di hadapannya. Lalu sekelebat bayangan wajah Sasi muncul di benak, sak tinju itu seperti Sasi dan langsung dipukul dengan kencang oleh Nirbita. Peluh menetes dari pelipisnya jatuh hingga membasahi lantai SWC. Napasnya terengah-engah sebab cardio workout yang dia tempuh.

Siang ini, di tengah terik matahari yang mulai tergelincir, Nirbita melakukan program olahraganya lagi bersama Pak Frans. Dosen muda itu mengernyit melihat Nirbita yang sangat kasar memukul sak tinju, bahkan sangat bersemangat dan sesekali berteriak. Satu yang bisa Pak Frans asumsikan, gadis itu tengah tersulut emosi. Namun lelaki itu hanya diam dan membiarkan Nirbita melepaskan semua emosinya ke dalam latihan tinju itu. Memang benar terkadang cardio workout seperti tinju dapat meluapkan segala emosi sekaligus menyehatkan badan.

Berkali-kali Nirbita memkul sak dengan teriakan cukup keras. Jika dia tidak bisa memukul muka Sasi yang sering menyindir itu, maka melalui ini dia bisa. Mulut Nirbita mengatup, dia benar-benar marah. Perkataan Sasi benar-benar menyakiti hatinya, memang dia ambisius, tetapi ... tidak begitu caranya mengatakan langsung di depan muka Nirbita. Dia berhenti, membungkuk dan menghela napas pendek-pendek. Pak Frans mendekati Nirbita dan menepuk bahu perempuan itu.

“Kenapa kamu, Ta?” tanya Pak Frans agak khawatir. “Kok, udahan?”

Nirbita tak menjawab pertanyaan lelaki itu. Dia hanya memandang lantai ubin hitam yang mengkilat dan basah sebab keringatnya yang menetes jatuh. Tidak mungkin juga dia menceritakan semua yang terjadi pada Pak Frans. Lebih baik dia melampiaskan semuanya pada sak tinju di depan.

“Nirbita, kalau kamu emang lagi lost control, lebih baik saya sarankan kamu berhenti dulu. Cari waktu luang untuk kamu me-time. Jangan dipaksakan.”

Nyatanya Nirbita memang masih ingin beroloharga untuk mendapatkan tubuh ideal. Turun sebanyak lima kilogram dalam waktu setengah bulan adalah impiannya. Sementara dirinya baru turun dua kilogram. “Enggak, Pak. Saya masih mau lanjut,” balasnya sambil melayangkan tinju. Namun buru-buru Pak Frans menahan lengan gadis itu.

“Enggak. Saya tahu kamu pasti sedang dalam kondisi yang tidak stabil,” ujar Pak Frans kemudian melepas lengan Nirbita. “Sesi latihan hari ini cukup sampai sini saja, Bita. Kamu boleh istirahat, pulang, dan tenangin diri kamu dulu.” Pak Frans tersenyum kemudian berbalik arah dan menghilang di balik pintu kaca.

Napas dihela dari hidung Nirbita. Mungkin apa yang dikatakan pak dosen muda itu ada benarnya juga. Dia sudah terlalu sering menghabiskan waktu dengan melakukan gym atau sering membuat konten. Dengan sekali pukulan ke sak, Nirbita berjalan menuju lokernya untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Setelah berganti pakaian, Nirbita melenggang keluar dari SWC dan melihat kampus Fikes yang masih ramai oleh mahasiswa yang biasanya sedang melakukan praktikum. Beberapa orang berjalan menuju SWC yang sepertinya akan menggunakan gym. Ponsel Nirbita berbunyi, ada pesan masuk dari Kalila yang mengajaknya pergi ke kafe yang baru buka di daerah kampus Fikes. Kebetulan dia memang sedang ada di situ, dibalasnya pesan tersebut dan Nirbita segera ke sana.

Kafe yang dimaksud Kalila adalah Kafe GraffiTea yang terletak di seberang kampus Fikes deretan ruko milik Undhar Mart. Sebuah kafe retro dengan gaya klasik dan sentuhan dekorasi ala anak motor, Nirbita mengangguk dan berjalan masuk ke dalamnya. Lantai kayu berwarna cokelat langsung menyapu pandangan, dekorasi di dalam tak kalah retro dengan bagian outdoor, ada sebuah grafiti besar bertuliskan Have a Nice Tea di bagian kanan.

AN ETERNAL HAPPINESS ✔Where stories live. Discover now