6 : Puisi

947 89 0
                                    


Aku meneriaki Discha dan Moza dari ujung koridor. Aku mengajak mereka untuk turun ke bawah tapi yang kulihat mereka sedang tertawa puas, jadi kuputuskan untuk turun sendirian saja.

Aku berjalan melalui tengah lapangan menuju kelasku, aku menatap ke atas lagi untuk melihat Discha dan Moza. Ternyata mereka masih tertawa, akhirnya aku masuk ke kelas.

Tak lama kemudian, Discha dan Moza masuk sambil tertawa geli menatapku yang sudah duduk di bangkuku. Aku menatap mereka dengan tajam tapi sama sekali tak membuat tawa mereka berhenti. Akhirnya aku membuang pandanganku lalu menenggelamkan wajahku di meja.

***

Drrrtt drttt

Ada pesan masuk di ponselku, aku membukanya.

Kang tipu : aku minta maaf ya soal tadi

Aku menatap langit-langit kamarku, sedikit kebingungan dengan hal ini.

Jejen : iya gpp

Kang tipu : oh iya,aku juga mau minta maaf soal kejadian kemarin. Aku terlalu pengecut buat itu.

Jejen : etdah iyaiya

Kang tipu : btw hobi kamu apa?

Jejen : nyanyi, nulis

Kang tipu : kamu suka nulis juga? Aku juga suka. Kamu nulis apaan? Kalo aku sih pernah ngirim cerita ke penerbit, cuma belum diterima aja sampe sekarang.

Sungguh aku tidak menyangka bahwa orang sepertinya juga suka menulis. Ini hal yang menarik, seorang lelaki memiliki hobi menulis. Kebanyakan di kotaku, hobi seorang lelaki tak jauh dari hal-hal yang berbau fisik, seperti olahraga.

Jejen : aku suka nulis cerita di wattpad. Aku juga suka nulis puisi

Kang tipu : aku suka baca wattpad

Oh lagi-lagi aku tak menyangka. Aku sekarang merasa bahwa orang ini akan nyambung jika kuajak bercerita membahas tentang dunia literasi. Aku tak memiliki teman lelaki yang memiliki hobi seperti itu di kota ini.

Jejen : oh yaa? Kayanya lo pro nulis puisi. Bisa kali bikinin puisi, gue mau baca puisi karya lo.

Kang tipu : bisa sih, tapi biasanya aku nulis puisi disaat aku lagi sedih atau marah. Hm gimana kalo besok aku buatin, aku anter deh ke kelas kamu.

Jejen : hah? Lo mau ke kelas gue?

Kang tipu : iya, mau anter puisi doang kok. Gpp ya?

Jejen : yauda deh

***

Sekarang adalah jam istirahat, aku tak ingin ke kantin saat ini. Yang kulakukan adalah memakai earphone dan menyambungkannya ke ponselku kemudian memutar lagu kesukaanku.

Aku ikut masuk ke dalam alunan musik yang aku putar. Hari ini aku mendengar musik yang slow sesuai dengan kondisi hatiku sekarang.

Aku berdiri di tembok belakang kelas, kadang aku berjalan ke arah pojokan kemudian kembali ke tengah, begitu terus sampai lagunya berakhir.

"Heh!!"

Tepukan itu menyadarkanku lalu membuka earphone ku, kulihat siapa yang berani menghentikan kegiatanku itu.

"Dipanggilin juga dari tadi!" kesal Dini.

"Tuh ada yang nyari lo di luar," ucapnya lagi.

"Siapa?" tanyaku heran.

"Liat sendiri dah," ucap Dini kemudian pergi melenggang menuju bangkunya.

Aku berjalan menuju pintu, namun dia sudah masuk duluan menghampiriku. Ya, itu si pria kacamata. Aku baru ingat kalau dia akan mengantar puisi ke kelasku.

Saat aku tau maksud kedatangannya aku langsung mengulurkan tanganku seperti meminta sesuatu. Dan untungnya dia langsung mengeluarkan kertas yang pasti berisi puisi dari sakunya.

Setelah kertas itu sudah berada di tanganku, aku langsung mengusirnya dari kelas. Bukan tanpa alasan, banyak yang melihat dan aku takut mereka berpikir yang lain. Pria kacamata terlihat bingung saat aku mengusirnya. Tapi akhirnya dia tetap menurut.

Jangan lupa vote!

Pencet bintang disini
👇

Kamu dan BandungWhere stories live. Discover now