Ch.15 | The Casanova

107 26 15
                                    

Ada satu tempat di kantin sekolah yang selalu menyediakan berbagai macam makanan khas dari seluruh dunia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada satu tempat di kantin sekolah yang selalu menyediakan berbagai macam makanan khas dari seluruh dunia. Menunya berganti setiap hari, mulai dari belahan bumi utara sampai selatan, barat sampai timur. Kebetulan saat ini Mexico Utara yang mendapat giliran. Makanan khasnya, nachos, sebenarnya sudah sering ditemukan di kios-kios kecil sekalipun. Tetapi tetap saja sangat spesial dan berbeda jika kedai ini yang membuatnya.

          Lihat saja, antrean di tempat ini begitu panjang. Yang bukan penggemar nachos pun turut mengantre karena begitu cintanya pada masakan si pemiliki kedai. Namun, Mizuki yang berada di barisan itu bukan golongan dari keduanya. Ia hanya ingin membeli nachos untuk sang nenek, yang beberapa kali bilang ingin mencicipi nachos tetapi belum pernah kesampaian.

          Aroma sedap menggelitiki indra penciumannya. Dari rongga hidung turun ke perut, membuat cacing-cacing di sana meronta hingga akhirnya saraf di otaknya memberikan sinyal bahwa ia juga ingin mencicipi nachos itu. Baiklah. Ia juga akan mencobanya. Lagipula tidak pernah ada yang tahan dengan godaan masakan si pemilik kedai.

          "Aku sangat mencintaimu, Senpai11!"

          Di antara bisingnya obrolan para pengantre kedai—sepertinya hanya Mizuki yang diam saja, ada satu suara dari kejauhan yang membuat Mizuki menoleh. Pada lorong menuju kantin, terlihat teman sekelasnya sedang berjalan berdampingan dengan pemuda yang ia jumpai di kebun sekolah saat jam istirahat tadi. Takasugi Shiroichi. 

          Tidak, Mizuki keliru. Mereka tidak berjalan berdampingan. Shiroichi melangkah lebar-lebar, sementara teman sekelasnya berusaha mengejar, sepertinya sambil memohon-mohon.

          "Tolong jangan begini." Akhirnya gadis itu berhasil menghadang Shiroichi. Matanya menatap lekat-lekat, pelupuknya penuh dengan buliran bening yang bisa jatuh kapan saja jika tidak ditahan. "Aku tidak mau hubungan kita berakhir."

          Shiroichi menatap prihatin gadis di hadapannya. "Tapi aku tidak mau menyakitimu."

          "Kalau kau seperti ini, justru lebih menyakitiku!" Gadis itu meninggikan suaranya, kemudian air mata yang sudah sekuat tenaga ditahan, meluruh jatuh ke pipinya.

          Shiroichi mendesah. Lalu sebelah tangannya terangkat membelai puncak kepala gadis itu.

          "Maaf. Aku tahu aku salah. Dan kau juga berhak marah. Tapi, sebuah berlian haruslah dilindungi dengan baik. Dijaga dengan baik. Cangkang berlian sekalipun bisa rapuh jika terus diserang dengan kerikil secara bertubi-tubi."

          "Apa yang kau maksud kerikil itu, gadis-gadis yang mengejarmu?"

          Shiroichi mengangguk pelan. "Jadi kau paham, 'kan?"

          "Tapi aku tidak peduli!" Gadis itu memeluk tubuh Shiroichi sekuat tenaga.

          "Hei." Jemari Shiroichi yang besar memaksa wajah gadis itu untuk mendongak. Dengan senyum yang penuh pesona, senyum yang membius, ia pun berujar, "Apa kau mau hubungan kita hanya sebatas kekasih? Lebih baik kita menjaga jarak dulu sekarang, memupuk rindu, hingga saatnya tiba nanti, kau akan jadi milikku seutuhnya, selamanya."

You are My Dogwood [Extended Ver.]Where stories live. Discover now