24. Antara nyaman atau baperan?

32K 2.2K 63
                                    

Raisa berjalan gontai menuruni tangga rumah. Kepalanya terasa berdenyut nyeri, semalam Raisa dan Angkasa pulang terlalu malam, terlebih kondisi tubuh Raisa belakangan ini sudah kembali tidak fit seperti sebelumnya. Raisa sudah telat cuci darah, beberapa bagian tubuhnya sudah ada yang membengkak karena Raisa tidak cuci darah. Wajahnya juga terlihat sangat pucat lebih dari biasanya. 

“Mama!!” sahut Raisa terkejut ketika melihat Alina dan Riza berada diruang makan. Dengan langkah yang amat cepat, Raisa langsung menghampiri mereka, dia memeluk tubuh Alina dari belakang dengan erat. “Lama banget sih pulang nya, Raisa kangen tau, kangen banget!!!” ujarnya semangat. 

“Eh kenapa nih anak Mama?” Alina membalik tubuhnya dan menaup wajah Raisa, “Kayaknya lagi seneng banget, ada apa?” tanyanya. 

“Habis baikan sama pacarnya,” cela Kevin. 

“Pacar?!” sahut Riza dan Alina bersamaan melihat Raisa yang hanya cengengesan memperlihatkan deretan gigi putihnya, “Kamu punya pacar, Raisa?!” ketus Riza. 

“Temen, Pa. Bukan pacar,” kata Raisa menghampiri Riza dan duduk disebelahnya. 

Riza hanya memperhantikan perilaku Raisa. “Papa gak suka kamu dekat sama seseorang yang belum ada asal-usul nya!” ketus Riza kembali. 

“Raisa kenal kok sama dia, sama keluarganya juga Raisa udah kenal,” balas Raisa. “Raisa juga gak mungkin dekat sama orang yang Raisa belum kenal, Pa.” 

“Tuh kan, udah kenal duluan sama keluarganya, bahaya nih, Pa. Bisa-bisa nikah nya duluin Kevin,” sahut Kevin tertawa geli meledek Raisa. 

“Tau dari mana?! Kita pindah kesini saja baru ada beberapa bulan, dan kamu sudah mendapat pacar?!” ujar Riza tidak suka. Kemarahan Riza membuat suasana di ruang makan terasa sangat canggung. “Baru beberapa bulan saja, dan kamu bilang itu sudah dekat?! Kamu belum tau apa-apa, Raisa...” 

“Disini itu banyak anak nakal, banyak Gangster gak jelas, banyak anak gak bener!! Papa gak suka kamu dekat dengan laki-laki!!” ucapan Riza membuat Raisa meneguk saliva nya, Kevin hanya melirik Raisa dengan perasaan cemas, dia juga tidak ingin Raisa dimarahi oleh Riza. 

“Kevin tau kok Pa sama pacarnya Raisa, anaknya baik, Kevin kenal sama dia, jadi Papa tenang aja....,” belum selesai Kevin bicara, Riza sudah langsung menyela ucapan nya. 

“Tenang dari mana?! Kamu gak tau apa-apa, Vin. Kalau Papa kasih tau, kalian itu seharusnya ngerti. Kita disini orang baru, kita belum tau banyak daerah sini, jadi kalian harus hati-hati!!” ujar Riza kesal. “Selesaikan urusan kamu dengan pacar kamu, Raisa. Akhiri hubungan kalian, sebelum Papa yang turun tangan sama hubungan kalian.” 

Mendengar hal itu tubuh Raisa menegang kaku. Semalam Raisa baru saja baikan dengan Angkasa, dan Raisa sudah langsung disuruh menjauh dari Angkasa. Didalam hati Raisa ada perasaaan yang berdenyut amat nyeri. Ada ribuan jarum yang menusuk hatinya bersamaan. 

Selepas kemarahan Riza suasana keluarga itu amat canggung, Raisa diantar oleh Riza menggunakan mobilnya. Di dalam mobil Raisa tidak bicara, dia tidak mau membuat Riza semakin marah nantinya. Apalagi saat Riza tau bahwa Angkasa adalah Ketua Gangster, tentu saja Riza akan berada di puncak amarahnya. 

“Raisa masuk ya, Pa.” Raisa mencium tangan Riza dan berpamitan kepada Papanya. 

Dia melangkah kearah koridor dengan perasaan berkecamuk. Pandangan mata Raisa terjatuh kepada Angkasa dan Clara yang tengah bergandengan menuju kelas Clara. Hal itu sontak membuat Raisa terkejut. 

”Kamu bilang, kamu menyesal, Angkasa. Disaat aku sedang meyakini Papa aku tentang kamu, tetapi kamu malah dekat dengan Clara. Sebenarnya dimata kamu, aku ini apa?!! Kadang aku capek sama diri aku sendiri, Angkasa. Aku masih berusaha berharap yang terbaik sama hubungan kita, tapi kamu malah terus membuat hubungan kita retak...” 

ANGKASA (END)Where stories live. Discover now