SHUT 'EM UP

11 2 0
                                    

Matahari mulai meninggi dari ufuk timur, sinar keemasaannya menyorot ke segala penjuru dunia yang perlahan kembali hidup. Pagi menjadi waktu yang paling sedap untuk tidur, dinginnya udara dari luar yang menerjang masuk ke celah-celah ventilasi membuat Nirbita menarik selimutnya kembali. Mungkin lima belas menit lagi gadis itu akan keluar dari ranjangnya, sebab kasurnya masih sangat posesif.

Jalanan depan kos perlahan kembali dipadati oleh kendaraan yang sengaja mengambil jalan pintas memutar, sebab jalan utama biasanya macet. Kos Nirbita ini terletak di belakang kampus FISIP dan gang yang menjadi akses utama cukup besar sehingga kerap dilalui oleh kendaraan yang ingin menghindari macet di jalan depan FISIP.

Klakson saling bersahutan seperti orang kesetanan. Astaga! Sudah lewat jalan tikus masih saja macet dan beradu klakson? Nirbita mengulet, mengubah posisi tidurnya dengan sedikit rasa kesal. Waktu untuk tidurnya terganggu, padahal tidak ada kuliah pagi dan dia tidak ada jadwal mengambil dagangan panitia.

Ponselnya yang terletak di atas nakas berbunyi nyaring, tanda telepon masuk semakin mengacaukan hari Nirbita yang seharusnya dilalui dengan tenang. Dengan kasar, dia menyambar teleponnya dan diangkat.

“Halo, Ta! Lo di mana heh?”

“Masih di kos, elah. Ganggu aja lo, La,” gertak Nirbita ketika Kalila pagi-pagi sudah mengganggu tidurnya. “Apaan, sih? Orang kagak ada kuliah juga.”

“Mata lo itu enggak ada kuliah! Kemarin Pak Imron minta ganti jadwal pagi dodol!”

Dari telepon, Kalila tak kalah sewot sebab Nirbita marah. Tidak tahu berterima kasih apa, ya?

Sontak, mata Nirbita yang masih beberapa watt membeliak lebar. Ya ampun, benar!

Mata kuliah Teori Komunikasi yang diampu Pak Imron masih kurang satu pertemuan lagi sebab dosen itu sempat tidak hadir karena ada urusan di fakultas lain. Ah! Nirbita kesal sekali, pengalaman waktu itu ketika mengumpulkan tugas, Pak Imron sedang ada rapat, padahal nyatanya dia sedang asyik duduk di kantin sambil merokok bersama dosen lain.

Nirbita kadang suka tidak paham dengan pemikiran dosen-dosen tua seperti Pak Imron atau Bu Lian yang suka menyiksa mahasiswanya. Seakan ada sensasi tersendiri ketika melihat mahasiswanya kesusahan, sementara mereka enak-enakan santai di ruang dosen.

“Buruan ngampus, Ta! Nanti lo telat enggak boleh masuk sama Pak Imron!”

“Iya, ini gue udah bangun. Makasih, ya, orang baik,” timpal Nirbita kemudian mematikan teleponnya. Dia bangkit, menyambar handuk yang dijemur rapi di gantungan.

Berjalan keluar sambil menenteng peralatan mandinya. Semoga saja tidak mengantre. Ketika sampai di kamar mandi, beruntungnya Nirbita sebab kamar mandi masih kosong dan belum ada yang mengantre di depannya. Buru-buru dia masuk dan melakukan ritual mandi paginya.

Semenjak Nirbita mengikuti program diet dan olahraga di Student Wellness Center, ada banyak perubahan signifikan yang terjadi pada hidupnya. Pertama, baju-baju lucu yang sempat dia beli dan akhirnya tidak muat karena ukuran badannya yang big size, kini dapat dia kenakan tanpa ragu lagi yang artinya pakaian Nirbita sudah bisa beragam. Itu yang paling penting. Kedua, pengikutnya di Make Up and U pun memerhatikan perubahan tubuh Nirbita yang fantastis.

Banyak yang berkomentar memuji Nirbita berhasil menurunkan berat badan dengan drastis, membuatnya terlihat lebih segar di depan kamera. Wajahnya tak lagi bulat seperti bakpau, tetapi sudah tirus dan kecantikannya naik berlipat-lipat.

Hari ini, dia mengenakan baju shoulder off warna kuning cerah dengan floral pattern yang memikat, dipadukan dengan celana jeans belel warna biru cerah dan sepatu berwarna putih.

AN ETERNAL HAPPINESS ✔Where stories live. Discover now