Tak berapa lama, Nakula ikut duduk di sebelah kiriku. Masih ingat Nakula kan? Aku pernah menceritakan sekilas tentangnya di part sebelumnya. Nakula ikut menonton televisi, ah aku biarkan saja.

Aku bahkan sempat memperdebatkan hal kecil dengan Nakula, karna acara televisi yang ditayangkan saat ini. Tapi setelahnya kami kembali fokus. Dan beberapa saat kemudian, Nakula berdiri dan berjalan menuju tasnya yang di letakkan di dekat ruang tamu. Ternyata dia tak kebagian kamar. Boleh aku tertawa?

Hahaha!

Aku meliriknya sekilas kemudian kembali menonton televisi. Aku melihat dari ekor mataku, ada paparazzi.

Ya, itu Nakula dengan ponsel di tangannya. Dia sedang merekam kami yang ada disitu. Demi apapun aku malu masuk kamera seperti itu. Aku memutuskan menutup wajahku sambil masih fokus pada televisi.

***

"Oke, kakak udah bikin daftar yang bertugas masak malam ini. Nih, bisa kalian lihat," kata Kak Meta selaku pembimbing kami.

Setelah kulihat, ternyata tak ada aku. Baguslah, aku malas disuruh masak untuk anak-anak yang lain. Tapi keberuntungan ternyata tak berpihak pada Moza, justru dia kebagian tugas memasak. Aku sempat meledeknya.

Teman-teman yang lain sudah mulai bergantian untuk mandi, mengingat setiap villa hanya memiliki dua kamar mandi. Tadi aku sudah mengambil perlengkapan mandi dan pakaian ganti dari dalam tas. Aku ikut menunggu giliran, sambil menunggu aku memutuskan untuk menonton televisi lagi. Kali ini sedang ada penayangan film perjuangan di masa penjajahan. Aku duduk dengan teman-teman yang juga ikut menunggu giliran mandi, atau juga yang hanya ingin duduk. Tapi remote televisi aku yang pegang, jadi aku yang berkuasa.

Moza tak bisa ikut menonton, karna dia sedang sibuk memotong-motong sayuran, aku meledeknya dari sini. Di sebelahku ada Lail. Dan beberapa saat kemudian, Moza ikut bergabung. Sudah selesai tugas katanya. Ternyata dia kebagian untuk memotong-motong bahan.

"Ambil baju ganti lo sana gih, biar mandi, entar keburu sama yang lain," kataku berbisik dan langsung diangguki. Moza langsung ke atas mengambil perlengkapan mandinya.

Tak lama Moza kembali dengan barang-barang bawaannya. Aku, Moza, Lail dan Tara sedang duduk berdekatan.

"Gue duluan mandi yak entar," kata Tara pada kami.

"Ett, enak aje, pan gue disini duluan," kataku.

"Udah, udah, ini disini banyak yang mau nyerobot juga," kata Moza sambil menunjuk dengan lirikan mata. "Mending kita berempat hompimpah aja," kata Moza lagi. Ide yang cukup bagus.

Dan yang mendapat giliran pertama ternyata adalah Tara, kemudian aku, kemudian Lail, kemudian Moza. Pastinya Tara sangat senang dan memasang wajah meledek padaku.

Dan baru saja pintu kamar mandi terbuka, Tara langsung bergegas lari masuk ke dalam kamar mandi. Teman-teman kami yang lain harus menghela napas. Aku hanya tertawa dalam hati.

Beberapa menit kemudian Tara keluar, dan orang yang ada di kamar mandi satunya lagi juga ikut keluar. Jadi lebih enak kalau begini. Aku dan Lail langsung memenuhi dua kamar mandi yang letaknya bersebelahan itu. Aku sempat mendengar ucapan-ucapan, kira-kira seperti ini:

"Buset, gercep amat."

"Yah, yah, keduluan lagi dah."

***

Aku masuk ke dalam kamar dan ternyata ada Tara sedang bermain ponsel. Lail belum keluar dari kamar mandi. Mungkin sebentar lagi.

"Eh, Tar, ga turun ke bawah lo?"

"Males ah, berisik di bawah," katanya. Aku hanya mengangguk.

Aku memasukkan pakaian kotor pada sebuah plastik kosong. Aku juga memakai deodoran dan lotion, tak lupa juga menyapukan sedikit bedak tabur di wajah.

Tak lama Lail masuk dan juga membereskan barang-barangnya. Dia memasukkan pakaian kotor dan tiba-tiba..

"Anjir! Sempak gue ketinggalan di kamar mandi!" ucap Lail heboh. Kami terkejut sebentar dan sedetik kemudian tawa kami pecah.

"Hahahaha! Bobrok banget sih lo!" Aku tak tahan untuk menahan tawa.

Lail langsung ngebirit keluar kamar dan beberapa saat kemudian dia kembali dengan muka yang merah padam, tidak lupa dengan celana dalam yang dia genggam. Dia langsung memasukkannya ke dalam plastik miliknya.

"Tau ga? Tadi pas gue baru nyampe di tangga, gue ngedenger kalo Sammy ngomong woy ini celana dalam siapa? Nah terus si Ananta bilang tadi sih gue liat si Lail yang abis keluar dari kamar mandi. Buset gue malu banget asli, gue malu ketemu Sammy," ucap Lail heboh. Aku sudah tak bisa menahan tawaku.

"Gue buru-buru masuk dan ngambil dong. Gue ngebirit kabur aja, dari pada malu, eh udah malu sih argh!!!"

"Udah, udah, semoga cuma Sammy doang yang liat sempak biru dongker lo," ucapku menggoda. Aku sudah terbahak-bahak, begitu juga Tara.

Moza masih belum kembali, mungkin dia sedang menggosok daki di tubuhnya, kita biarkan saja. Biarkan Moza melakukan quality time dengan semua daki-dakinya.

***

22.27 WIB

Kami menikmati malam dengan bakar-bakar ayam di halaman villa. Tugas memanggang juga sudah ada yang mengerjakan. Jadi, beberapa dari kami mungkin ada yang masih di dalam kamarnya untuk sekedar beristirahat. Aku dan beberapa teman-teman lainnya justru menunggu ayam panggang di taman. Aku duduk di atas perosotan anak kecil sambil membuka ponsel. Sedangkan beberapa lainnya duduk di atas ayunan. Jarak perosotan dengan ayunan sangat dekat, hingga aku masih bisa bergabung dengan pembicaraan. Sesekali aku menghirup aroma ayam panggang.

Kali ini langit benar-benar bagus sekali. Bintang-bintang itu membuat langit menjadi jauh lebih indah. Aku tersenyum. Aku memutuskan mengirim pesan pada Alfa.

Jejen : langit disini lagi bagus banget loh, banyak bintang

Alfa : oh ya? Nikmatin deh. Ambilin satu buat aku dong.

Aku tak sempat membalas pesan Alfa. Karna ayam panggang sudah selesai. Aku langsung menyerobot. Mereka cuma menggeleng maklum.

___________________________________

Hi guys!❤

Selamat menikmati ceritaa:)
Jangan lupa vote!

Pencet bintang disini
👇

Kamu dan BandungWhere stories live. Discover now