30 : Rumah

330 37 4
                                    

Bang Julian baru saja sampai rumah setelah hampir seharian bersekolah. Ini berarti jam sekolah telah selesai. Dan tak akan lama lagi pasti Alfa datang.

Tak bohong jika aku sedikit panik. Bagaimana tidak, baru kali ini ada seorang laki-laki yang mendatangiku sendirian. Ini juga artinya aku akan berdua saja nantinya. Tentunya aku akan merasa sangat canggung, aku bingung akan membahas apa dengannya nanti.

Drtttt drrrttt drrttt

Ponselku bergetar panjang, ada panggilan dari Alfa. Dengan tangan yang aku rasa sedikit kaku, aku menggeser layar.

"Halo Jen, aku udah di depan"

Aku merasa denyut jantungku berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya. Jujur aku sangat gugup saat ini. Aku menarik dan membuang napasku untuk menetralkan kegugupanku.

Dengan langkah pelan aku berjalan menuju jendela untuk mengintip keluar rumah. Dan benar di luar gerbang sana sudah ada Alfa yang menunggu.

Aku kembali melihat layar ponselku, ternyata panggilan masih tersambung.

"Masuk aja, ga dikunci kok"

Aku memutuskan sambungan dan lebih memilih duduk di sofa ruang tamu. Aku menunggunya saja di sini. Dan tak lama Alfa menyembulkan kepalanya dari ambang pintu.

"Masuk Al," suruhku. Alfa tersenyum dan mengangguk, kemudian berjalan masuk. Ia duduk tepat di sebelahku. Aku berusaha mengatur napasku, jelas sekali bahwa aku gugup. Semoga saja ia tak menyadari ini.

Beberapa saat masih tak ada yang memulai pembicaraan. Aku lebih memilih untuk menunggu ia memulai obrolan. Yang aku lakukan sekarang adalah melihat-lihat sekeliling ruangan. Ini aku lakukan untuk menghindari tatapan darinya.

Tiba-tiba aku mendengar ia tertawa. Sontak aku menoleh padanya dan bergidik ngeri. Tapi selanjutnya ia memelankan tawanya dan menatapku. Tatapan itu, benar-benar membuat perasaanku bercampur. Entah apa yang aku rasakan saat ini.

Aku meneguk ludahku saat wajahnya perlahan mendekat ke arahku. Aku juga masih membalas tatapannya. Tapi akhirnya aku membuang pandanganku dan melepas kontak mata dengannya.

"Gimana keadaan kamu sekarang?" tanya Alfa

"Udah agak mendingan sih," jawabku berusaha setenang mungkin

"Udah makan obat?"

"Udah kok Al," jawabku. Alfa tersenyum menanggapinya. Kemudian yang ia lakukan adalah melihat sekeliling isi ruangan ini. Aku sibuk memandangi wajahnya dari samping, ia terlihat sangat serius melihat apa pun yang ada di ruangan ini. Dan tiba-tiba saja ia menoleh kembali padaku. Aku langsung mengalihkan pandanganku ke arah lain.

"Pinjem tangan kamu boleh?"

Aku menoleh, untuk apa ia meminjam tanganku. Sejenak aku melihat tanganku bergantian dengan menatap Alfa. Kemudian aku mengangkat tangan kiriku dan mengarahkannya pada Alfa. Ia tersenyum manis.

Alfa meraih tanganku dan mengenggamnya. Demi apa pun aku benar-benar tertegun, aku tak mengucapkan apa pun. Kedua tangannya benar-benar mengenggam erat tanganku.

Alfa membolak-balikkan tanganku, matanya terus menatap tanganku dan sesekali menatapku dengan lembut. Oh Tuhan, benar-benar menyihirku.

Aku merasakan elusan di tanganku, namun aku tetap saja diam tak berkutik. Entah apa yang ada di pikiran Alfa, ia tertawa pelan dan mengacak rambutku. Ini benar-benar membuatku merasa jantungku sudah jatuh ke perut.

Kemudian Alfa menautkan jarinya dengan jariku. Aku benar-benar merasa menghangat saat ini. Tiba-tiba saja Alfa menyandarkan kepalanya di bahuku. Ini membuatku kembali tertegun. Tangannya masih memegang erat tanganku.

Jangan lupa vote!

Pencet bintang disini
👇

Kamu dan BandungWhere stories live. Discover now